Rabu, 28 November 2012

Prakata


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karuniaNya, sehingga penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Budidaya Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) Di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” berhasil diselesaikan.
Laporan praktik kerja lapangan ini tersusun atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kapada :
1.      Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman atas pemberian izin Praktik Kerja Lapang,
2.      Ir. Sisno, M.Si. selaku dosen pembimbing Praktik Kerja Lapang yang telah memberi arahan, motivasi dan bimbingan,
3.      Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Semarang atas pemberian izin Praktik Kerja Lapangan,
4.      Pimpinan Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi atas kesempatan yang telah diberikan untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, dan
5.      Semua pihak yang telah membantu penyusunan usul praktik kerja lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih kurang sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap agar penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
                                                                                                                           Purwokerto, September 2012
 Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR............................................................................................        vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................      viii
I.          PENDAHULUAN                                                                                               
A.    Latar Belakang..........................................................................................        1
B.     Tujuan dan Saran.......................................................................................        3
C.     Manfaat......................................................................................................       3
II.       TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sejarah Tanaman Selada.............................................................................       4
B.     Budidaya Tanaman Selada..........................................................................       4
C.     Jenis Selada.................................................................................................       6
D.    Organisme Pengganggu Tanaman Selada...................................................       8
E.     Prinsip Bertanam Secara Organik................................................................     11
F.      Pestisida Nabati............................................................................................     12
G.    Bahan-Bahan Yang Bisa Dijadikan Pestisida Nabati Dan Cara Aplikasinya   14
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.    Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan………………..     17
B.     Materi Praktik Kerja Lapangan……………………………………………     17
C.     Metode Pelaksanaan……………………………………………................      18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Profil Umum Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi…………………….     21
B.     Visi dan Misi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi…………………….    22
C.     Keadaan Dan Denah Lahan Kelompok Tani………………………………    23
D.    Kegiatan Usaha Di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi……………….    24
E.     Permodalan…………………………………………………………………    25
F.      Komoditas Andalan………………………………………………………..     25
G.    Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman.............................................   26
H.    Penanganan Pasca Panen..............................................................................    27
I.       Pengembangan SDM Dan Kegiatan Sosial..................................................     27
J.       Struktur Organisasi Kelompok Tani Tranggulasi……………………….....    30
K.    Skema Pemasaran Produk Sayuran Organik Kelompok Tani Tranggulasi..    31
L.     Data Lahan Petani Sayuran Organik (Kacang-Kacangan, Bunga, Dan Daun) Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur, Kecamatan Getasan…………         32
M.   Masalah yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan…………………...         35
N.    Analisis SWOT………………………………………………………....         43
V.    KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan……………………………………………………………..         46
B.     Saran…………………………………………………………………....         47
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….          48
LAMPIRAN………………………………………………………………….. .          49













DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                           Halaman
1.      Denah Lahan……………………………………………………….       23
2.      Struktur Organisasi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi………      30
3.      Skema Pemasaran………………………………………………….       31
4.      Kegiatan Pengolahan Tanah……………………………………….       35
5.      Melakukan Persemaian Selada Keriting…………………………...       37
6.      Bibit Selada Yang Telah Dipindahkan Ke Polibag………………..       38
7.      Menanam Selada Keriting…………………………………………       39
8.      Panen Selada Keriting……………………………………………..        41
9.      Pencucian Selada Setelah Dipanen………………………………..        42
10.  Selada Ditiriskan…………………………………………………..        42
11.  Pengepakan Selada………………………………………………..         43









DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                               Halaman
1.      Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik dan cara pengaplikasian dilapangan………………………………………….        14
2.      Data Kepemilikan Lahan…………………………………………....        32


















DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran                                                                                                Halaman
1.      Benih Selada Yang Digunakan…………………………..………………..            49
2.              Selada Keriting Yang Masih Ditiriskan Setelah Dicuci.............……………                 49
3.      Biji Bengkuang Diblender  Untuk Pestisida Nabati……………........ ... ……              50
4.      Biji Bengkuang Yang Sudah Diblender………………..............         50
5.      Mengambil Ekstrak Biji Bengkuang Yang Sudah Selesai Diblender  50
6.      Pembuatan Media Biang PGPR………………………………..          51
7.      Laporan Harian Praktik Kerja Lapangan…………….………           52
8.      Surat Keterangan Selesai PKL………………………………            53
9.      Lembar Penilaian Praktik Kerja Lapangan……………………..      54

Selasa, 27 November 2012

Laporan PKL

                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang berumur semusim dan termasuk dalam famili compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5 - 6,5. Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada akhir musim hujan, walaupun dapat ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010).
Selada mempunyai kandungan mineral antara lain iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. (Kontak Tani Nelayan Andalan, 2011).
Tanaman akan mudah terserang hama maupun penyakit bila kondisi fisiknya tidak baik. Adanya perubahan iklim/cuaca, menggunakan benih/bibit yang tidak baik, atau dari kondisi tanahnya merupakan salah satu faktor pemicu tanaman akan rentan terhadap serangan hama atau penyakit. Untuk mengatasinya dapat menggunakan obat-obatan yang banyak di pasaran. Dalam pembelian obat harus memperhatikan gejala yang ada pada tanaman, dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali (Lesman, 2012).
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun khususnya pestisida (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan ramah lingkungan. Pestisida nabati sudah lama digunakan oleh petani. Namun, dalam kurun waktu selanjutnya penggunaan pestisida nabati mulai ditinggalkan akibat ditemukannya DDT pada tahun 1939 yang kemudian digunakan secara meluas. Selanjutnya, produk pestisida sintetis mulai bermunculan. Namun, penggunaannya secara kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan (Sudarmo, 2005).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Budiman et al., 2011).

B.     Tujuan dan Saran
Tujuan pelaksanaan praktik kerja lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang antara lain untuk:
1.      Mengetahui teknik budidaya tanaman selada yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi,
2.      Mengetahui cara penanganan yang tepat ketika terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman selada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi, dan
3.      Mengetahui cara aplikasi dan waktu yang tepat dalam memberikan pestisida nabati dan pemupukan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.

