Rabu, 24 Oktober 2012

Usul PKL Selada


            I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang berumur semusim dan termasuk dalam famili compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur dengan pH tanah 5 - 6,5. Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada akhir musim hujan, walaupun dapat ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010).
Selada mempunyai kandungan mineral antara lain iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kulit luar yang hijau adalah yang paling baik. Dimasak perlahan-lahan selama 15 menit merupakan obat penderita insomnia (Kontak Tani Nelayan Andalan, 2011).
Tanaman akan mudah terserang hama maupun penyakit bila kondisi fisiknya tidak baik. Adanya perubahan iklim/cuaca, menggunakan benih/bibit yang tidak baik, atau dari kondisi tanahnya merupakan salah satu faktor pemicu tanaman akan rentan terhadap serangan hama atau penyakit. Untuk mengatasinya dapat menggunakan obat-obatan yang banyak di pasaran. Dalam pembelian obat harus memperhatikan gejala yang ada pada tanaman, dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali (Lesman, 2012).
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun khususnya pestisida (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan ramah lingkungan. Pestisida nabati sudah lama digunakan oleh petani. Namun, dalam kurun waktu selanjutnya penggunaan pestisida nabati mulai ditinggalkan akibat ditemukannya DDT pada tahun 1939 yang kemudian digunakan secara meluas. Selanjutnya, produk pestisida sintetis mulai bermunculan. Namun, penggunaannya secara kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan (Sudarmo, 2005).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Budiman et al., 2011).


B.     Tujuan dan Saran
Tujuan pelaksanaan praktik kerja lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang antara lain untuk:
1.      Mengetahui teknik pembuatan pestisida nabati yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi,
2.      Mengetahui cara aplikasi dan waktu yang tepat dalam memberikan pestisida nabati di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi, dan
3.      Mengetahui manfaat pestisida nabati dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman selada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.

C.    Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan praktik kerja lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi antara lain untuk:
1.      Menambah wawasan tentang kegiatan pertanian yang sesungguhnya, dan
2.      Memperluas pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa di bidang Agroteknologi khususnya dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman selada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.




                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sejarah Tanaman Selada
Selada merupakan sayuran daun yang berasal dari daerah (negara) beriklim sedang. Berawal dari kawasan Asia Barat dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbgai negara. Daerah penyebaran tanaman selada antara lain Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Afrika Tengah dan Afrika Barat serta Filipina. Dalam perkembangan selanjutnya pembudidayaan selada meluas ke negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di belahan dunia. Beberapa negara yang menaruh perhatian besar mengembangkan dan menciptakan varietas selada unggul di antaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Amerika dan Belanda (Abidin, 2011).

