I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran
daun yang berumur semusim dan termasuk dalam famili compositae. Selada tumbuh
baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur yang banyak
mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5 - 6,5. Di dataran rendah
kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada akhir musim
hujan, walaupun dapat ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau
penyiraman yang cukup (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 2010).
Selada mempunyai
kandungan mineral antara lain iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng,
kalsium, mangan, dan potasium sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam
menjaga keseimbangan tubuh. (Kontak Tani Nelayan Andalan, 2011).
Tanaman akan
mudah terserang hama maupun penyakit bila kondisi fisiknya tidak baik. Adanya
perubahan iklim/cuaca, menggunakan benih/bibit yang tidak baik, atau dari
kondisi tanahnya merupakan salah satu faktor pemicu tanaman akan rentan terhadap
serangan hama atau penyakit. Untuk mengatasinya dapat menggunakan obat-obatan
yang banyak di pasaran. Dalam pembelian obat harus memperhatikan gejala yang
ada pada tanaman, dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan
tanaman agar dapat sehat kembali (Lesman, 2012).
Pestisida
mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan
hidupnya. Pest berarti hama,
sedangkan cide berarti membunuh. Karena
pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian dengan
memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar.
Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan
penggunaan bahan racun khususnya pestisida (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida nabati
adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan
ramah lingkungan. Pestisida nabati sudah lama digunakan oleh petani. Namun, dalam
kurun waktu selanjutnya penggunaan pestisida nabati mulai ditinggalkan akibat
ditemukannya DDT pada tahun 1939 yang kemudian digunakan secara meluas.
Selanjutnya, produk pestisida sintetis mulai bermunculan. Namun, penggunaannya
secara kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan
(Sudarmo, 2005).
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi
berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin
yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar
untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Budiman et al., 2011).
B. Tujuan
dan Saran
Tujuan pelaksanaan praktik kerja lapang di Gabungan Kelompok
Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang antara lain untuk:
1.
Mengetahui teknik budidaya tanaman selada yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani
Tranggulasi,
2.
Mengetahui cara penanganan yang tepat ketika terjadi serangan
hama dan penyakit pada tanaman selada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi,
dan
3.
Mengetahui cara aplikasi dan waktu yang tepat dalam memberikan pestisida
nabati dan pemupukan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan praktik kerja
lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi antara lain untuk:
1.
Menambah
wawasan tentang kegiatan pertanian yang sesungguhnya,
dan
2.
Memperluas
pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa di bidang Agroteknologi khususnya dalam budidaya tanaman
selada di Gabungan Kelompok Tani
Tranggulasi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sejarah
Tanaman Selada
Selada merupakan
sayuran daun yang berasal dari daerah (negara) beriklim sedang. Berawal dari
kawasan Asia Barat dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbagai negara. Daerah
penyebaran tanaman selada antara lain Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Afrika Tengah
dan Afrika Barat serta Filipina. Dalam perkembangan selanjutnya pembudidayaan
selada meluas ke negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di belahan
dunia. Beberapa negara yang menaruh perhatian besar mengembangkan dan
menciptakan varietas selada unggul di antaranya Jepang, Taiwan, Thailand,
Amerika dan Belanda (Abidin, 2011).
B.
Budidaya
Tanaman Selada
Klasifikasi
Tanaman Selada:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua
/ dikotil)
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Spesies: Lactuca sativa L.
Selada (Lactuca sativa L.) memiliki penampilan
yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah.
Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting sering dijadikan
penghias hidangan.
Selada yang ditanam
di dataran tinggi cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi
pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah
lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus.
Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara
asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Jika tanah asam, daun
selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya
dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Anonim, 2009).
Benih Selada
diperbanyak dengan biji. Bijinya yang kecil diperoleh dari tanaman yang
dibiarkan berbunga. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Umumnya
benih selada disemai terlebih dulu, tetapi penanaman langsung dapat saja
dilakukan. Namun, lebih baik kalau disemaikan lebih dulu. Tanaman yang
disemaikan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun
tanaman dapat dipindahkan ke bedengan yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam
20 x 20 cm atau 25 x 25 cm tergantung varietas, semakin tinggi varietas yang
ditanam semakin lebar jarak tanamnya.
Pemeliharaan
selada dilakukan penyiraman tiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian
diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati dilakukan penyulaman sebelum
tanaman berumur 10 hari dan penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan
gulma (Edi, 2010).
C.
Jenis
Selada
Dari berbagai
varietas selada yang berkembang saat ini dikelompokkan kedalam 4 tipe yaitu:
1. Tipe Selada Kepala
atau Selada Telur (Head lettuce)
Tipe selada kepala memiliki daun yang membentuk
krop, yaitu daun – daun yang saling merapat membentuk bulatan yang menyerupai
kepala. Tipe selada ini kropnya berbentuk bulat, beberapa helaian daun bawah
tetap berlepasan, kropnya berukuran besar dan pada varietas tertentu daunnya
ada yang berwarna hijau terang dan ada yang berwarna hijau keunguan (hijau agak
gelap).
Daun halus, renyah, dan rasanya enak, sehingga
disukai banyak konsumen. Batang tanaman sangat pendek terletak pada bagian dasar
yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat. Tipe selada
kepala hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa sejuk.
Apabila ditanam di dataran rendah, tanaman tidak bisa membentuk krop karena
untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin. Tipe selada kepala ada 2
bentuk yaitu selada yang memiliki krop padat dengan daun yang keriting (jenis
crishead) dan selada yang memiliki krop kurang padat dengan daun yang agak
lurus/tidak terlalu keriting, daun halus licin, dan tepi daun rata (jenis
butterhead). Tipe selada kepala jenis crishead
dan butterhead tahan terhadap
kekeringan sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
2. Tipe Selada Rapuh (Cos
lettuce atau Romaine lettuce)
Batang tanaman sangat pendek terletak pada
bagian dasar yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat.