C.    Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan praktik kerja lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi antara lain untuk:
1.      Menambah wawasan tentang kegiatan pertanian yang sesungguhnya, dan
2.      Memperluas pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa di bidang Agroteknologi khususnya dalam budidaya tanaman selada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.



                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sejarah Tanaman Selada
Selada merupakan sayuran daun yang berasal dari daerah (negara) beriklim sedang. Berawal dari kawasan Asia Barat dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbagai negara. Daerah penyebaran tanaman selada antara lain Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Afrika Tengah dan Afrika Barat serta Filipina. Dalam perkembangan selanjutnya pembudidayaan selada meluas ke negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di belahan dunia. Beberapa negara yang menaruh perhatian besar mengembangkan dan menciptakan varietas selada unggul di antaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Amerika dan Belanda (Abidin, 2011).

B.     Budidaya Tanaman Selada
Klasifikasi Tanaman Selada:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Lactuca
Spesies: Lactuca sativa L.
Selada (Lactuca sativa L.) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting sering dijadikan penghias hidangan.
Selada yang ditanam di dataran tinggi cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Anonim, 2009).
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya yang kecil diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Umumnya benih selada disemai terlebih dulu, tetapi penanaman langsung dapat saja dilakukan. Namun, lebih baik kalau disemaikan lebih dulu. Tanaman yang disemaikan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun tanaman dapat dipindahkan ke bedengan yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm tergantung varietas, semakin tinggi varietas yang ditanam semakin lebar jarak tanamnya.
Pemeliharaan selada dilakukan penyiraman tiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati dilakukan penyulaman sebelum tanaman berumur 10 hari dan penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma (Edi, 2010).

C.    Jenis Selada
Dari berbagai varietas selada yang berkembang saat ini dikelompokkan kedalam 4 tipe yaitu:
1.      Tipe Selada Kepala atau Selada Telur (Head lettuce)
Tipe selada kepala memiliki daun yang membentuk krop, yaitu daun – daun yang saling merapat membentuk bulatan yang menyerupai kepala. Tipe selada ini kropnya berbentuk bulat, beberapa helaian daun bawah tetap berlepasan, kropnya berukuran besar dan pada varietas tertentu daunnya ada yang berwarna hijau terang dan ada yang berwarna hijau keunguan (hijau agak gelap).
Daun halus, renyah, dan rasanya enak, sehingga disukai banyak konsumen. Batang tanaman sangat pendek terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat. Tipe selada kepala hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa sejuk. Apabila ditanam di dataran rendah, tanaman tidak bisa membentuk krop karena untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin. Tipe selada kepala ada 2 bentuk yaitu selada yang memiliki krop padat dengan daun yang keriting (jenis crishead) dan selada yang memiliki krop kurang padat dengan daun yang agak lurus/tidak terlalu keriting, daun halus licin, dan tepi daun rata (jenis butterhead). Tipe selada kepala jenis crishead dan butterhead tahan terhadap kekeringan sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
2.      Tipe Selada Rapuh (Cos lettuce atau Romaine lettuce)
Batang tanaman sangat pendek terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat. Tipe selada rapuh hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa dingin (sejuk). Apabila ditanam di dataran rendah tanaman tidak bisa membentuk krop, karena untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin. Beberapa varietas yang tergolong tipe rapuh ada yang sulit dibudidayakan di Indonesia, karena hanya tumbuh baik pada musim dingin.
3.      Tipe Selada Daun (Cutting lettuce atau Leaf lettuce)
Tipe selada daun memiliki ciri, tanaman tidak membentuk krop. Tipe ini helaian daunnya lepas, tepi daun berombak, beberapa varietas daunnya ada yang berwarna hijau dan ada yang berwarna merah tua (gelap), daun lebar dan berukuran besar. Tipe selada daun memiliki batang panjang dan terlihat. Tipe ini tahan terhadap kondisi panas dan dingin, sehingga bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun di dataran tinggi (pegunungan).
4.      Tipe Selada Batang (Asparagus lettuce atau Stem lettuce)
Tipe selada batang memiliki ciri, tanaman tidak membentuk krop, daunnya berukuran besar dan bulat panjang dengan ukuran panjang mencapai 40 cm dan lebar sekitar 15 cm, daun berlepasan, tangkai daun lebar, daun ada yang berwarna hijau tua dan ada yang berwarna hijau muda (tergantung pada varietasnya), tulang-tulang daun menyirip. Batang tanama panjang berkisar antara 30 cm - 40 cm, berukuran besar dan kokoh dengan garis tengah berkisar antara 5,6 cm - 7 cm, berwarna putih kehijauan atau hijau muda keputihan, halus dan renyah (Indoagrow, 2012).

D.    Organisme Pengganggu Tanaman Selada
1.      Penyakit yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a.    Busuk Daun (Bremia lactucae)
Gejala: diantara tulang-tulang daun terjadi bercak bersudut, berwarna hijau muda pucat sampai kuning. Pada permukaan bawah terbentuk jamur putih yang terdiri atas sporangiofor dan sporangium jamur. Bagian daun yang terinfeksi saling berhubungan dan berubah menjadi bercak cokelat yang besar. Jika penyakit timbul pada waktu tanaman masih kecil tanaman akan kerdil. Penyakit dapat berkembang terus pada saat selada disimpan dan diangkut, sehingga dapat membuka jalan bagi invasi jasad sekunder.
Penyebab: Jamur Bremia lactucae Regel memiliki miselium interseluler dengan haustorium bulat, sporangiofor bercabang dikotom. Ujung cabang yang mendukung sporangium melebar seperti membentuk cakram. Sporangium berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung membentuk spora kembar.