B.     Budidaya Tanaman Selada
Klasifikasi Tanaman Selada:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Lactuca
Spesies: Lactuca sativa L.
Selada (Lactuca sativa L.) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting sering dijadikan penghias hidangan.
Selada yang ditanam di dataran tinggi cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman (Anonim, 2009).
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya yang kecil diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Umumnya benih selada disemai terlebih dulu, tetapi penanaman langsung dapat saja dilakukan. Namun, lebih baik kalau disemaikan lebih dulu. Tanaman yang disemaikan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun tanaman dapat dipindahkan ke bedengan yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm tergantung varietas, semakin tinggi varietas yang ditanam semakin lebar jarak tanamnya.
Pemeliharaan selada dilakukan penyiraman tiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati dilakukan penyulaman sebelum tanaman berumur 10 hari dan penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma (Edi, 2010).
C.    Jenis Selada
Dari berbagai varietas selada yang berkembang saat ini dikelompokkan kedalam 4 tipe yaitu:
1.      Tipe Selada Kepala atau Selada Telur (Head lettuce)
Tipe selada kepala memiliki daun yang membentuk krop, yaitu daun – daun yang saling merapat membentuk bulatan yang menyerupai kepala. Tipe selada ini kropnya berbentuk bulat, beberapa helaian daun bawah tetap berlepasan, kropnya berukuran besar dan pada varietas tertentu daunnya ada yang berwarna hijau terang dan ada yang berwarna hijau keunguan (hijau agak gelap).
Daun halus, renyah, dan rasanya enak, sehingga disukai banyak konsumen. Batang tanaman sangat pendek terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat. Tipe selada kepala hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa sejuk. Apabila ditanam di dataran rendah, tanaman tidak bisa membentuk krop karena untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin. Tipe selada kepala ada 2 bentuk yaitu selada yang memiliki krop padat dengan daun yang keriting (jenis crishead) dan selada yang memiliki krop kurang padat dengan daun yang agak lurus/tidak terlalu keriting, daun halus licin, dan tepi daun rata (jenis butterhead). Tipe selada kepala jenis crishead dan butterhead tahan terhadap kekeringan sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
2.      Tipe Selada Rapuh (Cos lettuce atau Romaine lettuce)
Batang tanaman sangat pendek terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah sehingga batang hampir tidak terlihat. Tipe selada rapuh hanya cocok ditanam di dataran tinggi (pegunungan) yang berhawa dingin (sejuk). Apabila ditanam di dataran rendah tanaman tidak bisa membentuk krop, karena untuk pembentukan krop diperlukan suhu yang dingin. Beberapa varietas yang tergolong tipe rapuh ada yang sulit dibudidayakan di Indonesia, karena hanya tumbuh baik pada musim dingin.
3.      Tipe Selada Daun (Cutting lettuce atau Leaf lettuce)
Tipe selada daun memiliki ciri, tanaman tidak membentuk krop. Tipe ini helaian daunnya lepas, tepi daun berombak, beberapa varietas daunnya ada yang berwarna hijau dan ada yang berwarna merah tua (gelap), daun lebar dan berukuran besar. Tipe selada daun memiliki batang panjang dan terlihat. Tipe ini tahan terhadap kondisi panas dan dingin, sehingga bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun di dataran tinggi (pegunungan).
4.      Tipe Selada Batang (Asparagus lettuce atau Stem lettuce)
Tipe selada batang memiliki ciri, tanaman tidak membentuk krop, daunnya berukuran besar dan bulat panjang dengan ukuran panjang mencapai 40 cm dan lebar sekitar 15 cm, daun berlepasan, tangkai daun lebar, daun ada yang berwarna hijau tua dan ada yang berwarna hijau muda (tergantung pada varietasnya), tulang-tulang daun menyirip. Batang tanama panjang berkisar antara 30 cm - 40 cm, berukuran besar dan kokoh dengan garis tengah berkisar antara 5,6 cm - 7 cm, berwarna putih kehijauan atau hijau muda keputihan, halus dan renyah (Indoagrow, 2012).


D.    Organisme Pengganggu Tanaman Selada
1.      Penyakit yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a.    Busuk Daun (Bremia lactucae)
Gejala: diantara tulang-tulang daun terjadi bercak bersudut, berwarna hijau muda pucat sampai kuning. Pada permukaan bawah terbentuk jamur putih yang terdiri atas sporangiofor dan sporangium jamur. Bagian daun yang terinfeksi saling berhubungan dan berubah menjadi bercak cokelat yang besar. Jika penyakit timbul pada waktu tanaman masih kecil tanaman akan kerdil. Penyakit dapat berkembang terus pada saat selada disimpan dan diangkut, sehingga dapat membuka jalan bagi invasi jasad sekunder.
Penyebab: Jamur Bremia lactucae Regel memiliki miselium interseluler dengan haustorium bulat, sporangiofor bercabang dikotom. Ujung cabang yang mendukung sporangium melebar seperti membentuk cakram. Sporangium berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung membentuk spora kembar.
b.    Bercak Daun
Gejala: mula-mula nampak bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun. Secara bertahap bercak berkembang makin kedalam dan jaringan yang sakit menjadi kecokelatan di bagian tengahnya.
Penyebab penyakit adalah Cercospora longisima Sacc. Meskipun tersebar diseluruh dunia tetapi penyakit ini tidak terlalu merugikan.