Tipe selada rapuh hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang
berhawa dingin (sejuk). Apabila ditanam di dataran rendah tanaman tidak bisa
membentuk krop, karena untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin.
Beberapa varietas yang tergolong tipe rapuh ada yang sulit dibudidayakan di
Indonesia, karena hanya tumbuh baik pada musim dingin.
3. Tipe Selada
Daun (Cutting
lettuce atau Leaf lettuce)
Tipe selada daun memiliki ciri, tanaman tidak
membentuk krop. Tipe ini helaian daunnya lepas, tepi daun berombak, beberapa
varietas daunnya ada yang berwarna hijau dan ada yang berwarna merah tua
(gelap), daun lebar dan berukuran besar. Tipe selada daun memiliki batang
panjang dan terlihat. Tipe ini tahan terhadap kondisi panas dan dingin,
sehingga bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun di dataran tinggi
(pegunungan).
4. Tipe Selada
Batang (Asparagus
lettuce atau Stem lettuce)
Tipe selada batang memiliki ciri, tanaman tidak
membentuk krop, daunnya berukuran besar dan bulat panjang dengan ukuran panjang
mencapai 40 cm dan lebar sekitar 15 cm, daun berlepasan, tangkai daun lebar,
daun ada yang berwarna hijau tua dan ada yang berwarna hijau muda (tergantung
pada varietasnya), tulang-tulang daun menyirip. Batang tanama panjang berkisar
antara 30 cm - 40 cm, berukuran besar dan kokoh dengan garis tengah berkisar
antara 5,6 cm - 7 cm, berwarna putih kehijauan atau hijau muda keputihan, halus
dan renyah (Indoagrow, 2012).
D.
Organisme
Pengganggu Tanaman Selada
1.
Penyakit
yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a. Busuk
Daun (Bremia lactucae)
Gejala:
diantara tulang-tulang daun terjadi bercak bersudut, berwarna hijau muda pucat
sampai kuning. Pada permukaan bawah terbentuk jamur putih yang terdiri atas
sporangiofor dan sporangium jamur. Bagian daun yang terinfeksi saling
berhubungan dan berubah menjadi bercak cokelat yang besar. Jika penyakit timbul
pada waktu tanaman masih kecil tanaman akan kerdil. Penyakit dapat berkembang
terus pada saat selada disimpan dan diangkut, sehingga dapat membuka jalan bagi
invasi jasad sekunder.
Penyebab:
Jamur Bremia lactucae Regel memiliki
miselium interseluler dengan haustorium bulat, sporangiofor bercabang dikotom.
Ujung cabang yang mendukung sporangium melebar seperti membentuk cakram.
Sporangium berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau
secara tidak langsung membentuk spora kembar.
b. Bercak
Daun
Gejala:
mula-mula nampak bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun. Secara bertahap
bercak berkembang makin kedalam dan jaringan yang sakit menjadi kecokelatan di
bagian tengahnya.
Penyebab
penyakit adalah Cercospora longisima Sacc.
Meskipun tersebar diseluruh dunia tetapi penyakit ini tidak terlalu merugikan.
c. Virus
Mosaik
Gejala:
serangan terjadi pada bibit dan tanaman muda. Tanaman kerdil dan daun-daun
nampak keriting tidak beraturan. Kadang-kadang tanaman pucat, hijau
kekuning-kuningan, dan tepi daun mengerut secara berlebihan.
Penyebabnya
adalah virus mosaik selada atau Lettuce
mozaic virus. Sebutan lain adalah Lactuca
virus L. (Jagger) Smith.
d. Penyakit
Rebah Semai (Dumping off)
Gejala:
sebagian tanaman pada bedeng pembibitan rebah. Adanya luka seperti tersiram air
panas pada pangkal batang. Kadang-kadang tanaman rebah terjadi sesaat sebelum
tunas membuka. Pangkal akar yang terserang akan membusuk, mengering, mengeras,
dan berwarna kehitaman.
Penyebab
adalah jamur Rhizoctonia solani.
e. Penyakit
Busuk Basah (Soft root)
Gejala:
pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan dan lunak,
bercak membesar, dan membusuk. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak
berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut
menjadi berbau khas.
Penyebab
busuk basah yaitu bakteri Erwinia
carotovora.
f. Bercak
Daun Alternaria
Gejala:
Pada daun terdapat bercak-bercak berbentuk bulatan konsentris kecil berwarna
kelabu gelap yang meluas dengan cepat sehingga menjadi bercak bulat dengan
garis tengah mencapai 1 cm. Penyakit ini banyak terdapa pada daun tua.
Penyebab
bercak daun yaitu Alternaria brassicae. Jamur
ini dapat terbawa oleh biji.
2.
Hama
yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a. Ulat
Kremeng atau Tritip (Plutella
maculipennis)
Gejala:
daun tampak seperti karancang putih. Jika lebih diperhatikan ternyata karancang
tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan ulat.
Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun mengering dan sobek.
Serangan berat seluruh daging daun habis termakan sehingga yang tertinggal
hanyalah tulang daunnya.
Penyebab
kerusakan adalah Plutella maculipennis
atau ulat tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa
berbentuk ngengat dan warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik
cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara berkelompok, yaitu 2-3 butir
telur setiap kelompok.
b. Siput
Gejala:
selada yang terserang siput daunnya banyak yang berlubang, tetapi tidak merata.
Sering pula dijumpai alur-alur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya.
Penyebab
gejala tersebut adalah siput Agriolimax sp.
Hewan berkulit cokelat dengan tubuh lunak, bergerak amat lambat. Siput umumnya
menyerang pada malam hari.
c. Ulat
Thepa javanica
Gejala:
daun banyak berlubang dengan jarak lubang sangat dekat dan menggerombol.
Penyebab
gejala tersebut adalah ulat Thepa
javanica.
d. Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala:
bagaian pangkal selada yang terserang akan terpotong hingga tanaman roboh dan
mati.
Penyebab
ulat Agrotis ipsilon yang menghuni
tanah dan menggerogoti pangkal batang (Haryanto et al., 2007).