b.    Bercak Daun
Gejala: mula-mula nampak bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun. Secara bertahap bercak berkembang makin kedalam dan jaringan yang sakit menjadi kecokelatan di bagian tengahnya.
Penyebab penyakit adalah Cercospora longisima Sacc. Meskipun tersebar diseluruh dunia tetapi penyakit ini tidak terlalu merugikan.
c.    Virus Mosaik
Gejala: serangan terjadi pada bibit dan tanaman muda. Tanaman kerdil dan daun-daun nampak keriting tidak beraturan. Kadang-kadang tanaman pucat, hijau kekuning-kuningan, dan tepi daun mengerut secara berlebihan.
Penyebabnya adalah virus mosaik selada atau Lettuce mozaic virus. Sebutan lain adalah Lactuca virus L. (Jagger) Smith.
d.   Penyakit Rebah Semai (Dumping off)
Gejala: sebagian tanaman pada bedeng pembibitan rebah. Adanya luka seperti tersiram air panas pada pangkal batang. Kadang-kadang tanaman rebah terjadi sesaat sebelum tunas membuka. Pangkal akar yang terserang akan membusuk, mengering, mengeras, dan berwarna kehitaman.
Penyebab adalah jamur Rhizoctonia solani.
e.    Penyakit Busuk Basah (Soft root)
Gejala: pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan dan lunak, bercak membesar, dan membusuk. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas.
Penyebab busuk basah yaitu bakteri Erwinia carotovora.
f.     Bercak Daun Alternaria
Gejala: Pada daun terdapat bercak-bercak berbentuk bulatan konsentris kecil berwarna kelabu gelap yang meluas dengan cepat sehingga menjadi bercak bulat dengan garis tengah mencapai 1 cm. Penyakit ini banyak terdapa pada daun tua.
Penyebab bercak daun yaitu Alternaria brassicae. Jamur ini dapat terbawa oleh biji.
2.      Hama yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a.       Ulat Kremeng atau Tritip (Plutella maculipennis)
Gejala: daun tampak seperti karancang putih. Jika lebih diperhatikan ternyata karancang tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan ulat. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun mengering dan sobek. Serangan berat seluruh daging daun habis termakan sehingga yang tertinggal hanyalah tulang daunnya.
Penyebab kerusakan adalah Plutella maculipennis atau ulat tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa berbentuk ngengat dan warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara berkelompok, yaitu 2-3 butir telur setiap kelompok.

b.      Siput
Gejala: selada yang terserang siput daunnya banyak yang berlubang, tetapi tidak merata. Sering pula dijumpai alur-alur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya.
Penyebab gejala tersebut adalah siput Agriolimax sp. Hewan berkulit cokelat dengan tubuh lunak, bergerak amat lambat. Siput umumnya menyerang pada malam hari.
c.       Ulat Thepa javanica
Gejala: daun banyak berlubang dengan jarak lubang sangat dekat dan menggerombol.
Penyebab gejala tersebut adalah ulat Thepa javanica.
d.      Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: bagaian pangkal selada yang terserang akan terpotong hingga tanaman roboh dan mati.
Penyebab ulat Agrotis ipsilon yang menghuni tanah dan menggerogoti pangkal batang (Haryanto et al., 2007).

E.     Prinsip Bertanam Secara Organik
Sisitem pertanian organik merupakan sistem pertanian masa depan. Organik bukan hanya menunjuk pertanian tanpa bahan kimia, tetapi merupakan sistem pertanian ramah lingkungan yang mengutamakan keseimbangan ekosistem. Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM), tujuan dari sistem pertanian organik yaitu:
1.      Menghasilkan bahan pangan berkualitas dan bernutrisi tinggi dalam jumlah yang cukup,
2.      Melaksanakan interaksi yang efektif dengan sistem dan daur alami yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada,
3.      Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan mikroba, tanah, tumbuhan, dan hewan,
4.      Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan,
5.      Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian,
6.      Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan (Soenandar, et al., 2010).

F.     Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang berbahan dasar dari tumbuhan atau tanaman. Pestisida nabati merupakan salah satu altenatif dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pestisida nabati selain mengurangi pencemaran, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida sintetis/kimia.
Pestisida nabati dapat membunuh atau menggenggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu melalui perpaduan berbagai cara atau tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
1.      Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,
2.      Menghambat pergantian kulit,
3.      Mengganggu komunikasi serangga,
4.      Menyebabkan serangga menolak makan,
5.      Menghambat reproduksi serangga betina,
6.      Mengurangi nafsu makan,
7.      Memblokir kemampuan makan serangga,
8.      Mengusir serangga, dan
9.      Menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1.      Kelebihan pestisida nabati, antara lain:
a.       Murah dan mudah dibuat oleh petani,
b.      Relatif aman terhadap lingkungan,
c.       Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman,
d.      Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama,
e.       Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, dan
f.       Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.

2.      Kelemahan pestisida nabati, antara lain:
a.       Daya kerja relatif lambat,
b.      Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung,
c.       Tidak tahan terhadap sinar matahari,
d.      Kurang praktis,
e.       Tidak tahan disimpan, dan
f.       Kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang (Sudarmo, 2005).

G.    Bahan-Bahan Yang Bisa Dijadikan Pestisida Nabati Dan Cara Aplikasinya
Tabel 1. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik dan cara pengaplikasian dilapangan, antara lain:
No
Bahan Pestisida Organik
Cara Aplikasi
1
Biji saga
Tepung biji saga diencerkan dengan air bersifat racun perut bagi serangga. Tepung biji saga dalam tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang selama 3 bulan.
2
Daun dan batang serai
Abu daun dan batang serai dapat membunuh serangga hama gudang. Sedangkan dalam bentuk esktrak atau ditumbuk halus dan disaring kemudian dilarutkan dengan air dapat menjadi insektisida nabati.
3
Daun dan biji sirsak
Ekstrak daun dan biji sirsak yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga.
4
Biji srikaya
Tepung biji srikaya yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga
5
Daun dan biji nimba
Daun dan biji nimba dapat berfungsi mengendalikan lebih dari 127 jenis hama yang berperan sebagai fungisida, bakterisida, anti virus, namatisida serta moluskisida. Pengaplikasiannya adalah dua genggam biji saga ditumbuk dan dilarutkan dalam 1 liter air dibiarkan semalam, disaring lalu disemprotkan pada tanaman, alternatif lain 1 kg daun
segar direbus dalam 5 liter air didiamkan semalam disaring dan disemprot atau 5 kg daun segar ditumbuk, direndam dalam air dan biarkan semalam disaring dan disemprot.
6
Umbi gadung
Umbi gadung yang dihaluskan dan dicampur dengan umpan dapat berfungsi sebagai rodentisida untuk meracuni atau mengendalikan hama tikus.
7
Daun sembung
Daun sembung yang dilarutkan air yang ditambah sekitar 0,1% detergen cair mengakibatkan lebih 50% kematian
keong mas.
8
Bubuk lada
Bubuk lada dengan konsentrasi 0,25-0,5% menanggulangi serangga hama gudang. Lada berfungsi sebagai insektisida, fungisida dan nematisida.
9
Abu kayu
Abu kayu ditabur disekeliling akar tanaman untuk mengatasi hama uret, abu kayu ditaburkan dalam parit disekeliling tanaman dapat mengatasi ulat grayak, ulat tanah dan siput, abu kayu dicampur dengan air dan disemprotkan untuk mengatasi kumbang pada tomat sedangkan abu kayu dicampur kapur dan air sabun untuk disemprotkan dalam mengatasi kumbang pada timun.
10
Tepung cabai merah
Tepung cabai merah yang dilarutkan dan disemprot untuk mengatasi hama serangga.
11
Daun tembakau
Pada konsentrasi 1 - 2% atau sekitar 10-20 g daun tembakau yang ditambah sekitar 0,1% deterjen (1-2 cc deterjen cair/1 - 2 g deterjen padat) campur dalam 1 liter air direbus atau diendapkan semalam dan disemprotkan pada tanaman sebagai mengendalikan berbagai macam organisme pengganggu tanaman. Tepung daun tembakau juga dapat mengendalikan hama gudang.
(Nugroho, 2007).