c.    Virus Mosaik
Gejala: serangan terjadi pada bibit dan tanaman muda. Tanaman kerdil dan daun-daun nampak keriting tidak beraturan. Kadang-kadang tanaman pucat, hijau kekuning-kuningan, dan tepi daun mengerut secara berlebihan.
Penyebabnya adalah virus mosaik selada atau Lettuce mozaic virus. Sebutan lain adalah Lactuca virus L. (Jagger) Smith.
d.   Penyakit Rebah Semai (Dumping off)
Gejala: sebagian tanaman pada bedeng pembibitan rebah. Adanya luka seperti tersiram air panas pada pangkal batang. Kadang-kadang tanaman rebah terjadi sesaat sebelum tunas membuka. Pangkal akar yang terserang akan membusuk, mengering, mengeras, dan berwarna kehitaman.
Penyebab adalah jamur Rhizoctonia solani.
e.    Penyakit Busuk Basah (Soft root)
Gejala: pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan dan lunak, bercak membesar, dan membusuk. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas.
Penyebab busuk basah yaitu bakteri Erwinia carotovora.
f.     Bercak Daun Alternaria
Gejala: Pada daun terdapat bercak-bercak berbentuk bulatan konsentris kecil berwarna kelabu gelap yang meluas dengan cepat sehingga menjadi bercak bulat dengan garis tengah mencapai 1 cm. Penyakit ini banyak terdapa pada daun tua.
Penyebab bercak daun yaitu Alternaria brassicae. Jamur ini dapat terbawa oleh biji.
2.      Hama yang sering menyerang tanaman selada, antara lain:
a.       Ulat Kremeng atau Tritip (Plutella maculipennis)
Gejala: daun tampak seperti karancang putih. Jika lebih diperhatikan ternyata karancang tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan ulat. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun mengering dan sobek. Serangan berat seluruh daging daun habis termakan sehingga yang tertinggal hanyalah tulang daunnya.
Penyebab kerusakan adalah Plutella maculipennis atau ulat tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa berbentuk ngengat dan warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara berkelompok, yaitu 2-3 butir telur setiap kelompok.
b.      Siput
Gejala: selada yang terserang siput daunnya banyak yang berlubang, tetapi tidak merata. Sering pula dijumpai alur-alur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya.
Penyebab gejala tersebut adalah siput Agriolimax sp. Hewan berkulit cokelat dengan tubuh lunak, bergerak amat lambat. Siput umumnya menyerang pada malam hari.


c.       Ulat Thepa javanica
Gejala: daun banyak berlubang dengan jarak lubang sangat dekat dan menggerombol.
Penyebab gejala tersebut adalah ulat Thepa javanica.
d.      Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: bagaian pangkal selada yang terserang akan terpotong hingga tanaman roboh dan mati.
Penyebab ulat Agrotis ipsilon yang menghuni tanah dan menggerogoti pangkal batang (Haryanto et al., 2007).

E.     Prinsip Bertanam secara Organik
Sisitem pertanian organik merupakan sistem pertanian masa depan. Organik bukan hanya menunjuk pertanian tanpa bahan kimia, tetapi merupakan sistem pertanian ramah lingkungan yang mengutamakan keseimbangan ekosistem. Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM), tujuan dari sistem pertanian organik yaitu:
1.      Menghasilkan bahan pangan berkualitas dan bernutrisi tinggi dalam jumlah yang cukup,
2.      Melaksanakan interaksi yang efektif dengan sistem dan daur alami yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada,
3.      Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan mikroba, tanah, tumbuhan, dan hewan,
4.      Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan,
5.      Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian,
6.      Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan (Soenandar, et al., 2010).

F.     Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang berbahan dasar dari tumbuhan atau tanaman. Pestisida nabati merupakan salah satu altenatif dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pestisida nabati selain mengurangi pencemaran, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida sintetis/kimia.
Pestisida nabati dapat membunuh atau menggenggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu melalui perpaduan berbagai cara atau tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
1.      Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,
2.      Menghambat pergantian kulit,
3.      Mengganggu komunikasi serangga,
4.      Menyebabkan serangga menolak makan,
5.      Menghambat reproduksi serangga betina,
6.      Mengurangi nafsu makan,
7.      Memblokir kemampuan makan serangga,
8.      Mengusir serangga, dan
9.      Menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1.      Kelebihan pestisida nabati, antara lain:
a.       Murah dan mudah dibuat oleh petani,
b.      Relatif aman terhadap lingkungan,
c.       Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman,
d.      Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama,
e.       Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, dan
f.       Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
2.      Kelemahan pestisida nabati, antara lain:
a.       Daya kerja relatif lambat,
b.      Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung,
c.       Tidak tahan terhadap sinar matahari,
d.      Kurang praktis,
e.       Tidak tahan disimpan, dan
f.       Kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang (Sudarmo, 2005).