E.
Prinsip
Bertanam Secara Organik
Sisitem
pertanian organik merupakan sistem pertanian masa depan. Organik bukan hanya menunjuk
pertanian tanpa bahan kimia, tetapi merupakan sistem pertanian ramah lingkungan
yang mengutamakan keseimbangan ekosistem. Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM),
tujuan dari sistem pertanian organik yaitu:
1. Menghasilkan
bahan pangan berkualitas dan bernutrisi tinggi dalam jumlah yang cukup,
2. Melaksanakan
interaksi yang efektif dengan sistem dan daur alami yang mendukung semua bentuk
kehidupan yang ada,
3. Mendorong
dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan
kehidupan mikroba, tanah, tumbuhan, dan hewan,
4. Memelihara
dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan,
5. Membatasi
terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh
kegiatan pertanian,
6. Mempertahankan
keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan
(Soenandar, et al., 2010).
F.
Pestisida
Nabati
Pestisida nabati
adalah pestisida yang berbahan dasar dari tumbuhan atau tanaman. Pestisida
nabati merupakan salah satu altenatif dalam pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Penggunaan pestisida nabati selain mengurangi pencemaran, harganya
relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida sintetis/kimia.
Pestisida nabati
dapat membunuh atau menggenggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja
yang unik, yaitu melalui perpaduan berbagai cara atau tunggal. Cara kerja
pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
1. Merusak
perkembangan telur, larva, dan pupa,
2. Menghambat
pergantian kulit,
3. Mengganggu
komunikasi serangga,
4. Menyebabkan
serangga menolak makan,
5. Menghambat
reproduksi serangga betina,
6. Mengurangi
nafsu makan,
7. Memblokir
kemampuan makan serangga,
8. Mengusir
serangga, dan
9. Menghambat
perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati
mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1. Kelebihan
pestisida nabati, antara lain:
a. Murah
dan mudah dibuat oleh petani,
b. Relatif
aman terhadap lingkungan,
c. Tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman,
d. Sulit
menimbulkan kekebalan terhadap hama,
e. Kompatibel
digabung dengan cara pengendalian yang lain, dan
f. Menghasilkan
produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
2. Kelemahan
pestisida nabati, antara lain:
a. Daya
kerja relatif lambat,
b. Tidak
membunuh jasad sasaran secara langsung,
c. Tidak
tahan terhadap sinar matahari,
d. Kurang
praktis,
e. Tidak
tahan disimpan, dan
f.
Kadang-kadang harus
disemprotkan berulang-ulang (Sudarmo, 2005).
G. Bahan-Bahan
Yang Bisa Dijadikan Pestisida Nabati Dan Cara Aplikasinya
Tabel 1.
Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik dan cara
pengaplikasian dilapangan, antara lain:
No
|
Bahan Pestisida Organik
|
Cara Aplikasi
|
1
|
Biji saga
|
Tepung
biji saga diencerkan dengan air bersifat racun perut bagi serangga. Tepung
biji saga dalam tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama
gudang selama 3 bulan.
|
2
|
Daun dan batang serai
|
Abu
daun dan batang serai dapat membunuh serangga hama gudang. Sedangkan dalam
bentuk esktrak atau ditumbuk halus dan disaring kemudian dilarutkan dengan
air dapat menjadi insektisida nabati.
|
3
|
Daun dan biji sirsak
|
Ekstrak
daun dan biji sirsak yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga.
|
4
|
Biji srikaya
|
Tepung
biji srikaya yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga
|
5
|
Daun dan biji nimba
|
Daun
dan biji nimba dapat berfungsi mengendalikan lebih dari 127 jenis hama yang
berperan sebagai fungisida, bakterisida, anti virus, namatisida serta
moluskisida. Pengaplikasiannya adalah dua genggam biji saga ditumbuk dan
dilarutkan dalam 1 liter air dibiarkan semalam, disaring lalu disemprotkan
pada tanaman, alternatif lain 1 kg daun
segar
direbus dalam 5 liter air didiamkan semalam disaring dan disemprot atau 5 kg
daun segar ditumbuk, direndam dalam air dan biarkan semalam disaring dan
disemprot.
|
6
|
Umbi gadung
|
Umbi
gadung yang dihaluskan dan dicampur dengan umpan dapat berfungsi sebagai
rodentisida untuk meracuni atau mengendalikan hama tikus.
|
7
|
Daun sembung
|
Daun
sembung yang dilarutkan air yang ditambah sekitar 0,1% detergen cair
mengakibatkan lebih 50% kematian
keong
mas.
|
8
|
Bubuk lada
|
Bubuk
lada dengan konsentrasi 0,25-0,5% menanggulangi serangga hama gudang. Lada
berfungsi sebagai insektisida, fungisida dan nematisida.
|
9
|
Abu kayu
|
Abu
kayu ditabur disekeliling akar tanaman untuk mengatasi hama uret, abu kayu
ditaburkan dalam parit disekeliling tanaman dapat mengatasi ulat grayak, ulat
tanah dan siput, abu kayu dicampur dengan air dan disemprotkan untuk mengatasi
kumbang pada tomat sedangkan abu kayu dicampur kapur dan air sabun untuk
disemprotkan dalam mengatasi kumbang pada timun.
|
10
|
Tepung cabai merah
|
Tepung
cabai merah yang dilarutkan dan disemprot untuk mengatasi hama serangga.
|
11
|
Daun tembakau
|
Pada
konsentrasi 1 - 2% atau sekitar 10-20 g daun tembakau yang ditambah sekitar
0,1% deterjen (1-2 cc deterjen cair/1 - 2 g deterjen padat) campur dalam 1
liter air direbus atau diendapkan semalam dan disemprotkan pada tanaman sebagai
mengendalikan berbagai macam organisme pengganggu tanaman. Tepung daun
tembakau juga dapat mengendalikan hama gudang.
|
(Nugroho,
2007).
III.
METODE
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.
