Rabu, 24 Oktober 2012

Laporan Kestan


ACARA I
PENGENALAN PUPUK ANORGANIK
UNSOED.png
OLEH
ROMBONGAN 3B (5)
1.      DIAH AYU LESTARI               (A1L009162)
2.      RIAN RUDIYANA                    (A1L009163)
3.      RIZA AFRINDA                                    (A1L009165)
4.      ADE YOGAWATI                     (A1L009167)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010


BAB I. PENDAHULUAN

Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena kehidupan dan perkembanngan tumbuh-tumbuhan dan segala makhuk hidup di dunia sangat memerlukan tanah. Akan tetapi arti penting ini kadang-kadang diabaikan oleh manusia, sehingga tanah tidak berfungsi lagi sebagai mana mestinya. Tanah menjadi gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana, sehingga tidak lagi menjadi sumber dari segala kehidupan.
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air,udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah, menurunkan hasil panenan dan rusaknya sifat fisik,kimiawi dan biologi tanah.
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk  ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk:
1)      Pupuk organik atau pupuk alami (manure)
adalah pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral.
2)      Pupuk kimia atau pupuk buatan  (fertilizer)
adalah pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
Berdasarkan bentuk fisiknya, maka pupuk dibedakan menjadi dua :
1.      Pupuk padat, adalah pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam.
2.      Pupuk cair, adalah pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan, pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan yaitu :
1)      pupuk tunggal, adalah pupuk yang mengandung hanya satu unsure.
2)      pupuk majemuk, adalah pupuk yang paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan.
            Dalam pemberian pupuk atau melakuakn pemupukan beberapa hal perlu diperhatikan diantaranya:
1.      Tanaman-tanaman yang akan dipupuk
2.      Jenis tanah yang akan dipupuk
3.      Jenis pupuk yang digunakan
4.      Dosis(jumlah) pupuk yang diberikan
5.      Waktu pemupukan
6.      Cara pemupukan
            Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan dari praktikum acara I adalah:
1)      Mampu mengenal berbagai macam pupuk anorganik dan mampu membedakannya
2)      Mengetahui sifat-sifat pupuk anorganik meliputi warna, bentuk, pH, higroskopis, dan kelarutan masing-masing pupuk












BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kelebihan Pupuk Buatan

Dalam pemakaiannya pupuk buatan terbukti mempunyai kelebihan yang positif daripada pupuk organik, seperti pupuk kandang, air kotoran dari kandang, kotoran manusia dan kompos sebagai berikut :
a)     Dengan pupuk buatan kita dapat memberikan berbagai zat makanan tanaman dalam jumlah dan perbandingan yang kita kehendaki.
b)     Unsur makanan tanaman dari pupuk buatan dalam banyak hal bekerja lebih cepat daripada pupuk organik. Ia biasanya tersedia dalam bentuk yang lebih mudah larut, sedangkan pupuk buatan dapat kita berikan pada waktu yang paling tepat. Malah ia dapat di berikan sebagai pupuk tambahan, bilamana ternyata tanaman masih membutuhkannya.
c)     Pupuk buatan lebih mudah diatur pengangkutannya daripada pupuk organik. Pengangkutannya lebih cepat dan merah.
Walaupun pupuk buatan mempunyai berbagai sifat yang positif, pada mulanya orang enggan menggunakan garam sebagai pupuk. Namun pada akhirnya penggunaannya tidak dapat dicegah lagi karena pengaruhnya didalam praktek jelas terbukti. (Hardjodinomo, 1970)
1.      Sifat Fisik Pupuk
Sifat fisik pupuk erat kaitannya dengan keadaan atau kondisi pupuk terutama mengenai warna, ketahanan pupuk, ukuran pupuk, dan bentuk pupuk, yaitu:

a.       Higroskopisitas
adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada di udara. Pupuk yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi basah atau mencair bila tidak tertutup.  Bila kelembapan udara menurun, pupuk dapat menjadi kering kembali tetapi terjadi bongkah-bongkah yang keras. Pada suhu udara rata-rata berbagai jenis pupuk mulai menarik uap air pada kelembapan nisbi udara lebih dari 50%. Di Indonesia kelembapan nisbi udara rata-rata sekitar 80%, sehingga pupuk yang mudah menarik air (higroskopis) seperti urea akan menjadi rusak kalau tidak disimpan dengan baik. Untuk mengurangi higroskopisitas tersebut biasanya pupuk dibuat menjadi butir-butiran sehingga luas permukaan yang menarik air menjadi berkurang.  Kadang-kadang butiran tersebut juga diberi lapisan penahan air, yang hanya dapat menyerap air jika kadar air cukup banyak.
b.      Kelarutan
Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air dan mudah tidaknya unsur yang terdapat dalam pupuk diambil oleh tanaman.  Umumnya pupuk N dan K mudah sekali larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat dibedakan menjadi:
a)      Mudah larut dalam air (superpospat)
b)      Larut dalam asam sitrat atau ammonium sitrat (FMP – Fused Magnesium Phosphate)
c)      Larut dalam asam keras (fosfat alam)
c.       Daya Kristalisasi
Daya kristalisasi kelembaban dimana pupuk tersebut disimpan.  Apabila suhu dan kelembaban rendah maka daya pengkristalan pupuk akan tinggi. Daya pengkristalan ini bisa dikurangi dengan pemakaian bahan-bahan yang disebut conditioner. Conditioner ini diberikan pada saat pembentukan pupuk.
d.      Segregasi
Segregasi merupakan kemampuan pupuk untuk tetap berada dalam bentuk butiran yang terpisah, hal ini diperlukan karena, jika segregasi suatu pupuk tinggi maka pupuk tersebut akan mengumpul sehingga akan menyulitkan untuk aplikasi pupuk tersebut. (Sutejo, 1987)















BAB III. METODE KERJA
A.    Alat dalam Praktikum ini adalah :

1.      Tabung reaksi
2.      Cawan petridish
3.      Kertas buram
4.      Aquades
5.      Sendok
6.      pH paper universal
7.      timbanagan analitik
8.      kertas label
9.      gelas piala

B.     Bahan dalam Praktikum ini adalah :

10.  Urea
11.  NPK
12.  KCl
13.  SP-36
14.  ZA
15.  Gandasil-D
16.  BFA


C.     Prosedur Praktikum
1.      Kelarutan
Masing-masing pupuk diambil satu sendok, larutan pada beker gelas yang berisi aquades yang sama (50 ml), diamkan  selama 1 jam tanpa diaduk atau dikocok sama sekali. Amati dan catat kecepatan melarutnya (lambat, agak cepat, cepat, dan sangat cepat).
2.      pH
Diambil contoh pupuk padat dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kurang lebih 1 cm, ditambah aquades sehingga tingginya menjadi kurang lebih 3 cm. Tutup tabung reaksi dengan plastik, dan kocoklah hingga larut semua. Diamkan selama 1 jam dan ukurlah pH larutan (bagian yang bening) dengan pH stik.
3.      Higroskopisitas
Diambil contoh bahan pupuk padat, letakkan di atas sehelai kertas buram yang dilandasi dengan Petridis. Letakkan di tempat terbuka (temperature kamar) selama 1 minggu. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi (kecepatan melarut dari pupuk tersebut) dan tentukan higroskipisitas (higroskopis, agak higroskopis, dan tidak higroskopis).













BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A)    Hasil Pengamatan
Pengamatan Hari Pertama
Nama Pupuk
Warna
Komposisi
pH
Kelarutan
Higroskopisitas
Urea
Putih
N 46%
7
+++
+
ZA
Putih
N 21%
S 24%
6
++
-
SP-36
Abu-Abu
P2O5 36%
3
+
+
KCl
Orange
50,68%
6
+++
+
BFA
Hitam
-
6,5
+
-
NPK
Orange
N 15%
P 15%
K15%
6,5
+++
+
Gandasil-D
Hijau
N 20%
P 15%
K 15%
Mg 1%
6,5
++++
++




Pengamatan Hari Keempat
Nama Pupuk
Warna
Komposisi
pH
Kelarutan
Higroskopisitas
Urea
Putih
N 46%
7
++++
++
ZA
Putih
N 21%
S 24%
6
+
+
SP-36
Abu-Abu
P2O5 36%
3
+
-
KCl
Orange
50,68%
6
+++
+
BFA
Hitam
-
6,5
+
-
NPK
Orange
N 15%
P 15%
K15%
6,5
+++
+
Gandasil-D
Hijau
N 20%
P 15%
K 15%
Mg 1%
6,5
++++
++


B)    Pembahasan
Praktikum acara mengenal macam – macam pupuk dan dapat membedakannya menggunakan tujuh macam pupuk yang akan dibandingkan satu dengan yang lainnya. Macam pupuk yang digunakan, yaitu :Urea,Gandasil D, KCl,BFA,ZA,SP-36, dan NPK.
Pengamatan selama praktikum menunjukan bahwa pupuk jenis Urea memiliki warna putih, berbentuk Kristal dengan kandungan unsur N sebayak 46% dengan pH 7. SP-36 memiliki warna abu-abu,berbentuk butiran dan kadar P2O5 36% dengan pH 3. Gandasil D memiliki warna hijau dengan bentuk pasta dan memiliki kandungan N 20%, P 15%, K 15%, Mg 1% dengan pH 6,5. Untuk pupuk KCl yg berwarna Orange yang berbentuk Kristal memiliki kandungan K2O sebanyak 50,68% dengan pH 6. BFA berbentuk butiran dan berwarna hitam dengan pH 6,5. Pupuk NPK memiliki warna orange dengan bentuk butiran dan kadungannya N 15 %, P 15 %, K 15 % dengan pH 6,5. ZA berwarna putih dan berbentuk Kristal dengan kandungan N 21% dan S 24% dengan pH 6. Banyak unsur hara yang dikandung oleh pupuk merupakan faktor utama untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur haranya mempengaruhi kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur hara dalam tanah.
Hasil pengamatan pada hari pertama menunjukkan tingkat higroskopisitas yang paling tinggi adalah Gandasil D memiliki kelarutan yang lebih cepat dibanding dengan pupuk jenis lainnya. Pada pengamatan hari keempat tingkat higroskopisitas yang paling tinggi adalah Gandasil-D dan Urea. Sedangkan yang memiliki kelarutan paling lambat dari hasil pengamatan hari pertama adalah pupuk jenis SP-36 dan BFA. Pada pengamatan hari keempatnya menunjukkan hasil bahwa SP-36, ZA, dan BFA yang memiliki tingkat kelarutan paling rendah. Umumnya pupuk N dan K mudah larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat dibedakan menjadi mudah larut dalam air (Superfosfat, larut dalam asam nitrat atau ammonium sitrat (Fused Magnesium Phosphat) dan larut dalm asam keras (Fosfat alam). Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalaam air. Hal ini juga membuktikan mudah tidaknya unsur yang terkandung didalam pupuk dapat diambil oleh tanaman.
Urea memiliki pH 7 dan merupakan pH tertinggi dibanding pupuk jenis lain yang rata-rata memiliki pH netral 7, namun untuk pupuk jenis SP-36 memiliki pH 3 yang bersifat asam. Pupuk dapat bereaksi fisiologis masam, netral atau alkalis. Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah berarti menyebabkan tanah menjadi masam, sedangkan pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan pH tanah.
Tingkat higroskopisitas jenis pupuk yang memiliki bentuk Kristal lebih hiroskopis dibading dengan pupuk yang dibuat dengan bentuk butiran karena pupuk berbentuk butiran permukaannya yang lebih menarik air menjadi berkurang.                                    (Harbowigeno,1987)
Sifat pupuk erat kaitannya dengan keadaan atau kondisi pupuk, terutama mengenai warna, ketahanan pupuk, ukuran pupuk dan bentu pupuk. Bentuk sifat pupuk pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Higroskopisitas
mudah tidaknya pupupk menyerap uap air yang ada diudara. Pupuk yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi baasah atau mencair bila tidak tertutup rapat atau terkena udara bebas, seperti Urea akan mudah menjadi mudah rusak kalau tidak disimpan dengan baik. Untuk mengurangi higroskopisita tersebut biasanya pupuk dibuat menjadi butir-butir sehingga permukaannya yang lebih menarik air menjadi berkurang.
2.      Kelarutan
menunjukkan mudah tidak nya pupuk larut dalam air dan mudah tidaknya unsure yang terdapat dalam pupuk diambil oleh tanaman. Umumnya pupuk N dan K mudah larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat dibedakan menjadi mudah larut dalam air dan larut dalm asam keras (Fosfat alam).
3.      Daya kristalisasi
merupakan kelembaban dimana pupuk itu disimpan. Apabila suhu dan kelembaban rendah maka daya pengkristalan ini bias dikurangi dengan pemakaian bahan-bahan yang disebut kondisioner. Kondisioner ini diberikan pada saat pembentukkan pupuk.
4.      Segregasi
merupakan kemampuan suatu pupuk untuk tetap dalam keadaan butiran yang terpisah, hal ini diperlukan karena jika segregasi suatu pupuk tinggi maka pupuk tersebut akan mengumpul sehingga akan menyul;itkan untuk aplikasi pupuk tersebut.




BAB V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pupuk yang mempunyai tingkat higroskopis tinggi adalah Gandasil-D dan Urea
2.      Pupuk yang tidak higroskopis adalah BFA, dan SP-36
3.      Pupuk yang memiliki tingkat kelarutan tinggi adalah Gandasil-D dan Urea
4.      Pupuk yang memiliki tingkat kelarutan paling rendah adalah ZA, BFA, dan SP-36
B.     Saran
Ketika penentuan pH perlu adanya ketelitian yang tinggi.












DAFTAR PUSTAKA

Harbowigeno. 1987. Ilmu Tanah. PT Meditama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hardjodinomo, S. 1970. Ilmu Memupuk. Binacipta. Jakarta.
Sutedjo, M. M dan A.G. Kartasapoetra. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta.
