                                                                                                  III.            METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.    Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan praktik kerja lapangan akan dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan waktu pelaksanaan selama 25 hari kerja yang dimulai pada bulan Juli 2012.

B.     Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi praktik kerja lapangan yang akan dilaksanakan yaitu:
A.    Kondisi umum perusahaan yang meliputi:
a)      Sejarah dan Perkembangan Gapoktan Tranggulasi,
b)      Struktur organisasi perusahaan, dan
c)      Tenaga kerja.
B.     Kegiatan budidaya tanaman yang meliputi:
a.       Cara budidaya,
b.      Pemeliharaan,
c.       Panen, dan
d.      Pengepakan komoditas yang akan dikirim.


C.    Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik kerja lapang ini menggunakan metode :
1.      Metode peran serta
Metode peran serta adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
2.      Metode observasi dan wawancara
Observasi dan wawancara dilakukan dengan pengamatan dan pengajuan pertanyaan langsung kepada Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi untuk mendapatkan data sekunder seperti, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi yang ada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
3.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi:
a.       Data primer, diperoleh dari:
1)      Pengamatan secara visual dan praktik secara langsung serta pencatatan data di lapangan,
2)      Interview, yaitu mengadakan wawancara dengan petani dan pimpinan gabungan kelompok tani tranggulasi tentang teknik pembuatan pestisida nabati dan manfaat pestisida nabati dalam pengendalian hama dan penyakit.


b.      Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumentasi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan dengan pengendalian organisme pengganggu tanaman pada komoditas selada (Lactuca Sativa L.).
4.      Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Contoh Analisis SWOT untuk LSM kecil:
1.      Kekuatan
a.       Kami mampu melakukan penelitian ini karena dengan mempunyai sedikit pekerjaan saat ini berarti kami mempunyai banyak waktu.
b.      Peneliti utama kami mempunyai reputasi sangat baik diantara komunitas kebijakan.
c.       Direktur organisasi kami mempunyai hubungan baik dengan Kementrian.
2.      Kelemahan
a.       Organisasi kami belum terlalu dikenal oleh departemen-departemen pemerintah lainnya.
b.      Kami mempunyai sedikit karyawan dengan keahlian rendah di banyak bidang.
c.       Kami rentan menghadapi situasi bila karyawan sakit atau keluar.
3.      Kesempatan
a.       Kami melakukan kegiatan isu topical.
b.      Pemerintah menyatakan bahwa mereka akan mendengarkan suara LSM lokal.
c.       LSM lainnya dari wilayah kami akan mendukung kami
4.      Tantangan
a.       Apakah laporannya akan menjadi terlalu sensitif secara politis sehingga mengancam keberlanjutan dana dari sponsor?
b.      Ada banyak bukti berlawanan yang dapat digunakan untuk mendiskreditkan penelitian kami dan dengan demikian organisasi kami juga akan didiskreditkan.












                                                                                                                            IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Profil Umum Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Kelompok Tani Tranggulasi yang terletak di Dusun Selo Ngisor Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang berada pada ketinggian tempat ± 1450 mdpl, mempunyai spesialisasi kegiatan agribisnis komoditas sayuran organik. Usaha tersebut telah dilakukan kelompok tani Tranggulasi sejak tahun 2000-an. Awalnya adalah karena keterbatasan kemampuan para anggota untuk membeli saprodi berupa pupuk dan pestisida.
Karena mahalnya pupuk dan bahan-bahan kimia tersebut, maka kelompok mencoba membuat sendiri pupuk organik berupa fermentasi urin sapi, urin kelinci, pupuk bokashi, agensia hayati dan lain-lain. Selain bisa menghemat pengeluaran juga berpengaruh terhadap lingkungan yang sehat, manusia dan juga produk  yang di hasilkannya.
Keberadaan kelompok tani Tranggulasi juga sangat strategis, selain menjadi wahana belajar dan mengajar antar anggota kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bertani, juga sebagai kelompok usaha yang menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi. Seperti PPL dan IPPHTI yang semuanya mendukung program sayuran organik.
Tahun 2006 kelompok Tranggulasi mendapatkan penghargaan prestasi sebagai Juara I Sayur Organik Tingkat Nasional. Tahun 2007 menyusun SPO 18 item, tahun 2008 menjadi tempat penyusunan SPO Tingkat Pusat. Dalam perkembangan kegiatannya dari tahun ketahun di bidang pemasaran semakin jelas ada kemitraan yang sampai sekarang telah mengekspor buncis prancis ke singapura.