Tempat
Dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan praktik kerja lapangan
akan dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan waktu pelaksanaan selama 25 hari kerja yang
dimulai pada bulan Juli 2012.
B.
Materi
Praktik Kerja Lapangan
Materi praktik
kerja lapangan
yang akan dilaksanakan yaitu:
A.
Kondisi umum perusahaan yang meliputi:
a)
Sejarah dan Perkembangan Gapoktan Tranggulasi,
b)
Struktur organisasi perusahaan, dan
c)
Tenaga kerja.
B. Kegiatan budidaya tanaman yang meliputi:
a.
Cara budidaya,
b.
Pemeliharaan,
c.
Panen, dan
d.
Pengepakan komoditas yang akan dikirim.
C. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik
kerja lapang ini menggunakan
metode :
1.
Metode
peran serta
Metode peran serta
adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dengan melibatkan diri dalam kegiatan
yang dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
2.
Metode
observasi dan wawancara
Observasi dan
wawancara dilakukan dengan pengamatan dan pengajuan pertanyaan langsung kepada
Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi untuk
mendapatkan data sekunder seperti, sejarah perusahaan, dan
struktur organisasi yang ada di
Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
3. Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi:
a. Data
primer, diperoleh dari:
1) Pengamatan
secara visual dan praktik secara langsung serta pencatatan data di lapangan,
2) Interview, yaitu
mengadakan wawancara dengan petani dan pimpinan gabungan kelompok tani
tranggulasi tentang teknik pembuatan pestisida nabati dan manfaat pestisida
nabati dalam pengendalian hama dan penyakit.
b. Data
sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau
dokumentasi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan dengan pengendalian
organisme
pengganggu tanaman pada komoditas selada (Lactuca
Sativa L.).
4. Analisis
SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis.
Contoh Analisis SWOT untuk LSM kecil:
1. Kekuatan
a. Kami
mampu melakukan penelitian ini karena dengan mempunyai sedikit pekerjaan saat
ini berarti kami mempunyai banyak waktu.
b. Peneliti
utama kami mempunyai reputasi sangat baik diantara komunitas kebijakan.
c. Direktur
organisasi kami mempunyai hubungan baik dengan Kementrian.
2. Kelemahan
a. Organisasi
kami belum terlalu dikenal oleh departemen-departemen pemerintah lainnya.
b. Kami
mempunyai sedikit karyawan dengan keahlian rendah di banyak bidang.
c. Kami
rentan menghadapi situasi bila karyawan sakit atau keluar.
3. Kesempatan
a. Kami
melakukan kegiatan isu topical.
b. Pemerintah
menyatakan bahwa mereka akan mendengarkan suara LSM lokal.
c. LSM
lainnya dari wilayah kami akan mendukung kami
4. Tantangan
a. Apakah
laporannya akan menjadi terlalu sensitif secara politis sehingga mengancam
keberlanjutan dana dari sponsor?
b. Ada
banyak bukti berlawanan yang dapat digunakan untuk mendiskreditkan penelitian
kami dan dengan demikian organisasi kami juga akan didiskreditkan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Profil Umum Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Kelompok Tani Tranggulasi yang terletak di Dusun Selo Ngisor Desa
Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang berada pada ketinggian tempat ± 1450
mdpl, mempunyai
spesialisasi kegiatan agribisnis komoditas sayuran organik. Usaha tersebut
telah dilakukan kelompok tani Tranggulasi sejak tahun 2000-an. Awalnya adalah
karena keterbatasan kemampuan para anggota untuk membeli saprodi berupa pupuk
dan pestisida.
Karena mahalnya
pupuk dan bahan-bahan kimia tersebut, maka kelompok mencoba membuat sendiri
pupuk organik
berupa fermentasi urin sapi,
urin kelinci, pupuk bokashi, agensia hayati dan lain-lain. Selain bisa menghemat pengeluaran
juga berpengaruh terhadap lingkungan yang sehat, manusia dan juga produk yang di hasilkannya.
Keberadaan
kelompok tani Tranggulasi juga sangat strategis, selain menjadi wahana belajar
dan mengajar antar anggota kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bertani, juga sebagai kelompok usaha yang menjalin
kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi.
Seperti PPL dan IPPHTI yang semuanya mendukung program sayuran organik.
Tahun 2006 kelompok Tranggulasi mendapatkan penghargaan prestasi
sebagai Juara I Sayur Organik Tingkat Nasional. Tahun 2007 menyusun SPO 18
item, tahun 2008 menjadi tempat penyusunan SPO Tingkat Pusat. Dalam
perkembangan kegiatannya dari tahun ketahun di bidang pemasaran semakin jelas
ada kemitraan yang sampai sekarang telah mengekspor buncis prancis ke
singapura.
B.
Visi dan Misi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Berdasarkan
potensi yang ada serta jangkauan ke depan kelompok tani Tranggulasi mempunyai
cita-cita yang ingin di capai melalui visi
dan misinya yaitu:
Visi: Menjadikan
desa Batur sebagai Agrowisata Sayuran Organik Agribisnis yang
mampu meningkatkan ekonomi petani.
Misi :
a.
Memanfaatkan sumber
daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan pendapatan petani,
b.
Menjadikan
pertanian berkelanjutan bagi petani yang ramah lingkungan,
c.
Membangun
hubungan kerjasama kemitraan untuk pemasaran hasil sayuran organik,
d.
Menumbuh kembangkan
sains petani.
C. Keadaan Dan Denah Lahan Kelompok Tani
Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi berdiri sejak tanggal 10 Desember 2001.
Klasifikasi kelompok tergolong madya. Berada
di Dusun Selongisor di ketinggian ± 1400m dpl, dengan jumlah penduduk 85 KK terdiri dari:
a.
Laki-laki
:
125 jiwa
b.
Perempuan :
159 jiwa
c.
Luas
lahan tegal kelompok : 20 ha
d.
Komoditas
lahan : Sayuran
organik
e.
Pola
tanam :
Pergiliran tanam dan tumpang sari
Gambar 1. Denah Lahan
D. Kegiatan Usaha Di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Kegiatan usaha yang ada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi,
antara lain:
a.