ACARA II
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR (MIXED FERTILIZER)
UNSOED.png
OLEH
ROMBONGAN 3B (5)
1.      DIAH AYU LESTARI               (A1L009162)
2.      RIAN RUDIYANA                    (A1L009163)
3.      RIZA AFRINDA                                    (A1L009165)
4.      ADE YOGAWATI                     (A1L009167)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO

BAB I. PENDAHULUAN

Budidaya tanaman pada dasarnya merupakan usaha memanipulasi lingkungan.  Usaha tersebut hanya akan berhasil jika kita mengenal dengan baik sifat-sifat tanaman yang akan dibudidayakan dan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh.  Sifat tanaman ditentukan oleh jenis dan genetik tanaman.  Kondisi lingkungan secara langsung maupun tidak langsung juga akan mempengaruhi sifat tanaman, seperti:  jenis lahan, jenis tanah, tipe iklim, vegetasi lainnya, dan tindakan manusia itu sendiri dalam rangka budidaya.
Kondisi lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan dan reproduksi suatu tanaman, serta teknik budidaya yang diterapkan.  Lingkungan hidup tanaman dapat diatur atau dimanipulasi sesuai dengan syarat tumbuh suatu tanaman, dengan mengetahui syarat tumbuh maka akan mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Orientasi lapangan sangat penting artinya untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman serta teknik budidaya yang diterapkan.
Indonesia merupakan suatu negara agraria yang terletak di daerah tropis.  Ekosistem yang belum terjamah oleh peran manusia, mampu menyediakan unsur hara bagi tumbuhan yang hidup di dalamnya.  Keadaan di alam bebas dari pengaruh manusia perkembangan tanaman seimbang dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa organisme, akan tetapi akibat usaha pertanian yang dilakukan manusia sekarang ini menyebabkan proses pencucian hara yang menguntungkan lebih efektif.  Hal demikian itu menyebabkan usaha pertanian yang dilakukan memerlukan masukan dari luar, agar terpenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat menghasilkan output secara maksimal.  Pemberian masukan dari luar ini dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan pemupukan.  Secara dari luar pemupukan sebenarnya juga termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sfat tanah misalnya pemberian pesin pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pengapuran dan ameliorasi.  Kegiatan pemupukan dalam usaha pertanian perlu mengetahui keadaan dasar pupuk tersebut, antara lain, sifat fisiknya, sifat kimianya, dan efeknya bagi tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan dari praktikum acara II adalah untuk mengetahui cara pembuatan pupuk campur. Selain itu, agar praktikan juga dapat membuat pupuk campur dari pupuk tunggal yang ada.






BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1.      Unsur-Unsur Pupuk
Paling tidak ada 14 unsur esensial yang diperoleh tanaman dari tanah. Dua dari mereka, kalsium dan magnesium diberikan kedalam tanah sebagai kapur terutama di daerah yang kekurangan kedua unsur itu. Walaupun tidak dianggap sebagai pupuk, kapur mempunyai efek hara yang nyata. Belerang dijumpai dalam berbagai pupuk dan pengaruhnya dianggap penting di beberapa tempat. Akan tetapi sebagai hara ia tidak kritikal, oleh karena itu sering tidak dianggap begitu penting. Kecuali unsur hara mikro, tinggal tiga unsur yaitu nitrogen, kalium, dan fosfor. Ketiga unsur itu sering dita,bahkan sebagai pupuk dagangan, mereka sering disebut sebagai unsur-unsur pupuk.
                                                                              (Goeswono, 1983)
2.      Tujuan dari Pembuatan Pupuk Campur
Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga, dan biaya. Dengan sesekali pemberian pupuk, kita sudah memasok dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun demikian perlu diingat bahwa untuk mencampur pupuk harus hati-hati, karena beberapa pupuk menjadi rusak apabila dicampur atau tidak dapat disimpan lama setelah pencampuran. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan pupuk campur adalah: (1) pupuk yang dicampur harus berfasa masa, (2) tidak menimbulkan efek campuran yangmerugikan tanaman, (3) pencampuran pupuk harus dilakukan dalam keadaan kering, (4) kandungan haranya harus dihitung, (5) kekurangan bahan pupuk dapat diisi dengan bahan pengisi yang berbentuk serbuk, tanah kering, atau abu gosok.
                                                                              (Tim Penulis,2010)
3.      Unsur Mikro
Penambahan unsur mikro pada pupuk harus dilakukan dan dikendalikan lebih teliti daripada penambahan unsur makro. Perbedaan antara jumlah unsur mikro yang diberikan pada waktu terjadi kekurangan dan keracunan adalah sangat sedikit. Akibatnya unsur mikro hanya diberikan bila kita yakin unsur itu diperlukan dan jumlah dibutuhkan diketahui.
Bila suatu kekurangan unsur mikro harus diatasi, terutama bila maslahnya sangat mendesak maka garam dari unsur mikro yang kurang ditambahkan kedalam tanah. Tembaga, mangan, besi, dan seng umumnya diberikan sebagai garam sulfat, sedangkan boron sebagai boraks. Molibdenum ditambahkan sebagai natrium molibdat. Besi dan seng dapat diberikan sebagai kelat.   (Goeswono, 1983)
4.      Keuntungan dan Kelemahan Pupuk Campur
Keuntungan pupuk campur antara lain: (a) dapat menggantikan pupuk majemuk NPK yang relatif mahal, (b) dalam sekali pemupukan unsur hara yang diberikan sudah terlengkapi dan (c) murah harganya, serta meningkatkan kreativitas pemupukan.
Kelemahan pupuk campur itu sendiri adalah: (a) diperlukan perhitungan dan ketelitian yang cermat dan sukar untuk dapat dilakukan oleh petani,(b) bila kurang hati-hati dapat menimbulkan efek racun bagi tanaman, terutama bila pencampuran dilakukan dengan bahan pupuk yang tidak diperkenankan untuk dicampur, (c) tidak dapat disimpan untuk waktu yang relatif lama, karena dapat terjadi pelarutan dari bahan pupuk yang dicampur.
5.      Kriteria dalam Pencampuran Pupuk
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dalam pencampuran dua macam pupuk dapat dimasukkan ke dalam salah satu kriteria berikut: (a) selalu dapat dicampur, (b) dapat dicampur menjelang pemakaian, (c) campuran menjadi keras tetapi dapat dihaluskan dengan mudah dan dapat disimpan, (d) campuran menjadi keras, (e) sama sekali tidak dapat dicampur.
                                                                              (Tim Penulis,2010)










BAB III. METODE KERJA
D.     Alat dalam Praktikum ini adalah :
-          Timbangan analitik
-          Sendok
-          Plastik
E.     Bahan dalam Praktikum ini adalah :
-          Pupuk ZA (20%)
-          SP-36 (36% P2O5)
-          KCl (50% K2O)
-          Bahan pengisi (abu gosok)
F.      Prosedur Praktikum
Sebagai contoh akan dibuat 50g pupuk campur 8-12-10 dari bahan pupuk ZA (20%N), SP-36 (36% P2O5) dan  KCl (50% K2O).
1)      Dihitung kebutuhan masing-masing pupuk
a)      ZA = (8x50)/20 = 20,00g
a)      SP-36 = (12x50)/36 = 16,67g
b)      KCl = (10x50)/50 = 10,00g
Jumlah = 46,67g, sehingga kebutuhan filler = 50-46,67g = 3,33g
2)      Ditambahkan bahan pengisi (abu dapur) sebanyak 3,33 gram
3)      Dicampur antara pupuk dan bahan pengisi dimasukkan kedalam plastik yang telah diberi label, aduk sampai merata.
4)      Pupuk yangtelah dicampur merata, siap digunakan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Perhitungan
Membuat Pupuk Campur NPK (8:9:10)
ZA =  gram
SP-46 =  gram
KCl =  gram
Abu gosok = 50- (20 + 12,50 + 10,00)  = 7,5 gram