G.    Bahan-Bahan untuk Pestisida Nabati dan Cara Aplikasinya
Tabel 1. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik dan cara pengaplikasian dilapangan, antara lain:
No
Bahan Pestisida Organik
Cara Aplikasi
1
Biji saga
Tepung biji saga diencerkan dengan air bersifat racun perut bagi serangga. Tepung biji saga dalam tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang selama 3 bulan.
2
Daun dan batang serai
Abu daun dan batang serai dapat membunuh serangga hama gudang. Sedangkan dalam bentuk esktrak atau ditumbuk halus dan disaring kemudian dilarutkan dengan air dapat menjadi insektisida nabati.
3
Daun dan biji sirsak
Ekstrak daun dan biji sirsak yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga.
4
Biji srikaya
Tepung biji srikaya yang diencerkan dapat membunuh kutu dan serangga
5
Daun dan biji nimba
Daun dan biji nimba dapat berfungsi mengendalikan lebih dari 127 jenis hama yang berperan sebagai fungisida, bakterisida, anti virus, namatisida serta moluskisida. Pengaplikasiannya adalah dua genggam biji saga ditumbuk dan dilarutkan dalam 1 liter air dibiarkan semalam, disaring lalu disemprotkan pada tanaman, alternatif lain 1 kg daun
segar direbus dalam 5 liter air didiamkan semalam disaring dan disemprot atau 5 kg daun segar ditumbuk, direndam dalam air dan biarkan semalam disaring dan disemprot.
6
Umbi gadung
Umbi gadung yang dihaluskan dan dicampur dengan umpan dapat berfungsi sebagai rodentisida untuk meracuni atau mengendalikan hama tikus.
7
Daun sembung
Daun sembung yang dilarutkan air yang ditambah sekitar 0,1% detergen cair mengakibatkan lebih 50% kematian
keong mas.
8
Bubuk lada
Bubuk lada dengan konsentrasi 0,25-0,5% menanggulangi serangga hama gudang. Lada berfungsi sebagai insektisida, fungisida dan nematisida.
9
Abu kayu
Abu kayu ditabur disekeliling akar tanaman untuk mengatasi hama uret, abu kayu ditaburkan dalam parit disekeliling tanaman dapat mengatasi ulat grayak, ulat tanah dan siput, abu kayu dicampur dengan air dan disemprotkan untuk mengatasi kumbang pada tomat sedangkan abu kayu dicampur kapur dan air sabun untuk disemprotkan dalam mengatasi kumbang pada timun.
10
Tepung cabai merah
Tepung cabai merah yang dilarutkan dan disemprot untuk mengatasi hama serangga.
11
Daun tembakau
Pada konsentrasi 1 - 2% atau sekitar 10-20 g daun tembakau yang ditambah sekitar 0,1% deterjen (1-2 cc deterjen cair/1 - 2 g deterjen padat) campur dalam 1 liter air direbus atau diendapkan semalam dan disemprotkan pada tanaman sebagai mengendalikan berbagai macam organisme pengganggu tanaman. Tepung daun tembakau juga dapat mengendalikan hama gudang.
(Nugroho, 2007).






                                                                                                        III.            METODE PRAKTIK KERJA LAPANG
A.    Tempat dan Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
Kegiatan praktik kerja lapang akan dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan waktu pelaksanaan selama 25 hari kerja yang dimulai pada bulan Juli 2012.

B.     Materi Praktik Kerja Lapang
Materi praktik kerja lapang yang akan dilaksanakan yaitu:
1.      Kondisi umum perusahaan yang meliputi:
a.       Sejarah dan Perkembangan perusahaan,
b.      Struktur organisasi perusahaan, dan
c.       Tenaga kerja.
2.      Kegiatan pemeliharaan tanaman yang meliputi:
a.       Pembuatan pestisida nabati, dan
b.      Teknik aplikasi dan waktu aplikasi.