Pembuatan
pupuk organik,
b.
Perbanyakan
Mikro Organisme efektif Lokal (MOL),
c.
Pengembangan
agensia hayati: Trichoderma
dan Beauveriabassiana serta vertilisium,
d.
Memproduksi pupuk cair organik, insektisida alami,
e.
Bekerjasama
dan Bermitra usaha dengan:
1.
Pondok Pesantren agro Nur El Fallah
Salatiga
2. PT.
Mitra Mas Semarang
3. Kemitraan
budidaya penanaman buncis prancis (exspor)
4. Kemitraan
budidaya sayuran organik
bersama PT.AGSI
5. PPM
6. Exspor
buncis perancis dan sayuran organik
dengan CV. OG FRES
7. PT.
DIAN ALFITA AGRO JAKARTA
8. Superindo
Solo
- Atas
bimbingan pengurus IPPHTI pusat, Bapak Suprapto pernah mengadakan Expo IPPHTI
tingkat kabupaten Semarang pada tanggal 16 Maret 2004. Anggota kelompok
mengadakan lokakarya Ekologi Tanah dan menerapkan PHT dengan membentuk
kelompok PUSPAHATI,
- Menganalisakan
kandungan produk sayuran organik ke Balai Besar Laboratorium kesehatan Surabaya pada
tanggal 10 Mei 2006 dengan nomor 23/051/Tox/V/2006 terhadap berbagai jenis
sayuran antara lain kubis, brokoli,
lettuce, buncis, kapri, bawang daun dan labu siam. Hasilnya sayuran tersebut
negatif
dari residu pestisida golongan organol phosphate, golongan
karbonat, DDT,
Thiodan, Dieldrin,
Endrin , dan Lendan.,
- Menyusun SOP
Sayuran Organik (2008),
- Melakukan
registrasi kebun organik
2010, dan
j.
Melaukan
sertifikasi pangan organik
(SNI) NO. REG. : 023/INOFICE/2010.
E. Permodalan
Untuk menunjang
usaha kelompok telah mengadakan kerjasama dengan cara:
1.
Menghimpun
modal dari anggota kelompok sendiri,
2.
Pinjaman lunak dari
LKMA JICCA,
3.
Pemanfaatkan bengkok
Kepala dusun Selongisor untuk usaha pertanian, dan
4.
Pinjaman lunak dari GATARI.
F.
Komoditas Andalan
Dari berbagai
sayuran organic yang di hasilkan oleh Gabungan
Kelompok Tani
Tranggulasi, yang menjadi andalan adalah brokoli dan buncis prancis, dengan alasan:
1.
Benih
mudah di dapat di pasaran,
2.
Mudah dalam
pembudidayaan,
3.
Harga di pasar lebih
stabil sehingga lebih menguntungkan,
dan
4.
Banyak di sukai
konsumen karena dalam penelitiaan yang telah banyak di lakukan dinyatakan
mengandung zat yang dapat mencegah kanker (brokoli).
Jenis
sayuran yang di usahakan adalah:
Kubisl, Brokoli,
Cabai Besar, Petsay, Wortel, Pakchoy, Kentang, Lettuce, Buncis, Kapri, Bawang
Daun, Tomat, Bayam Jepang (spinache), Bit Root, Lobak Putih.
G. Penanganan
Organisme Pengganggu Tanaman
Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di Gabungan Kelompok Tani
Tranggulasi, antara lain:
1.
Pengendalian OPT dilakukan dengan cara mekanik, rotasi
tanaman dan hayati dengan menggunakan perstisida nabati (MOL) dan Agensia
Hayati,
2.
Pestisida
nabati dan bio pestisida yang biasa di gunakan adalah Tcichoderma spp (biasanya digunakan sebelum tanaman pada saat
pembuatan bedengan, dicampur merata dengan pupuk kandang) Beauveria bassiana, dan
3.
Penyakit
khususnya jamur digunakan Agensia Hayati.
H.
Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca
panen dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Penanganan untuk
pasar tradisional, dibeli oleh pengepul
b.
Penanganan
untuk supermarket dan pasar khusus dan mitra usaha, dilakukan tahapan sebagai
berikut :
1.
Pemanenan
2.
Pencucian
3.
Sortasi
4.
Greading
5.
Packing
6.
Pengiriman
I.
Pengembangan SDM Dan Kegiatan Sosial
Pengembangan
SDM Dan Kegiatan Sosial, antara lain:
1.
Guna peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan kelompok tani mengikuti berbagai macam
pelatihan diantaranya sebagai berikut:
a.
Pertemuan bulalan yang
dilaksanakan setiap tanggal 5,
b.
Pelatihan PRA,
c.
Pelatihan TOT Ekologi
Tanah,
d.
Pelatihan Koperasi
tingkat Jawa Tengah,
e.
Pelatihan Pertanian
Organik Tingkat Jawa Tengah,
f.
Pelatihan Kewirausahaan
di Bogor,
g.
Pelatihan penangkaran
bibit kentang di Bandung,
h.
Pelatihan P4S di
Ketindan Malang (BBPP).
i.
Study Banding di STA
Malang,
j.
Study Banding tanaman
stevia di Tawang Mangu,
k.
Magang managemen di BMT
Mandiri,
l.
Magang Packing House di MTJ
Bandung,
m.
Seminar champion sayuran di
Serang,
n.
Workshop Campion tingkat
Jawa Tengah, dan
o.
Workshop Campion tingkat
nasional.
2.
Sebagai
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S), yang pernah magang atau study banding diantaranya:
a. Magang bagi siswa sekolah pertanian
b. Praktik Kerja Lapangan (UNS)
c. Studi
lapang BPTP Jateng
d. One
day Tour
e. Kelompok Tani Canggalan dari Temanggung
f. Kelompok Tani Kledung Temanggung
g. Kelompok Tani Sri Rejek Sukoharjo
h. Kunjungan peserta pelatihan bersama derektur hortikultura
dan bio farmaka Pusat
i.