B.     Pembahasan
Pupuk buatan atau sebutan lainnya pupuk anorganik, adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk, dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara tinggi. Misalnya, pupuk Urea yang kadar hara nitrogen 45-46%. Artinya setiap 100 kg Urea, di dalamnya terdapat 45-46 kg N (Nitrogen).
Zwavelzure amoniak (ZA) lebih dikenal dengan sebutan ZA. Pupuk ini dibuat dari gas amoniak dan asam belerang. Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan pupuk ZA yang mengandung N 20,5-21%. Artinya tiap 100   ZA berisi 20 kg N. Bentuknya Kristal kecil-kecil berwarna putih, abu-abu, biru keabu-abuan, dan kuning.
Kalium klorida lebih dikenal dengan singkatan KCl. Sama halnya dengan pupuk ZK, KCl ini juga ada dua macam, yaitu KCl 80 mengandung K (K2O) 52-53%; KCl 90 mengandung K (K2O) 53-58 %. KCl mengandung klorida yang busa berpengaruh negative pada tanaman yang tidak membutuhkan atau peka terhadap klorida, seperti tanaman kentang dan wortel.
Pupuk majemuk NPK yang siap pakai harganya amat mahal ketimbang pupuk tunggal. Supaya harga ini tidak terlalu mencekik, ada baiknya membuat sendiri dengan cara mencampur pupuk tunggal. Untuk mendapatkan NPK yang dikehendak, tinggal menjumlahkan masing-masing pupuk tunggal itu dan itu berarti kita memperoleh NPK sebanyak yang diinginkan sesuai perbandingan.
Perbandingan antara N, P, dan K untuk memperoleh pupuk campur dihitung dengan rumus perhitungan nilai pembanding dibagi kadar unsur tunggal dan kemudian dikali jumlah pupuk yang akan dibuat. Perbandingan menentukan tingkat kemampuan tanaman dalam menyerap unsur yang diperlukan. Dalam pembuatan pupuk campur, hal-hal harus diperhatikan ialah kadar unsur pupuk tunggal harus tepat. Setelah itu barulah ditentukan jumlah masing-masing pupuk tunggal. (Ramdan, 2010)
Pemberian pupuk atau pembuatan pupuk campur harus sesuai dengan perbandingan, karena pemberian pupuk harus diberikan dalam jumlah yang tepat. Apabila pemberian pupuk berlebihan maka proses atau metabolism tanaman untuk tumbuh terganggu. Perbandingan harus sesuai agar tingkat pemupukan seimbang dan dapat memenuhi semua unsure yang dibutuhkan tanaman. (Hardjowigeno,1995)
Penggunaan pupuk campur lebih menguntungkan bagi patani karena lebih menghemat biaya. Selain itu, penggunaan pupuk campuran bisa menambah kreatifitas patani dalam pemupukan. Cara pembuatan pupuk campur mudah dan keuntungan yang diperoleh pun besar tanpa mengurangi kualitas NPK buatan itu sendiri.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dalam 50gram pupuk NPK terdapat 20gram ZA, 12,50 SP-36, dan KCl 10gram. Sedangkan sisanya adalah abu gosok atau biasa yang disebut dengan abu dapur. Cara menghitungnya yaitu dengan mengurangi 50gram dengan jumlah ZA, SP-36, dan KCl. Sehingga diperoleh abu gosok sebesar 7,5gram. Bobot per pupuk sudah disesuaikan dengan perbandingan NPKnya, yaitu sebesar 8:9:10.
Untuk produk yang mengandung 2 atau 3 unsur utama makanan tanaman, yaitu ; nitrogen, fosfor dan kalium, maka kini ada yang di namakan pupuk NPK, -NP, -Nk, dan pupuk PK. Pada macam pupuk ini tidak boleh ditambahkan garam lain, selain dari persenyawaan N, P, K.pupuk itu juga tidak boleh mengandung pupuk kalsium dan bahan organik yang bersal dari tanaman atau hewan. Bila ada, maka pupuk tersebut di masukkan ke dalam kategori tersendiri yang dinamakan pupuk majemuk.
Tujuan pembuatan pupuk campur adalah mendapatkan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara.  Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga, dan biaya.  Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah memasok dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman.  Banyak produk yang tersedia di pasaran dengan berbagai kombinasi atau grade pupuk sesuai dengan kebutuhan konsumen.  Pupuk campur dapat dibuat dari (Rosmarkam, 2002):
a.       Pupuk tunggal yang biasanya memiliki kadar hara tinggi, misalnya urea, TSP dan KCl.
b.      Pupuk yang susunan aslinya sudah majemuk, misalnya ammonium nitrat dan kalium nitrat.
c.       Bahan mentah kasar yang dapat bereaksi dengan sendirinya tanpa lebih dulu dibuat menjadi pupuk tunggal.
Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu biasanya jumlah pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang diinginkan.  Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler).  Bahan yang dapat digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak bereaksi dengan pupuk, dan dapat membentu pemakaian pupuk.  Contoh yang dibunakan sebagai filler adalah serbuk pasir, gergaji, sekam padi, atau kapur.  Untuk pupuk cair digunakan air (Jones, 1979 dalam Rosmarkam, 2002).
Produk akhir pupuk campur buatan pabrik biasanya berupa butiran atau prill, sehingga dapat mencegah perubahan selama penyimpanan atau pengangkutan dan memudahkan penggunaannya.  Butiran tersebut kadang-kadang dilengkapi lapisan pelindung (coated) untuk mencegah penggumpalan (Rinsema, 1986 dalam Rosmarkam, 2002).


















BAB V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pencampuran pupuk dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan perhitungan yang tepat dan takaran yang pas, sesuai dengan kebutuhan.
  1. Membuat pupuk majemuk (NPK) dari pupuk tunggal dengan perbandingan 8 : 9 : 10 dibutuhkan ZA sebanyak 20 g, SP-46 12,50 g,  KCl sebanyak 10 g, dan abu gosok sebanyak 7,5 g .
  2. Bobot pupuk harus sesuai dengan perbandingan yang ada. Jangan kelebihan ataupun kekurangan. Karena jika tidak sesuai, maka pupuk tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan pupuk tersebut punya potensi untuk membahayakan tanaman bila tidak sesuai.
  3. Karena diadakannya acara praktikum pembuatan pupuk campur ini, praktikan jd lebih paham komposisi dan kandungan yang harus dipenuhi agar bisa menjadi pupuk yang baik.
B.     Saran
Alat dan bahan yang jumlahnya terbatas, membuat praktikan saling menunggu giliran. Hal tersebut agak memakan waktu dalam pelaksanaan praktikum.





DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. CV. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. _______. Bogor.
Tim Penulis. 2010. Penuntun Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
 http://z47d.wordpress.com/2010/09/01/pembuatan-pupuk-buatan/. Online. Diakses tanggal 10 Desember 2010.