B.           Visi dan Misi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Berdasarkan potensi yang ada serta jangkauan ke depan kelompok tani Tranggulasi mempunyai cita-cita yang  ingin di capai melalui visi dan misinya yaitu:
Visi: Menjadikan desa Batur sebagai Agrowisata Sayuran Organik Agribisnis                                                                                      yang mampu meningkatkan ekonomi petani.
Misi     :
a.       Memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan pendapatan petani,
b.      Menjadikan pertanian berkelanjutan bagi petani yang ramah lingkungan,
c.       Membangun hubungan kerjasama kemitraan untuk pemasaran hasil sayuran organik,
d.      Menumbuh kembangkan sains petani.





C.    Keadaan Dan Denah Lahan Kelompok Tani
Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi berdiri sejak tanggal 10 Desember 2001. Klasifikasi kelompok tergolong madya. Berada  di Dusun Selongisor di ketinggian ± 1400m dpl, dengan jumlah penduduk 85 KK terdiri dari:
a.             Laki-laki                                        : 125 jiwa
b.            Perempuan                                                : 159 jiwa
c.             Luas lahan tegal kelompok           : 20 ha
d.            Komoditas lahan                           : Sayuran organik
e.             Pola tanam                                    : Pergiliran tanam dan tumpang sari

SNV84618.JPG
Gambar 1. Denah Lahan



D.    Kegiatan Usaha Di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
Kegiatan usaha yang ada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi, antara lain:
a.             Pembuatan pupuk organik,
b.            Perbanyakan Mikro Organisme efektif Lokal (MOL),
c.             Pengembangan agensia hayati: Trichoderma dan Beauveriabassiana serta vertilisium,
d.            Memproduksi pupuk cair organik, insektisida alami,
e.             Bekerjasama dan Bermitra usaha dengan:
1.      Pondok Pesantren agro Nur El Fallah Salatiga
2.      PT. Mitra Mas Semarang
3.      Kemitraan budidaya penanaman buncis prancis (exspor)
4.      Kemitraan budidaya sayuran organik bersama PT.AGSI
5.      PPM
6.      Exspor buncis perancis dan sayuran organik  dengan CV. OG FRES
7.      PT. DIAN ALFITA AGRO JAKARTA
8.      Superindo Solo
  1. Atas bimbingan pengurus IPPHTI pusat, Bapak Suprapto pernah mengadakan Expo IPPHTI tingkat kabupaten Semarang pada tanggal 16 Maret 2004. Anggota kelompok mengadakan lokakarya Ekologi Tanah dan menerapkan PHT dengan membentuk kelompok PUSPAHATI,
  2. Menganalisakan kandungan produk sayuran organik ke Balai Besar   Laboratorium kesehatan Surabaya pada tanggal 10 Mei 2006 dengan nomor 23/051/Tox/V/2006 terhadap berbagai jenis sayuran antara lain kubis, brokoli, lettuce, buncis, kapri, bawang daun dan labu siam. Hasilnya sayuran tersebut negatif dari residu pestisida golongan organol phosphate, golongan karbonat, DDT, Thiodan, Dieldrin, Endrin , dan Lendan.,
  3. Menyusun SOP Sayuran Organik  (2008),
  4. Melakukan registrasi kebun organik 2010, dan
j.        Melaukan sertifikasi pangan organik (SNI) NO. REG. : 023/INOFICE/2010.

E.     Permodalan
Untuk menunjang usaha kelompok telah mengadakan kerjasama dengan cara:
1.         Menghimpun modal dari anggota kelompok  sendiri,
2.         Pinjaman lunak dari LKMA JICCA,
3.         Pemanfaatkan bengkok Kepala dusun Selongisor untuk usaha pertanian, dan
4.         Pinjaman  lunak dari GATARI.

F.     Komoditas Andalan
Dari berbagai sayuran organic yang di hasilkan oleh Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi, yang menjadi andalan adalah brokoli dan buncis prancis, dengan alasan:
1.            Benih mudah di dapat di pasaran,
2.            Mudah dalam pembudidayaan,
3.            Harga di pasar lebih stabil sehingga lebih menguntungkan, dan
4.            Banyak di sukai konsumen karena dalam penelitiaan yang telah banyak di lakukan dinyatakan mengandung zat yang dapat mencegah kanker (brokoli).
Jenis sayuran yang di usahakan adalah:
Kubisl, Brokoli, Cabai Besar, Petsay, Wortel, Pakchoy, Kentang, Lettuce, Buncis, Kapri, Bawang Daun, Tomat, Bayam Jepang (spinache), Bit Root, Lobak Putih.

G.    Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman
Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi, antara lain:
1.            Pengendalian  OPT dilakukan dengan cara mekanik, rotasi tanaman dan hayati dengan menggunakan perstisida nabati (MOL) dan Agensia Hayati,
2.            Pestisida nabati dan bio pestisida yang biasa di gunakan adalah Tcichoderma spp (biasanya digunakan sebelum tanaman pada saat pembuatan bedengan, dicampur merata dengan pupuk kandang) Beauveria bassiana, dan
3.            Penyakit khususnya jamur digunakan Agensia Hayati.



H.    Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.             Penanganan untuk pasar tradisional, dibeli oleh pengepul
b.            Penanganan untuk supermarket dan pasar khusus dan mitra usaha, dilakukan tahapan sebagai berikut :

1.            Pemanenan
2.            Pencucian
3.            Sortasi
4.            Greading
5.            Packing
6.            Pengiriman