Kunjungan
Kelompok Prima Tani Kb. Magelang
j.
Kunjungan
Kelompok Prima Tani Sumowono
k. Magang dari UNCEN Irian Jaya (Papua)
3.
Tempat
PKL untuk SMK
a. SMK Dharma Lestari Salatiga
b. SMK-SPP Muhamadiyah Magelang
c. SPP H Munadi Ungaran
d. SMK Islam Jepara
e. Pondok Pesantren Agro Ilir-Ilir Karanganyar
f. SMK
Pertanian I Bawen
J. Struktur Organisasi Kelompok Tani Tranggulasi
Gambar 2. Struktur Organisasi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
K. Skema
Pemasaran Produk Sayuran Organik Kelompok Tani Tranggulasi
Gambar 3. Skema Pemasaran
L.
Data Lahan
Petani Sayuran Organik (Kacang-Kacangan, Bunga, Dan Daun) Kelompok Tani Tranggulasi
Desa Batur, Kecamatan Getasan
Tabel 2. Data Kepemilikan Lahan
No
|
N a m a
|
Alamat
|
Luas lahan (m2)
|
1
|
Safrudin
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
2
|
Poyo
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
3
|
Wardi
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
4
|
Narto
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.250
|
5
|
Jumarno
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.250
|
6
|
Sarmin
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.000
|
7
|
Pitoyo
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
8
|
Parman
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
5.000
|
9
|
Supardi HS.
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
8.000
|
10
|
Wardi
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
11
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
12
|
Sri Jumiati
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
6.000
|
13
|
Wahab
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.250
|
14
|
Supardi Gepe
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
15
|
Ngatemin
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
16
|
Jumari S.
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
17
|
Pardi In
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
18
|
Sumadi
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
19
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.000
|
20
|
Supardi Gepe
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.000
|
21
|
Supardi HS.
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
6.000
|
22
|
Poyo
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
23
|
Pitoyo
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
24
|
Harun
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
25
|
Siti Imronah
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
26
|
Mujar
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
27
|
Jumari
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
28
|
Supar
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
29
|
Jumadi
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
30
|
Jumari
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
31
|
Mujar
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
32
|
Jumari
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
33
|
Jumarno
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.750
|
34
|
Suradi
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
35
|
Ngatemin
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
36
|
Saderi
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.250
|
37
|
Jumadi
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
38
|
Saderi
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.250
|
39
|
Sumadi
|
Dsn. Selongisor
RT.03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
40
|
Eko Aryanto
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
41
|
Jumari S.
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
42
|
Nyono
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
43
|
Pardi In
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
44
|
Rebo
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
45
|
Pitoyo
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
46
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
47
|
Pitoyo
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
48
|
Ngatimin
|
Dsn. Selongisor RT.
02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
49
|
Cipto Senin
|
Dsn. Selongisor RT.01
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
4.000
|
50
|
Pitoyo
|
Dsn. Selongisor RT.
03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
51
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.500
|
52
|
Sarmin
|
Dsn. Selongisor RT.
02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.000
|
53
|
Suradi
|
Dsn. Selongisor RT.
03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
54
|
Supar
|
Dsn. Selongisor
RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
55
|
Ngatemin
|
Dsn. Selongisor
RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
56
|
Sarmin
|
Dsn. Selongisor RT.
02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.500
|
57
|
Suradi
|
Dsn. Selongisor RT.
03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
58
|
Supar
|
Dsn. Selongisor RT.02
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
59
|
Poyo
|
Dsn. Selongisor RT.
01/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.000
|
60
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
61
|
Mujar
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
62
|
Suradi
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.750
|
63
|
Harto Slamet
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
2.250
|
64
|
Jumari R.
|
Dsn. Selongisor RT.03
/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
3.000
|
65
|
Mujar
|
Dsn. Selongisor
RT.03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
5.000
|
66
|
Supardi Gepe
|
Dsn. Selongisor
RT.01/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.250
|
67
|
Bejo M.
|
Dsn. Selongisor
RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
|
1.500
|
|
Jumlah
|
165.000
|
M. Masalah
yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan
Masalah
yang dikaji selama Praktik Kerja Lapangan yaitu saya mengambil judul tentang
Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang, yang dimulai sejak tanggal 16 Juli 2012 s/d 9 Agustus 2012.
Budidaya
tanaman selada pada dasarnya sama dengan budidaya tanaman sayuran pada umumnya.
Cara budidayapun tergolong mudah, dan tidak membutuhkan waktu yang relatif lama
dalam melakukan budidaya sampai mendapatkan hasil.
Langkah-langkah
dalam melakukan budidaya tanaman selada, antara lain:
1. Penyiapan Lahan
Gambar 4. Kegiatan Pengolahan Tanah.
Mengolah tanah sebelum dilakukan penanaman sangat
penting. Ada berbagai macam tujuan dalam mengolah tanah, antara lain:
a. Memperoleh
struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar. Struktur remah
diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan terhadap hujan,
untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di dalam tanah, dan
untuk memperkecil hambatan terhadap penembusan akar. Sebaliknya, suatu persemaian
yang baik umumnya membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan yang
lebih tinggi di sekitar benih,
b. Mengendalikan gulma atau untuk
menghilangkan tanaman yang berlebih (penjarangan),
c. Menata
sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu dicampur
secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan
mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan
untuk mengendalikan serangga lewat
musim dingin atau untuk
mencegah hambatan terhadap pengerjaan presisi seperti penanaman atau
pendangiran tanaman tertentu,
d. Mengecilkan
erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut garis tinggi,
pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat,
e. Memperoleh
bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman, pengairan, drainase,
panen, dan sebagainya,
f. Membenamkan
dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam tanah,
g.
Melakukan
pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu lapis ke lapis
lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain atau pemanenan umbian
(Anonim, 2008).