ACARA III
PENGENALAN PUPUK ORGANIK
UNSOED.png
OLEH
ROMBONGAN 3B (5)
1.      DIAH AYU LESTARI               (A1L009162)
2.      RIAN RUDIYANA                    (A1L009163)
3.      RIZA AFRINDA                                    (A1L009165)
4.      ADE YOGAWATI                     (A1L009167)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
 I. PENDAHULUAN
Memahami konsep ideal kesuburan tanah kita memulainya dengan konsep tanah itu sendiri. Tanah, menurut konsep komposisi dasarnya tersusun dari beberapa bagian yang terintegrasi secara holistik, saling mempengaruhi saling kait menjadi satu kesatuan sistem utuh yang seolah tidak dapat terpisahkan dengan sifat dan ciri tertentu secara spesifik. Komposisi dasar tanah meliputi air, udara, bahan mineral dan bahan organik.
Pemerintah melalui permentan Nomor 02/Pert/HK.060/2/2006 yang kemudian diperbaiki dengann peraturan menteri pertanian nomor 28/permentan/OT.140/2/2009 telah melakukan peraturan kualitas pupuk organik yang diedarkan dipasaran. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang di berasal dari sisa tanaman dan /atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bhan organic tnah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan dari praktikum acara III adalah agar mahasiswa mampu membuat pupuk organik dengan iptek yang sederhana.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan. Pemupukan akan efektif jika pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, maka sebelum digunakan harus diketahui gambaran keadaan tanahnya, khususnya kemampuan awal untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki empat fungsi utama yaitu :
1.      Memberi unsur hara dan sebagai media perakaran
2.      Menyediakan air dan sebagai tempat penampung (reservoir) air
3.      Menyediakan udara untuk respirasi (pernafasan) akar
4.      Sebagai media tumbuhan tanaman
Tanah tersusun dari empat komponen dasar, yakni bahan mineral yang berasal dari pelapukan batu-batuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup, air dan udara. Berdasarkan unsur penyusunannya, tanah dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tanah mineral dan tanah organik (goldenagro, 2010).
1.      Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik , kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.(Rosmarkam,2002).
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan. Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan teknologi yang tepat antara lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi. Saat ini teknologi pemupukan sesuai anjuran hampir tidak dilakukan oleh sebagian petani Indonesia, sehingga menyebabkan pemupukan menjadi tidak berimbang.(Pusri, 2007).
Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk /compound (NPK Compound). Pengertian tersebut perlu segera diluruskan, karena konsep pemupukan berimbang adalah penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Pemupukan berimbang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pupuk tunggal yang dicampur secara sederhana (simple blending), atau dicampur secara mekanis (mechanical blending) atau melalui teknologi pencampuran secara kimia (chemical blending) yang disebit pupuk majemuk/compound dengan formula tertentu.(Pusri, 2007).
2.    Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsure hara yang terkandung secara alami. (Ismawati, 2005) Selain untuk meningkatkan hasil pertanian baik untuk tanaman keras maupun lunak, pupuk organik sangat cocok digunakan dialam tropis ini, karena tidak meninggalkan residu di dalam tanah dan membuat tanah menjadi gembur. Residu yang bertumpuk didalam tanah dalam jangka waktu panjang akan merusak unsur hara didalam tanah yang berakibat tanah menjadi keras dan menggumpal. Ada tiga unsur yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah di lahan pertanian yaitu unsur biologi, fisika dan kimia, ketiga unsur ini saling terkait dan harus seimbang. Ketimpangan unsur didalam kandungan tanah akan mematikan unsur biologi didalam tanah, tanah menjadi semakin keras dan tidak dapat menyimpan air.  Kalau sudah terjadi ketimpangan ini, pemulihannya akan memakan waktu lama dan memakan biaya yang besar.          ( Setyowidodo, 2010)
Kesadaran para petani untuk menggunakan pupuk organik masih rendah karena mereka hanya berpikir pada nilai ekonomis jangka pendek sehingga tanah dieksploitasi secara maksimal tanpa memperdulikan kesimbangan unsur tanah tersebut di atas, untuk itu menjadi tugas bersama bagaimana menyadarkan para petani dengan kembali menggunakan pupuk organik agar kesimbangan unsur kimia tanah kembali seperti semula. Perlunya kepedulian Pemerintah didalam mengatur mekanisme pasar untuk mengurangi ketergantungan pupuk kimia dan pemberdayaan PPL dalam menjalin kerjasama dengan GAPOKTAN untuk kembali menggunakan pupuk alam dan pupuk organik. ( Setyowidodo, 2010).
Jenis Pupuk Organik dibagi menjadi dua sebagai berikut:
a.       Pupuk Kandang
Berasal dari kotoran ternak dan kualitasnya sangat tergantung pada jenis ternak, makanan dan system penampungannya.
Kandungan unsur hara dari kotoran ternak,
JENIS TERNAK
N (%)
P2O5(%)
K2O(%)
A y a m
1,7
1,9
1,5
S a p i
0,3
0,2
0,3
K u d a
0,4
0,2
0,3
D o m b a
0,6
0,3
0,2


b.      Pupuk Kompos
Merupakan hasil pembusukan bahan organik (hijauan) oleh aktivitas mikroorganisme pengurai, secara material dan kasat mata pupuk kompos terbagi dua yaitu dalam bentuk padatan dan cairan.
Keunggulan Pupuk Organik
1.      Mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
2.      Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
3.      Meningkatkan aktivitas mikroorganisme didalam tanah.
4.      Sumber hara bagi tanah.
5.      Ramah lingkungan
6.      Meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman.
Pupuk Organik dapat dibuat sendiri secara tehnologi sederhana dan murah dengan memanfaatkan limbah alam, limbah rumah tangga atau limbah ternak, hanya ini memerlukan waktu, tenaga dan kesabaran. Pupuk Organik umumnya aman terkonsumsi oleh hewan ternak darat maupun air, tidak berbau menyengat dan tidak membuat kulit gatal. .( Setyowidodo, 2010)





III. METODE PRAKTIKUM

A)    Alat dalam Praktikum ini adalah :
7.      Ember
8.      Pengaduk
9.      Plastik penutup
A)    Bahan dalam Praktikum ini adalah :
10.  Azolla
11.  Bonggol pisang
12.  Jerami
13.  Kotoran sapi
14.  Kotoran ayam
15.  Agensia hayati
B)    Prosedur Praktikum
a.       Semua bahan dicampur sampai homogen.
b.      Dimasukkan kedalam ember atau di lemprekkan di tanah.
c.       Untuk mempercepat proses pengomposan ditambah agensia hayati sesuai dosis yang tertera pada wadah.
d.      Setiap minggu dilakukan pengadukan dan pengukuran suhu setiap hari.
e.       Pengomposan berlangsung kurang lebih 3 minggu.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A)    Hasil
Tabel Pengamatan suhu kompos
Pukul
Tanggal
Suhu (oC)
11.30
Rabu, 8/12/2010
37oC
11.30
Kamis, 9/12/2010
35oC
11.30
Jumat, 10/12/2010
34oC
11.30
Sabtu, 11/12/2010
34oC
11.30
Minggu, 12/12/2010
34oC
11.30
Senin, 13/12/2010
35oC
11.30
Selasa, 14/12/2010
35oC