C.    METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktik kerja lapang ini menggunakan metode :
1.      Metode peran serta
Metode peran serta adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
2.      Metode observasi dan wawancara
Observasi dan wawancara dilakukan dengan pengamatan dan pengajuan pertanyaan langsung kepada Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi untuk mendapatkan data sekunder seperti, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi yang ada di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi.
3.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi:
a.       Data primer, diperoleh dari:
1)      Pengamatan secara visual dan praktik secara langsung serta pencatatan data di lapangan,
2)      Interview, yaitu mengadakan wawancara dengan petani dan pimpinan gabungan kelompok tani tranggulasi tentang teknik pembuatan pestisida nabati dan manfaat pestisida nabati dalam pengendalian hama dan penyakit.



b.      Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumentasi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan dengan pengendalian organisme pengganggu tanaman pada komoditas selada (Lactuca Sativa L.).
4.      Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Contoh Analisis SWOT untuk LSM kecil:
1.      Kekuatan
a.       Kami mampu melakukan penelitian ini karena dengan mempunyai sedikit pekerjaan saat ini berarti kami mempunyai banyak waktu.
b.      Peneliti utama kami mempunyai reputasi sangat baik diantara komunitas kebijakan.
c.       Direktur organisasi kami mempunyai hubungan baik dengan Kementrian.
2.      Kelemahan
a.       Organisasi kami belum terlalu dikenal oleh departemen-departemen pemerintah lainnya.
b.      Kami mempunyai sedikit karyawan dengan keahlian rendah di banyak bidang.
c.       Kami rentan menghadapi situasi bila karyawan sakit atau keluar.
3.      Kesempatan
a.       Kami melakukan kegiatan isu topical.
b.      Pemerintah menyatakan bahwa mereka akan mendengarkan suara LSM lokal.
c.       LSM lainnya dari wilayah kami akan mendukung kami
4.      Tantangan
a.       Apakah laporannya akan menjadi terlalu sensitif secara politis sehingga mengancam keberlanjutan dana dari sponsor?
b.      Ada banyak bukti berlawanan yang dapat digunakan untuk mendiskreditkan penelitian kami dan dengan demikian organisasi kami juga akan didiskreditkan.












                                                                                                                              IV.            JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan Praktik Kerja Lapang akan dilakukan selama 25 hari pada bulan Juli 2012. Adapun jadwal kegiatan selama Praktik Kerja Lapang sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapang di Gabungan Kelompok Tani Tranggulasi
No.
Uraian Kegiatan
Minggu ke-
1
2
3
4
1.
Persiapan dan pengenalan kondisi di tempat PKL




2.
Pengamatan dan pelaksanaan teknis pemeliharaan tanaman terhadap OPT




3.
Kelengkapan data dan pembuatan laporan









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Budidaya Selada. (On-line). http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/budidaya-selada/ diakses 8 Mei 2012.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jambi.
Budiman, A., M. Thamrin, S. Asikin, and Mukhlis. 2011. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Edi, S., dan J. Bobihoe. 2010.  Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 2007. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indoagrow. 2012. Jenis-Jenis Selada. (On-line). http://indoagrow.wordpress.com/2012/02/12/jenis-jenis-selada/ diakses 8 Mei 2012.
Kontak Tani Nelayan Andalan. 2011. Bertanam Selada Organik. (On-line). http://ktnakampar.wordpress.com/2011/11/06/bertanam-selada-organik-lactuca-sativa/ diakses 8 Mei 2012.
Nugroho, H., dan D. Novalinda. 2007. Usaha Sayuran Sehat di Dataran Rendah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi.
Soenandar, M., M. N. Aeni, dan A. Raharjo. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius, Yogyakarta.
Tarumingkeng, R.C. 2008. Pestisida Dan Penggunaannya. (On-line). http://www.scribd.com/doc/3116466/Pestisida-dan-Penggunaannya diakses 8 Mei 2012.






Lampiran
daun_selada_keriting.JPG