Tanah
yang sudah selesai diolah, diatas permukaannya langsung ditutup oleh pupuk
kandang. Pupuk kandang yang ditaruh diatas permukaan tanah yang telah selesai
diolah masih tercium bau tidak enak, dan ketika itu pula diberi agensia hayati
untuk menghilangkan bau dan mempercepat proses pemasakan pupuk kandang. Tanah
didiamkan kurang lebih 1 minggu, kemudian dilakukan pemasangan mulsa plastik
dengan jarak tanam 30x30 cm.
2. Persemaian
Gambar 5. Melakukan Persemaian Selada Keriting.
Pembibitan/persemaian
didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu
jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama periode waktu yang telah
ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah sebagai upaya penyediaan bibit
yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana
penanaman.
Pada
umumnya persemaian mempunyai 2 tipe, yaitu:
a) Persemaian tetap
Ciri-cirinya, yaitu:
1. Umumnya
berukuran luas,
2. Digunakan
dalam jangka waktu yang lama,
3. Bentuk
bangunan modern dan permanent,
4. Peralatan
lebih canggih.
b) Persemaian
sementara/tidak tetap
Ciri-cirinya, yaitu:
1.
Tidak terlalu luas,
hanya untuk beberapa kali produksi bibit
2.
Umumnya digunakan dalam
jangka waktu 1-3 tahun, paling lama 5 tahun
3.
Letak berpindah-pindah
sesuai lokasi penanaman
4.
Bentuk bangunan
sederhana (Komalasari, R. 2012).
3. Pemindahan
persemaian selada dari kotak semai ke polibag
Gambar 6. Bibit Selada Yang Telah Dipindahkan Ke
Polibag.
Pemindahan persemaian dari kotak semai ke polibag
bertujuan untuk melindungi bibit agar tetap terjaga dari resiko patahnya
batang,. Pemindahan bibit ke lapangan menunggu usia bibit kira-kira 2 minggu
setelah pemindahan ke polibag, pemindahan ke lapangan menunggu tanaman lebih
besar yang bertujuan untuk menyiapkan tanaman agar lebih siap ketika hidup di
lapang.
4. Penanaman
Gambar 7. Menanam Selada Keriting.
Untuk
menghindari kelayuan setelah penanaman dan memudahkan penanaman, tanah disiram
sehingga kondisi tanah lembab. Pada saat
praktik kerja lapangan yang telah saya lakukan penyiraman pertama menggunakan
air biasa, dan setelah penanaman menggunakan power. Power ini mempunyai fungsi
ganda yaitu sebagai pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh tanaman. Penanaman
bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 pagi atau sore hari
setelah jam 15.30 untuk menghindari stres karena terik matahari. Untuk membuat lubang
tanam, digunakan tugal untuk memudahkan pada saat tanam.
5. Pemeliharaan
Dalam setiap budidaya yang dilakukan pemeliharaan
adalah kegiata paling inti, karena dapat menentukan berhasil atau tidaknya
suatu hasil budidaya yang telah kita lakukan. Kegiatan pemeliharaan yang telah
saya lakukan pada saat Praktik Kerja Lapangan kemarin antara lain dalam setiap
hari tanaman selada disiram dengan air sehari satu kali, minimal tiap 1minggu
sekali dilakukan penyemprotan memakai power, dan jika ada serangan
hama/penyakit dilakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati.
Sebaiknya ketika kita melakukan penyemprotan waktu yang paling baik ialah pagi
hari maksimal jam 9. Jika melakukan penyemprotan dengan pestisida nabati
dilakukan pada pagi hari karena hama yang cenderung belum melakukan aktifitas dan
dapat memberantas dengan optimal.
Ada kegiatan lain dalam pemeliharaan yaitu
menghilangkan gulma yang ada disekitar tanaman budidaya. Jika tidak dihilangkan
gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya khususnya dalam memenuhi unsur
hara dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya tersebut.
Secara umum pengendaliaan
atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
1.
Preventif: cara ini
digunakan dengan maksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma supaya usaha
pemberantasan dapat dikurangi atau ditiadakan. Kegiatannya meliputi pengelolaan
tanah atau pertanaman itu secara keseluruhan sehingga mengurangi biaya
operasional dalam pemberantasan.
2. Mekanis:
cara ini menggunakan alat-alat mulai dari alat yang paling sederhana sampai
yang modern.
6. Panen
Kegiatan
memetik/memanen sayur yang telah siap panen sesuai persyaratan yang telah
ditentukan untuk memperoleh hasil
sesuai dengan persyaratan yang diminta pasar.
Gambar
8. Panen Selada Keriting.
Syarat-syarat
panen selada, antara lain:
a. Pemanenan
dilakukan pada umur panen yang tepat untuk menghasilkan mutu yang baik,
b. Pemanenan dilakuakn dengan cara yang tidak
menurunkan hasil,
c. Hasil panen
diperlakukan dengan hati-hati,
d. Alat dan wadah yang digunakan untuk panen dalam
keadaan baik, bersih, bebas, dari kontaminasi, bukan bekas tempat pupuk atau
pestisida meskipun sudah dibersihkan, dan
e. Hasil panen sayuran organik tidak boleh dicampur
dengan hasil panen sayuran konvensional.
7. Packing
Selada yang
sudah dipanen kemudian dicuci terlebih dahulu sebelum dilakukan pengepakan
barang, setelah itu ditiriskan kurang lebih 15 menit supaya airnya hilang, dan
proses selanjutnya dilakukan proses pengepakan.
Gambar 9. Pencucian Selada Setelah Dipanen
Gambar 10. Selada Ditiriskan
Gambar 11.
Pengepakan Selada
N. Analisis SWOT
1.
Kekuatan (Strengths)
a.
Struktur
organisasi yang rapih dan kerja yang terkoordinir dengan baik,
b.