I.       Pengembangan SDM Dan Kegiatan Sosial
Pengembangan SDM Dan Kegiatan Sosial, antara lain:
1.      Guna peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan kelompok tani mengikuti berbagai macam pelatihan diantaranya sebagai berikut:
a.       Pertemuan bulalan yang dilaksanakan setiap tanggal 5,
b.      Pelatihan PRA,
c.       Pelatihan TOT Ekologi Tanah,
d.      Pelatihan Koperasi tingkat Jawa  Tengah,
e.       Pelatihan Pertanian Organik Tingkat Jawa Tengah,
f.       Pelatihan Kewirausahaan di Bogor,
g.      Pelatihan penangkaran bibit kentang di Bandung,
h.      Pelatihan P4S di Ketindan Malang (BBPP).
i.        Study Banding di STA Malang,
j.        Study Banding tanaman stevia di Tawang Mangu,
k.      Magang managemen di BMT Mandiri,
l.        Magang Packing House di MTJ Bandung,
m.    Seminar champion sayuran di Serang,
n.      Workshop Campion tingkat Jawa Tengah, dan
o.      Workshop Campion tingkat nasional.
2.      Sebagai Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S), yang pernah magang atau study banding diantaranya:
a.       Magang bagi siswa sekolah pertanian
b.      Praktik Kerja Lapangan (UNS)
c.       Studi lapang BPTP Jateng
d.      One day Tour
e.       Kelompok Tani Canggalan dari Temanggung
f.       Kelompok Tani Kledung Temanggung
g.      Kelompok Tani Sri Rejek Sukoharjo
h.      Kunjungan peserta pelatihan bersama derektur hortikultura dan bio farmaka Pusat
i.        Kunjungan Kelompok Prima Tani Kb. Magelang
j.        Kunjungan Kelompok Prima Tani Sumowono
k.      Magang dari UNCEN Irian Jaya (Papua)
3.      Tempat PKL untuk SMK
a.       SMK Dharma Lestari Salatiga
b.      SMK-SPP Muhamadiyah Magelang
c.       SPP H Munadi Ungaran
d.      SMK Islam Jepara
e.       Pondok Pesantren Agro Ilir-Ilir Karanganyar
f.       SMK Pertanian I Bawen










J.      Struktur Organisasi Kelompok Tani Tranggulasi
 











Gambar 2. Struktur Organisasi Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
                                   






K.    Skema Pemasaran Produk Sayuran Organik Kelompok Tani Tranggulasi
 







Gambar 3. Skema Pemasaran


                         










L.     Data Lahan Petani Sayuran Organik (Kacang-Kacangan, Bunga, Dan Daun) Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur, Kecamatan Getasan

Tabel 2. Data Kepemilikan Lahan
No
N a m a
Alamat
Luas lahan (m2)
1
Safrudin
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
2
Poyo
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
3
Wardi
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
4
Narto
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.250
5
Jumarno
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.250
6
Sarmin
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.000
7
Pitoyo
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
8
Parman
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
5.000
9
Supardi HS.
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
8.000
10
Wardi
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
11
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
12
Sri Jumiati
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
6.000
13
Wahab
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.250
14
Supardi Gepe
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
15
Ngatemin
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
16
Jumari S.
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
17
Pardi In
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
18
Sumadi
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
19
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.000
20
Supardi Gepe
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.000
21
Supardi HS.
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
6.000
22
Poyo
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
23
Pitoyo
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
24
Harun
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
25
Siti Imronah
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
26
Mujar
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
27
Jumari
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
28
Supar
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
29
Jumadi
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
30
Jumari
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
31
Mujar
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
32
Jumari
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
33
Jumarno
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.750
34
Suradi
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
35
Ngatemin
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
36
Saderi
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.250
37
Jumadi
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
38
Saderi
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.250
39
Sumadi
Dsn. Selongisor RT.03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
40
Eko Aryanto
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
41
Jumari S.
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
42
Nyono
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
43
Pardi In
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
44
Rebo
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
45
Pitoyo
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
46
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
47
Pitoyo
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
48
Ngatimin
Dsn. Selongisor RT. 02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
49
Cipto Senin
Dsn. Selongisor RT.01 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
4.000
50
Pitoyo
Dsn. Selongisor RT. 03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
51
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.500
52
Sarmin
Dsn. Selongisor RT. 02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.000
53
Suradi
Dsn. Selongisor RT. 03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
54
Supar
Dsn. Selongisor RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
55
Ngatemin
Dsn. Selongisor RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
56
Sarmin
Dsn. Selongisor RT. 02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.500
57
Suradi
Dsn. Selongisor RT. 03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
58
Supar
Dsn. Selongisor RT.02 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
59
Poyo
Dsn. Selongisor RT. 01/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.000
60
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500
61
Mujar
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
62
Suradi
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.750
63
Harto Slamet
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
2.250
64
Jumari R.
Dsn. Selongisor RT.03 / RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
3.000
65
Mujar
Dsn. Selongisor RT.03/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
5.000
66
Supardi Gepe
Dsn. Selongisor RT.01/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.250
67
Bejo M.
Dsn. Selongisor RT.02/ RW. 15, Ds. Batur, Kec. Getasan
1.500

Jumlah
165.000





M.   Masalah yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan
Masalah yang dikaji selama Praktik Kerja Lapangan yaitu saya mengambil judul tentang Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, yang dimulai sejak tanggal 16 Juli 2012 s/d 9 Agustus 2012.
Budidaya tanaman selada pada dasarnya sama dengan budidaya tanaman sayuran pada umumnya. Cara budidayapun tergolong mudah, dan tidak membutuhkan waktu yang relatif lama dalam melakukan budidaya sampai mendapatkan hasil.
Langkah-langkah dalam melakukan budidaya tanaman selada, antara lain:
1.      Penyiapan Lahan
SNV83797.JPG
Gambar 4. Kegiatan Pengolahan Tanah.

Mengolah tanah sebelum dilakukan penanaman sangat penting. Ada berbagai macam tujuan dalam mengolah tanah, antara lain:
a.       Memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar. Struktur remah diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di dalam tanah, dan untuk memperkecil hambatan terhadap penembusan akar. Sebaliknya, suatu persemaian yang baik umumnya membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan yang lebih tinggi di sekitar benih,
b.      Mengendalikan gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang berlebih (penjarangan),
c.       Menata sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu dicampur secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan untuk mengendalikan serangga lewat musim dingin atau untuk mencegah hambatan terhadap pengerjaan presisi seperti penanaman atau pendangiran tanaman tertentu,
d.      Mengecilkan erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut garis tinggi, pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat,
e.       Memperoleh bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman, pengairan, drainase, panen, dan sebagainya,
f.       Membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam tanah,
g.      Melakukan pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu lapis ke lapis lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain atau pemanenan umbian (Anonim, 2008).
Tanah yang sudah selesai diolah, diatas permukaannya langsung ditutup oleh pupuk kandang. Pupuk kandang yang ditaruh diatas permukaan tanah yang telah selesai diolah masih tercium bau tidak enak, dan ketika itu pula diberi agensia hayati untuk menghilangkan bau dan mempercepat proses pemasakan pupuk kandang. Tanah didiamkan kurang lebih 1 minggu, kemudian dilakukan pemasangan mulsa plastik dengan jarak tanam 30x30 cm.
2.      Persemaian
SNV84017.jpg
Gambar 5. Melakukan Persemaian Selada Keriting.