B)    Pembahasan
Menurut Kusumanto (2010), Untuk memahami konsep ideal kesuburan tanah kita memulainya dengan konsep tanah itu sendiri. Tanah, menurut konsep komposisi dasarnya tersusun dari beberapa bagian yang terintegrasi secara holistik, saling mempengaruhi saling kait menjadi satu kesatuan sistem utuh yang seolah tidak dapat terpisahkan dengan sifat dan ciri tertentu secara spesifik. Komposisi dasar tanah meliputi air, udara, bahan mineral dan bahan organik. Bagian-bagian tanah yang dimaksud itu adalah, air dan udara yang menempati porsi 25 % dan 25 %. Air dan udara menempati porsi 50 % dari keseluruhan volume tanah. Yang selanjutnya adalah porsi untuk mineral yang mencapai sektar 45 % dan bahan organik dengan porsi 5 %. Komposisi ini merupakan porsi ideal bagi tanah terutama untuk keperluan budidaya pertanian. Bisa dikatakan proporsi ini merupakan dasar bagi konsep kesuburan tanah itu mencapai keadaan yang ideal bagi perkembangan tanaman.
Masing-masing komponen seperti air, udara, mineral dan bahan organik ini mempunyai peran yang khas dan tidak dapat saling menggantikan. Artinya keberadaannya adalah mutlak harus ada, agar fungsi-fungsi dan peran-perannya ada pada sistem tanah tersebut. Contoh, air diperlukan sebagai media untuk aktifitas metabolisme dalam tubuh tanaman dengan fungsi yang kompleks. Selain itu fungsi air di dalam tanah adalah sebagai media pembawa hara dan oksigen sehingga dapat diserap oleh tanaman dan mikroba yang ada di bahan organik. Sedangkan udara juga merupakan faktor mutlak bagi tanaman maupun kehidupan di dalam tanah sebagai bagian dari sistem metabolisme makhluk hidup di dalam tanah yang kompleks juga. Udara yang dimaksud adalah ruang bagi Oksigen, CO2 dan gas-gas lain yang dalam siklus metabolisme makhluk hidup di dalam tanah. (Kusumanto, 2010).
Pada praktikum pembuatan pupuk organik  digunakan bahan-bahan yang terdapat dari alam, diantaranya; Azolla, bonggol pisang, jerami, kotoran sapi, kotoran ayam, agensia hayati. Kemudian semua bahan Semua bahan dicampur sampai hpmogen., dimasukkan kedalam ember atau di lemprekkan di tanah, untuk mempercepat proses pengomposan ditambah agensia hayati sesuai dosis yang tertera pada wadah, setiap minggu dilakukan pengadukan dan pengukuran suhu setiap hari, pengomposan berlangsung kurang lebih 3(tiga) minggu. Pada awalnya suhu dalam pengomposan tersebut tinggi, akibat dari proses fermentasi dari bakteri atau mikroorganisme ynag mengurai, tapi seltelah beberapa hari kemudian suhu menurun.
Salah satu bahan yang digunakan adalah azolla. Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae. Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini. Suku Azollaceae sekarang dianjurkan untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae, berdasarkan kajian morfologi dan molekular dari Smith et al. (2006) (lihat artikel tumbuhan paku). Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering. Pada kondisi optimal Azolla akan tumbuh baik dengan laju pertumbuhan 35% tiap hari Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah (Anonim, 2010).
Pupuk organik juga berperan sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan proses akhir menjadi humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid) yang merupakan bahan kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan bervariatif. Asam humat banyak dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam tanah, pertumbuhan bagian atas tanaman, pemanjangan semaian muda atau pemanjangan akar dari akar terpotong secara in vitro, karena asam humat menunjukkan pengaruh hormonal dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam perbaikan tanah secara fisik, melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi, permeabilitas serta kapasitas memegang air, sehingga tanaman akan tumbuh secara normal dan sehat. (Kusumanto, 2010).
Pupuk organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat kolloid, dan hanya satu-satunya yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal (baik tanah mineral maupun yang dominan liatnya) akan dapat diperbaiki sifat pejal maupun porositasnya pada tingkat yang optimal. Demikian juga permeabilitas, aerasi, perkolasi maupun agregasi, dengan peran dinamisasi dari BO, keadaan tanah menjadi gembur dan subur. Hal ini berkaitan dengan menegemen air dan udara dalam tanah, bermanfaat bagi kelangsungan perkembangan perakaran tanaman dan hara tanaman di dalam tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman akan mempengaruhi bagian atas tanaman di atas permukaan tanah. (Kusumanto, 2010).

V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsure hara yang terkandung secara alami. Pembuatan pupuk organik bisa menggunakan bahan-bahan berupa Azolla, bonggol pisang, jerami, kotoran sapi, kotoran ayam, agensia hayati. Yang dicampur hingga homogeny, di komposkan, dan kemudian diamati selama 3 minggu.

B.     Saran
1.      Dalam melaksanakan praktikum perlu diperhatikan lagi alokasi waktu yang tepat.
2.      Perlu ketelitian dalam pengamatan suhu, jangan sampai lupa.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Azolla. http://id.wikipedia.org/wiki/Azolla. Diakses pada tanggal 21 Desember 2010.
Goldenagro. 2010. Kesuburan Tanah. http://www.goldenagro.net63.net. Diakses pada tanggal 20 Desember 2010.
Ismawati. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kusumanto, Dian. 2010. Memahami Konsep Kesuburan Tanah melalui Metode Simo (Sistem Injeksi Mikroba dan Oksigen). http://sehat-organik.com/peluang-bisnis/memahami-kesuburan-tanah.html. Diakses pada tanggal 21 Desember 2010.
Pusri.  2007. Pemupukan. http://pusri.wordpress.com/2007/10/02/konsep-pemupukan-berimbang/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2010.
Rosmarkam, Afandie. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yoyakarta.
Setyowidodo, Budi. 2010. Pupuk Organik. http://www.pupukorganik.org/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2010.




ACARA IV
PENENTUAN KEBUTUHAN KAPUR
UNSOED.png
OLEH
ROMBONGAN 3B (5)
1.      DIAH AYU LESTARI               (A1L009162)
2.      RIAN RUDIYANA                    (A1L009163)
3.      RIZA AFRINDA                                    (A1L009165)
4.      ADE YOGAWATI                     (A1L009167)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
I. PENDAHULUAN
Prinsip utama pengelolaan tanah masam adalah menaikkan pH tanah dan mengurangi kejenuhan Al yang meracun, serta meningkatkan ketersediaan hara tanaman, terutama unsur hara P sehingga sesuai dengan pertumbuhan tanaman yang optimal. Dari berbagai hasil peneletian tentang pemanfaatan tanah masam di dunia, termasuk indonesia dapat dinyatakan bahwa tekhnologi yang paling tepat untuk mengendalikan masalah tanah masam adalah teknologi pengapuran.
Pengapuran di nyatakan sebagai teknologi yang paling tapat dalam pemanfaatan tanah masam di dasarkan atas beberapa pertimbangan. pertama, rekasi kapur sangat cepat dalam menaikkan pH tanah dan menurunkan kelarutan Al yang meracun. Kedua, respons tanaman sangat tinggi terhadap pemberian kapur pada tanah masam. Ketiga, efek sisa kapur atau manfaat kapur dapat dinikmati selama 3 sampai 4 tahun berikutnya. Keempat, bahan kapur cukup tersedia dan relatif murah, termasuk di indonesia.
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan.
Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK).
Teknologi pengapuran yang diintegrasikan dengan penggunaan bahan organik dan pupuk buatan yang di sertai dengan budidaya lorong dengan pola tanam yang menguntungkan di sebut sebagai "Teknologi Pengapuran Terpadu".
Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan dari praktikum acara IV adalah untuk mengetahui cara penetuan kebutuhan kapur berdasarkan metode SMP dan metode Al-dd.












II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Makna pH sebagai Indikator Kesuburan Tanah
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut.
Ketersediaan unsur-unsur hara dalam tanah mempunyai 4 pola, yaitu :
(a)    Pola rendah (R) – tinggi (T) – rendah (R) meliputi N, Ca, Mg, Mn, Cu, dan Zn tetapi dengan kisaran nilai pH pada T yang bervariasi, ketersediaan N maksimum pada pH 6,0-8,0; Ca dan Mg pada pH 7,0-8,5; serta Mn, Cu, dan Zn pada pH 5,0-6,5.
(b)   Pola R-T terdiri dari K,S, dan Mo dengan kisaran maksimum untuk K dan S pada pH 6,0 ke atas dan Mo pada pH 7,0 keatas.
(c)    Pola T-R adalah Fe dengan ketersediaan maksimum pada pH 6,0 kebawah.
(d)   Pola R-T-R-T meliputi P dan B dengan ketersediaan maksimum atas untuk keduanya adalah pH 8,7 keatas, tetapi pH ketersediaan maksimum bawah untuk P adalah 6,5-7,5 sedangkan untuk B adalah 5,0-6,8.