Adanya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan pengurus dan kelompok tani dengan
cara mengikuti berbagai macam pelatihan yaitu:
a)
Pertemuan bulalan yang
dilaksanakan setiap tanggal 5,
b)
Pelatihan PRA,
c)
Pelatihan TOT Ekologi
Tanah,
d)
Pelatihan Koperasi
tingkat Jawa Tengah,
e)
Pelatihan Pertanian
Organik Tingkat Jawa Tengah,
f)
Pelatihan Kewirausahaan
di Bogor,
g)
Pelatihan penangkaran
bibit kentang di Bandung,
h)
Pelatihan P4S di
Ketindan Malang (BBPP).
i)
Study Banding di STA
Malang,
j)
Study Banding tanaman
stevia di Tawang Mangu,
k)
Magang managemen di BMT
Mandiri,
l)
Magang Packing House di MTJ
Bandung,
m)
Seminar champion sayuran di
Serang,
n)
Workshop Campion tingkat
Jawa Tengah, dan
o)
Workshop Campion tingkat nasional.
c.
Telah
dilakukan sertifikasi pangan organik (SNI) NO. REG. : 023/INOFICE/2010.,
d.
Melakukan kerjasama dan Bermitra usaha dengan:
1.
Ponpes agro Nur El
Fallah Salatiga
2.
PT. Mitra Mas Semarang
3.
Kemitraan budidaya
penanaman buncis prancis (exspor)
4.
Kemitraan budidaya
sayuran organic bersama PT.
AGSI
5.
PPM
6.
Exspor Buncis Perancis
dan sayuran organik dengan CV. OG FRES
7.
PT. Dian Alfita Agro
Jakarta
8.
Superindo Solo
2.
Kelemahan (Weaknesses)
Kurangnya modal untuk memproduksi secara besar.
3.
Peluang (Opportunities)
Peluang pasar masih terbuka lebar untuk semua produk pertanian organik
khususnya pada komoditas buncis prancis yang sangat diminati oleh pasar baik
lokal maupun mancanegara, sedangkan pada selada keriting sendiri biasanya yang
memesan kebanyakan dari pasar lokal saja, dan pada pasar mancanegara jarang.
4.
Ancaman (Threats)
Ancaman yang ada biasanya mengalami gagal panen, tetapi di Gabungan
Kelompok Tani sendiri belum pernah mengalami gagal panen total akibat serangan
ham ataupun penyakit. Gagal panen ini hanya berapa persen saja, karena biasanya
akan dilakukan suatu penanganan secara langsung ketika ditemukan hama ataupun
penyakit pada suatu komoditas yang ada.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Cara
budidaya selada keriting pada umumnya sama dengan cara budidaya komoditas yang
lain. Sebelum melakukan budidaya selada keriting, hal yang harus dikerjakan
terlebih dahulu yaitu mengolah lahan yang akan dijadikan tempat hidup tanaman
selada. Setelah itu dibuat bedengan dan diberi mulsa plastik agar gulma bisa ditekan
keberadaannya dan memudahkan pengaturan jarak tanam. Sebelum melakukan
penanaman sebaiknya bedengan disiram terlebih dahulu menggunakan air untuk
memudahkan ketika penanaman, setelah selesai menanam bibit tersebut disiram
menggunakan power. Power mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pupuk dan Zat
Pengatur Tumbuh tanaman. Bahan dasar pembuatan power berasal dari air kelapa,
tetes tebu, nanas, kecambah, rumput laut, cincau, dan tempe. Bahan-bahan
tersebut difermentasi sehingga menghasilkan suatu ekstrak yang berguna untuk
mengganti pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh yang berasal dari kimia. Selain
menggunakan power petani menggunakan urin sebagai pupuk, aplikasinya dilakukan
minimal 2 minggu sekali jika menginginkan hasil yang baik.
Cara
aplikasi pestisida yang baik pada waktu pagi hari sebelum jam 9 dan pada saat
sore hari setelah jam 15.30. Penyemprotan pestisida dilakukan jika terjadi
serangan hama atau penyakit saja, jika tidak maka tidak dilakukan penyemprotan
pestisida karena akan membuang tenaga dan biaya. Pestisida yang digunakan di
Gabungan Kelompok Tani berasal dari biji bengkuang yang telah diekstrak. Fungsi
biji bengkuang ini dapat mengendalikan serangan hama khususnya ulat.
B.
Saran
Gabungan
Kelompok Tani Tranggulasi telah memiliki Laboraturium mini, yang fungsinya
untuk membuat PGPR dan biang PGPR, Power, Pestisida Nabati serta kegiatan yang
lain yang menyangkut dengan pertanian. Tetapi di Laboratorium tersebut
dilakukan beberapa fungsi yang lain pula seperti untuk memasak dan rapat kerja,
menurut saya hal ini tidak pas karena Laboratorium itu sendiri sebenarnya harus
selalu steril dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jambi.
Budiman, A., M. Thamrin, S. Asikin, and
Mukhlis. 2011. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida
Nabati. Laporan Penelitian. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Edi, S., dan J. Bobihoe.
2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Jambi.
Haryanto,
E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Komalasari,
R. 2012. Laporan Persemaian Selada. (On-line).
Rhia-cute.blogspot.com/2012/04/laporan-persemaian-selada.html. diakses 8
September 2012.
Nugroho, H., dan D.
Novalinda. 2007. Usaha Sayuran Sehat di
Dataran Rendah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi.
Soenandar,
M., M. N. Aeni, dan A. Raharjo. 2010. Petunjuk
Praktis Membuat Pestisida Organik. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius, Yogyakarta.
Lampiran 1. Benih Selada Yang Digunakan
Lampiran 2. Selada Keriting Yang Masih Ditiriskan
Setelah Dicuci
Lampiran
3. Biji Bengkuang Diblender Untuk Pestisida
Nabati
Lampiran 4. Biji Bengkuang Yang Sudah Diblender
Lampiran 5. Mengambil Ekstrak Biji Bengkuang Yang
Sudah Selesai Diblender
Lampiran 6. Pembuatan Media Biang PGPR
Lampiran 7.
Laporan Harian Praktik Kerja Lapangan
Lampiran 8.
Surat Keterangan Selesai PKL
Lampiran 9.
Lembar Penilaian Praktik Kerja Lapangan