Pembibitan/persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman.
Pada umumnya persemaian mempunyai 2 tipe, yaitu:
a)      Persemaian tetap
Ciri-cirinya, yaitu:
1.      Umumnya berukuran luas,
2.      Digunakan dalam jangka waktu yang lama,
3.      Bentuk bangunan modern dan permanent,
4.      Peralatan lebih canggih.
b)      Persemaian sementara/tidak tetap
Ciri-cirinya, yaitu:
1.      Tidak terlalu luas, hanya untuk beberapa kali produksi bibit
2.      Umumnya digunakan dalam jangka waktu 1-3 tahun, paling lama 5 tahun
3.      Letak berpindah-pindah sesuai lokasi penanaman
4.      Bentuk bangunan sederhana (Komalasari, R. 2012).
3.      Pemindahan persemaian selada dari kotak semai ke polibag
Photo0209.jpg
Gambar 6. Bibit Selada Yang Telah Dipindahkan Ke Polibag.
Pemindahan persemaian dari kotak semai ke polibag bertujuan untuk melindungi bibit agar tetap terjaga dari resiko patahnya batang,. Pemindahan bibit ke lapangan menunggu usia bibit kira-kira 2 minggu setelah pemindahan ke polibag, pemindahan ke lapangan menunggu tanaman lebih besar yang bertujuan untuk menyiapkan tanaman agar lebih siap ketika hidup di lapang.
4.      Penanaman
SNV83857.JPG
Gambar 7. Menanam Selada Keriting.

Untuk menghindari kelayuan setelah penanaman dan memudahkan penanaman, tanah disiram sehingga kondisi tanah lembab. Pada saat praktik kerja lapangan yang telah saya lakukan penyiraman pertama menggunakan air biasa, dan setelah penanaman menggunakan power. Power ini mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh tanaman. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 pagi atau sore hari setelah jam 15.30 untuk menghindari stres karena terik matahari. Untuk membuat lubang tanam, digunakan tugal untuk memudahkan pada saat tanam.
5.      Pemeliharaan
Dalam setiap budidaya yang dilakukan pemeliharaan adalah kegiata paling inti, karena dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu hasil budidaya yang telah kita lakukan. Kegiatan pemeliharaan yang telah saya lakukan pada saat Praktik Kerja Lapangan kemarin antara lain dalam setiap hari tanaman selada disiram dengan air sehari satu kali, minimal tiap 1minggu sekali dilakukan penyemprotan memakai power, dan jika ada serangan hama/penyakit dilakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati. Sebaiknya ketika kita melakukan penyemprotan waktu yang paling baik ialah pagi hari maksimal jam 9. Jika melakukan penyemprotan dengan pestisida nabati dilakukan pada pagi hari karena hama yang cenderung belum melakukan aktifitas dan dapat memberantas dengan optimal.
Ada kegiatan lain dalam pemeliharaan yaitu menghilangkan gulma yang ada disekitar tanaman budidaya. Jika tidak dihilangkan gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya khususnya dalam memenuhi unsur hara dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya tersebut.
Secara umum pengendaliaan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1.      Preventif: cara ini digunakan dengan maksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma supaya usaha pemberantasan dapat dikurangi atau ditiadakan. Kegiatannya meliputi pengelolaan tanah atau pertanaman itu secara keseluruhan sehingga mengurangi biaya operasional dalam pemberantasan.
2.      Mekanis: cara ini menggunakan alat-alat mulai dari alat yang paling sederhana sampai yang modern.
6.      Panen
Kegiatan memetik/memanen sayur yang telah siap panen sesuai persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan persyaratan yang diminta pasar.
SNV83716.JPG
Gambar 8. Panen Selada Keriting.
Syarat-syarat panen selada, antara lain:
a.       Pemanenan dilakukan pada umur panen yang tepat untuk menghasilkan mutu yang baik,
b.      Pemanenan dilakuakn dengan cara yang tidak menurunkan hasil,
c.       Hasil panen diperlakukan dengan hati-hati,
d.      Alat dan wadah yang digunakan untuk panen dalam keadaan baik, bersih, bebas, dari kontaminasi, bukan bekas tempat pupuk atau pestisida meskipun sudah dibersihkan, dan
e.       Hasil panen sayuran organik tidak boleh dicampur dengan hasil panen sayuran konvensional.
7.      Packing
Selada yang sudah dipanen kemudian dicuci terlebih dahulu sebelum dilakukan pengepakan barang, setelah itu ditiriskan kurang lebih 15 menit supaya airnya hilang, dan proses selanjutnya dilakukan proses pengepakan.
SNV84130.JPG
Gambar 9. Pencucian Selada Setelah Dipanen

SNV84131.JPG
Gambar 10. Selada Ditiriskan
SNV84148.jpg
Gambar 11. Pengepakan Selada


N.    Analisis SWOT
1.         Kekuatan (Strengths)
a.          Struktur organisasi yang rapih dan kerja yang terkoordinir dengan baik,
b.         Adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan kelompok tani dengan cara mengikuti berbagai macam pelatihan yaitu:
a)            Pertemuan bulalan yang dilaksanakan setiap tanggal 5,
b)            Pelatihan PRA,
c)            Pelatihan TOT Ekologi Tanah,
d)           Pelatihan Koperasi tingkat Jawa  Tengah,
e)            Pelatihan Pertanian Organik Tingkat Jawa Tengah,
f)             Pelatihan Kewirausahaan di Bogor,
g)            Pelatihan penangkaran bibit kentang di Bandung,
h)            Pelatihan P4S di Ketindan Malang (BBPP).
i)              Study Banding di STA Malang,
j)              Study Banding tanaman stevia di Tawang Mangu,
k)            Magang managemen di BMT Mandiri,
l)              Magang Packing House di MTJ Bandung,
m)          Seminar champion sayuran di Serang,
n)            Workshop Campion tingkat Jawa Tengah, dan
o)            Workshop Campion tingkat nasional.
c.          Telah dilakukan sertifikasi pangan organik (SNI) NO. REG. : 023/INOFICE/2010.,
d.         Melakukan kerjasama dan Bermitra usaha dengan:
1.            Ponpes agro Nur El Fallah Salatiga
2.            PT. Mitra Mas Semarang
3.            Kemitraan budidaya penanaman buncis prancis (exspor)
4.            Kemitraan budidaya sayuran organic bersama PT. AGSI
5.            PPM
6.            Exspor Buncis Perancis dan sayuran organik  dengan CV. OG FRES
7.            PT. Dian Alfita Agro Jakarta
8.            Superindo Solo

2.         Kelemahan (Weaknesses)
Kurangnya modal untuk memproduksi secara besar.
3.         Peluang (Opportunities)
Peluang pasar masih terbuka lebar untuk semua produk pertanian organik khususnya pada komoditas buncis prancis yang sangat diminati oleh pasar baik lokal maupun mancanegara, sedangkan pada selada keriting sendiri biasanya yang memesan kebanyakan dari pasar lokal saja, dan pada pasar mancanegara jarang.
4.         Ancaman (Threats)
Ancaman yang ada biasanya mengalami gagal panen, tetapi di Gabungan Kelompok Tani sendiri belum pernah mengalami gagal panen total akibat serangan ham ataupun penyakit. Gagal panen ini hanya berapa persen saja, karena biasanya akan dilakukan suatu penanganan secara langsung ketika ditemukan hama ataupun penyakit pada suatu komoditas yang ada.








                                                                                                                              V.            KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Cara budidaya selada keriting pada umumnya sama dengan cara budidaya komoditas yang lain. Sebelum melakukan budidaya selada keriting, hal yang harus dikerjakan terlebih dahulu yaitu mengolah lahan yang akan dijadikan tempat hidup tanaman selada. Setelah itu dibuat bedengan dan diberi mulsa plastik agar gulma bisa ditekan keberadaannya dan memudahkan pengaturan jarak tanam. Sebelum melakukan penanaman sebaiknya bedengan disiram terlebih dahulu menggunakan air untuk memudahkan ketika penanaman, setelah selesai menanam bibit tersebut disiram menggunakan power. Power mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh tanaman. Bahan dasar pembuatan power berasal dari air kelapa, tetes tebu, nanas, kecambah, rumput laut, cincau, dan tempe. Bahan-bahan tersebut difermentasi sehingga menghasilkan suatu ekstrak yang berguna untuk mengganti pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh yang berasal dari kimia. Selain menggunakan power petani menggunakan urin sebagai pupuk, aplikasinya dilakukan minimal 2 minggu sekali jika menginginkan hasil yang baik.
Cara aplikasi pestisida yang baik pada waktu pagi hari sebelum jam 9 dan pada saat sore hari setelah jam 15.30. Penyemprotan pestisida dilakukan jika terjadi serangan hama atau penyakit saja, jika tidak maka tidak dilakukan penyemprotan pestisida karena akan membuang tenaga dan biaya. Pestisida yang digunakan di Gabungan Kelompok Tani berasal dari biji bengkuang yang telah diekstrak. Fungsi biji bengkuang ini dapat mengendalikan serangan hama khususnya ulat.

B.     Saran
Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi telah memiliki Laboraturium mini, yang fungsinya untuk membuat PGPR dan biang PGPR, Power, Pestisida Nabati serta kegiatan yang lain yang menyangkut dengan pertanian. Tetapi di Laboratorium tersebut dilakukan beberapa fungsi yang lain pula seperti untuk memasak dan rapat kerja, menurut saya hal ini tidak pas karena Laboratorium itu sendiri sebenarnya harus selalu steril dan bersih.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengolahan dan Dinamika Tanah. http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengolahan-dan-dinamika-tanah-2/ diakses 8 September 2012.
Anonim. 2009. Budidaya Selada. (On-line). http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/budidaya-selada/ diakses 8 Mei 2012.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jambi.
Budiman, A., M. Thamrin, S. Asikin, and Mukhlis. 2011. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Edi, S., dan J. Bobihoe. 2010.  Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indoagrow. 2012. Jenis-Jenis Selada. (On-line). http://indoagrow.wordpress.com/2012/02/12/jenis-jenis-selada/ diakses 8 Mei 2012.
Komalasari, R. 2012. Laporan Persemaian Selada. (On-line). Rhia-cute.blogspot.com/2012/04/laporan-persemaian-selada.html. diakses 8 September 2012.
Kontak Tani Nelayan Andalan. 2011. Bertanam Selada Organik. (On-line). http://ktnakampar.wordpress.com/2011/11/06/bertanam-selada-organik-lactuca-sativa/ diakses 8 Mei 2012.
Nugroho, H., dan D. Novalinda. 2007. Usaha Sayuran Sehat di Dataran Rendah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi.
Soenandar, M., M. N. Aeni, dan A. Raharjo. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius, Yogyakarta.
Tarumingkeng, R.C. 2008. Pestisida Dan Penggunaannya. (On-line). http://www.scribd.com/doc/3116466/Pestisida-dan-Penggunaannya diakses 8 Mei 2012.


Lampiran 1. Benih Selada Yang Digunakan
SNV83986.jpg

Lampiran 2. Selada Keriting Yang Masih Ditiriskan Setelah Dicuci
SNV84129.JPG

Lampiran 3. Biji Bengkuang Diblender  Untuk Pestisida Nabati
SNV83894.JPG
Lampiran 4. Biji Bengkuang Yang Sudah Diblender
SNV83904.JPG
Lampiran 5. Mengambil Ekstrak Biji Bengkuang Yang Sudah Selesai Diblender
Photo0208.jpg
Lampiran 6. Pembuatan Media Biang PGPR
SNV84185.JPG
SNV84196.JPG
SNV84179.JPG
Lampiran 7. Laporan Harian Praktik Kerja Lapangan





















Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai PKL





















Lampiran 9. Lembar Penilaian Praktik Kerja Lapangan