Pola ketersediaan hara ini menunjukkan bahwa
pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pH ini semua unsur makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan. Pada pH dibawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P,Ca dan Mg serta toksisitas B,Mn,Cu,Zn, dan Fe; sedangkan pada pH diatas 7,5 dapat terjadi defisiensi P,B,Fe,Mn,Cu,Zn,Ca, dan Mg, juga keracunan B dan Mo.
Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada suatu jenis tanah. Melalui berbagai penelitian telah diketahui bahwa tanaman tertentu mempunyai kisaran pH ideal tertentu pula.
Penanaman pada tanah yang pHnya tidak sesuai perlu dilakukan perbaikan pH untuk mencapai pH ideal. Pada tanah alkalin, penurunan pH dapat dilakukan dengan penambahan Sulfur atau bahan bersulfur, agar sulfur yang dilepas membentuk asam sulfur pemasam tanah, sedangkan pada tanah masam peningkatan pH dan sekaligus peningkatan kejenuhan basa dapat dilakukan dengan cara pengapuran. Kapur karbonat atau kalsit (CaCO3) jika terhidrolisis akan menghasilkan ion hidroksil penaik pH dan kation Ca peningkat kejenuhan basa.
C)    Pengapuran Tanah Masam dan Pengarunya
Apabila pengapuran dilakukan secara tepat akan berpengaruh positif terhadap sifat kimiawi dan biologis tanah. Pada tanah berKB tinggi dan didominasi oleh koloid bermuatan permanen, pengapuran secara kimiawi akan meningkatkan pH dan kadar Cadd, sedangkan secara biologis akan meningkatkan aktivitas mikrobiologis lainnya. Namun apabila pengapuran dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn, Cu, B, dan Mn serta meningkatkan kelarutan Mo hingga ketingkat toksik.
Pengapuran tanah masam secara umum bertujuan untuk :
1)      Meningkatkan pH tanah
2)      Kejenuhan basa
3)      Ketersediaan hara bagi tanaman meningkat
4)      Potensi toksik dari unsur mikro atau unsur toksik (seperti Al) menjadi tertekan
5)      Membaiknya sifat kimiawi tanah, maka aktivitas mikrobia dalam penyediaan hara dan zat perangsang tumbuh juga membaik, sehingga secara akumulatif akan menghasilkan
6)      Pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum
(Kemas,2009)
D)    Pengaruh Kapur terhadap Tanah
Pengaruh Fisik. Pada tanah berat selalu ada kecenderungan zarah halus berasosiasi terlalu rapat. Keadaan demikian mengganggu pergerakan air dan udara, dengan demikian granulasi sangat diperlukan.
Struktur remah yang memuaskan dirangsang bila tanah masam dikapur, walaupun pengaruhnya tidak langsung. Umpamanya pengaruh kapur terhadap gaya-gaya biotik sangat terkenal, terutama yang mempengaruhi pelapukan bahan organik tanah dan pembentukan humus. Genesis humus dan adanya humus sangat membantu granulasi.
Pengaruh Kimia. Bila tanah dengan nilai pH 5,0 dikapur dan pH naik menjadi 6,0 beberapa perubahan kimia nyata terjadi.
Perubahan itu antara lain :
(1)   Kepekatan ion hidrogen akan menurun
(2)   Kepekatan ion hidroksil akan naik
(3)   Daya larut besi (Fe), mangan (Mn), dan Alumuniun (Al) akan menurun
(4)   Ketersediaan fosfor (P) dan molibdenum (Mo) akan diperbaiki
(5)   Kalsium dan magnesium dapat ditukarkan akan naik
(6)   Persentase kejenuhan basa akan naik
(7)   Ketersediaan kalium akan naik atau turun tergantung pada keadaan

Salah satu pengaruh kimia terpenting adalah penurunan kemasaman. Akan tetapi, pengaruh tidak langsung terhadap tersediannya hara dan terhadap keracunan dari beberapa unsur tertentu mungkin lebih penting artinya. Pengapuran tanah masam memperbaiki serapan Mo, P, K, dan Mg. Pada waktu bersamaan menurunkan kadar Al, Fe, dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat mencapai tingkat racun.
Pengaruh Biologi. Kapur dapat merangsang kegiatan jasad tanah dan meningkatkan bahan organik dan Nitrogen dalam tanah masam. Rangsang terhadap proses enzimatik tidak saja membantu pembentukan humus, tetapi juga membantu mengurangi hasil bahan organik yang bersifat racun. Pengapuran merangsang pertumbuhan sebagian besar jasad tanah. Bakteri yang mengikat nitrogen dari udara, baik non simbiotik maupun simbiotik dirangsang oleh penambahan kapur.
Nitrifikasi suatu kejadian biologi yang sangat penting memerlukan kation-kation logam. Bila kapur kurang perubahan ini tidak akan berlangsung cepat. Sebetulnya pertumbuhan yang berhasil dari sebagian besar jasad mikro tanah sangat bergantung dari kapur. Aktifitas biologi yang memuaskan akan terjadi bila kalsium dan magnesium tidak kurang.
E)     Pengaruh Buruk dari Kelebihan Pemberian Kapur
Pengaruh buruk dari kelebihan pemberian kapur antara lain :
a)      Kekurangan Fe, Mn, Cu, dan Zn
b)      Ketersediaan P mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan tidak larut
c)      Serapan P dan penggunaannya dalam metabolisme tanaman dapat terganggu
d)     Serapan B dan penggunaannya dapat terganggu
e)      Perubahan pH yang melonjak dengan sendirinya dapat berpengaruh buruk. (Goeswono,1983)







III. METODE KERJA
A.    Alat dalam Praktikum ini adalah :
16.  Timbangan analitik
17.  pH meter
18.  Botol film
19.  Pengaduk
F)     Bahan dalam Praktikum ini adalah :
20.  Aquades
21.  Larutan Buffer SMP
22.  Tanah mineral masam (ultisol)
G)    Prosedur Praktikum
1.      Metode SMP (Schoemaker, Mclean, dan Pratt)
a.       Diukur pH tanahnya, nilai pH tanah diukur terlebih dahulu dengan cara mengocok tanah dengan aquades (1:2,5) kemudian diukur dengan kertas lakmus atau pH meter. Bila tanahnya masam dilanjutkan.
b.      Ke dalam tanah yang sama ditambahkan larutan buffer SMP (1:2,5) dikocok kemudian diukur lagi pHnya. Berdasarkan pH dalam larutan buffer SMP maka kebutuhan kapur dapat diketahui dengan menggunakan tabel kebutuhan kapur.
2.      Metode Alumunium dapat diukur (Al-dd)
Kadar Alumunium dapat ditukar (Al-dd) dari sampel tanah di laboratorium diekstraksi. Kebutuhan kapur (ton/ha) ditentukan dengan mengalikan kadar Al-dd dengan suatu faktor 1,5. Dengan menggunakan faktor 1,5 x Al-dd dapat dinetralkan 85 sampai 90% Al-dd dalam tanah yang mengandung 2-7% bahan organik. Untuk tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 7% diperlukan kapur yang lebih banyak.


















BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A)    Hasil Perhitungan
1.      Metode Al-dd
Tanah Oxisol seluas 1 ha kedalaman lapis oleh 20cm mengandung Al-dd 1,25 me/100g. Berat janis tanah 1,25 g/cm3. Bila kebutuhan kapur ditetapkan 1,5 x Al-dd, berapakah kapur murni CaO yang diperlukan?
      Jawab :
Perhitungan tanah 1ha, kedalaman 20 cm dengan berat jenis 1,25 g/cm3.
Luas tanah 1ha            = 100 m x 100 m = 104 m2 = 108cm2
Volume tanah              = Luas tanah x Kedalaman tanah
                              = 108 cm2 x 20 cm
                              = 2 x109 cm3
Berat tanah                  = Volume tanah x Berat jenis tanah
                              = 2 x 109 cm3 x 1,25 g/cm3
                              = 2,5 x 109 gram
Kebutuhan kapur 1,5 x Al-dd artinya
Diperlukan Ca (kalsium)         = 1,5 x 1,25 me/100g
                                          = 1,5 x mg Ca/100g
                                          = 30 mg Ca/100g
Untuk tanah 1 ha                    = 2.500.000.000g/100g x 30 mg Ca/ha
                                          = 25.000.000 x 30 mg Ca/ha
                                          = 750.000.000 mg Ca/ha
                                          = 750 kg Ca/ha
CaO yang diperlukan              =  x 750 kg
                                          =  x 750 kg CaO
                                          = 1050 kg CaO/ha
                                          = 1,05 ton CaO/ha

2.      Metode SMP
2 gram tanah ultisol + 5 ml aquades = pH 4
2 gram tanah ultisol + 5 ml larutan Buffer SMP = pH 6,5
CaCO3 yang diperlukan = 1,2 ton/ha
B)    Pembahasan
Kejenuhan Al tanah lebih dari 60% dan kelarutannya juga tinggi ke tingkat toksik bagi tanaman lebih baiknya menggunakan metode Aldd. Metode Aldd bertujuan untuk menetralisasi potensi toksik dari unsur ini, dengan kebutuhan kapur umumnya setara 1,5 x Aldd, sehingga setiap 1 me Aldd dalam tanah membutuhkan kapur setara 1,5 me kapur.
Kebutuhan riel kapur juga dipengaruhi derajat netralisasi atau tingkat kehalusan (kemudahan untuk melarut) bahan kapur, makin tinggi derajat atau makin halus kapur makin sedikit kebutuhannya, namun efeknya makin cepat habis. Hasil penelitian Hanafiah (1983) untuk tanah Podsolik dan Hanafiah (1989) untuk tanah Latosol, pengapuran dengan takaran 1 x Aldd telah mampu memperbaiki sifat-sifat kimiawi (pH, kejenuhan basa, ketersediaan P) kedua jenis tanah ini secara optimum.
Pengapuran Karbonat menghasilkan ion-ion hidroksil yang mengikat kation-kation asam (H dan Al) pada koloid tanah menjadi inaktif, sehingga pH naik. Situs muatan negatif koloid digantikan oleh kation basa (Ca) sehingga kejunahan basa meningkat pula. Meski dalam reaksi ini dihasilkan 2 molekul asam karbonat, tetapi karena asam lemah asam segera terurai menjadi air dan gas karbon dioksida yang menguap ke udara.
Tanggapan tanaman terhadap pengapuran ada yang tumbuh dengan baik, dan ada yang tidak. Contoh tanaman yang sangat menyukai kapur ialah kedelai, asparagus, kubis bunga, dan selada. Akan tetapi sebagian besar dari tanaman kita toleran terhadap kemasaman sedang.
Keuntungan pengapuran untuk tanaman, antara lain :
(a)    Pengaruh langsung kalsium dan magnesium sebagai zat hara
(b)   Dihilangkan atau dinetralkannya senyawa-senyawa beracun, baik organik maupun anorganik
(c)    Penekanan penyakit tanaman
(d)   Ketersediaan beberapa unsur hara meningkat
(e)    Rangsangan terhadap kegiatan jasad mikro yang sangat menguntungkan ketersediaan unsur hara.

Pertumbuhan beberapa tanaman terhambat karena pengapuran diantaranya Cranberris, Blue berries, Azalea, Rhododendron, dan semangka. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanah dan bagaimana pengaruh pemberian kapur terhadap tanaman perlu diketahui sebelumnya. Kapur sering dipakai sebagai penyembuh segala kesukaran, akan tetapi kita sering melupakan tanggapan tanaman yang berbeda-beda terhadap pengapuran.
Sebelum memutuskan untuk melakukan pengapuran, keadaan kimia tanah perlu diteliti. Untuk itu biasanya pH tanah ditentukan terlebih dahulu. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan gelas elektrode atau yang kurang tepat dengan memakai indikator. Contoh tanah lapisan atas dan bawah perlu ditentukan. Kemasaman berkolerasi cukup baik dengan persentase kejenuhan basa dan merupakan indikator dari aktivitas kalsium, magnesium, dan unsur lain dalam tanah. Penetapan pH adalah mudah dan cepat. Cara yang lebih tepat adalah menetukan berapa banyak Aldd yang terdapat di dalam tanah.
Batu kapur yang dibakar (kapur tohor) dan yang kemudian disiram air (kapur tembok) bereaksi lebih cepat dengan tanah dibandingkan dengan kapur giling. Untuk itu bentuk-bentuk kausit lebih disenangi bila reaksi cepat diinginkan.
Kehalusan batu kapur sangat penting terutama bila bahan tersebut hanya terdiri dari dolomit. Bila tidak cukup halus sampai tingkat tepung, maka jumlah pemberian harus dinaikkan karena reaksinya lambat.
Penetapan pH dan Aldd sangat berharga dalam membantu memberikan gambaran mengenai persentase kejenuhan basa dan Al sehubungan dengan berapa jumlah kapur diperlukan tanah. Tekstur dan bahan organik juga penting karena mereka menunjukkan kapasitas jerapan dan sanggaan tanah. Makin tinggi kapasitas sanggaan dari tanah dan Aldd, makin banyak kapur yang harus diberikan agar diperoleh aktivitas Ca dan Mg yang memuaskan pada pH tertentu.
Kemasaman dan Aldd lapisan bawah tanah perlu ditetapkan, demikian pula tekstur dan strukturnya. Kemasaman dan Aldd lapisan bawah yang bernilai kurang atau lebih dari lapisan atas dapat menaikkan atau menurunkan jumlah kapur tanah yang diperlukan.















BAB V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sebelum memutuskan untuk melakukan pengapuran, keadaan kimia tanah perlu diteliti. Untuk itu biasanya pH tanah ditentukan terlebih dahulu. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan gelas elektrode atau yang kurang tepat dengan memakai indikator. Atau dengan cara yang lebih tepat adalah menetukan berapa banyak Aldd  yang terdapat di dalam tanah. Penetapan pH dan Aldd sangat berharga dalam membantu memberikan gambaran mengenai persentase kejenuhan basa dan Al sehubungan dengan berapa jumlah kapur diperlukan tanah. Kemasaman dan Aldd lapisan bawah yang bernilai kurang atau lebih dari lapisan atas dapat menaikkan atau menurunkan jumlah kapur tanah yang diperlukan.

B.     Saran
Dalam melakukan uji pH sebaiknya dilakukan dengan teliti dalam melakukan pengujian karena sangat berpengaruh dalam pemberian kapur yang akan dilakukan, untuk itu harus benar-benar teliti dalam uji pH, atau untuk lebih telitinya dengan menggunakan uji Aldd.





DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Kemas Ali. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. _______. Bogor.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar