BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sengon
dalam bahasa latin disebut Albazia
falcataria, termasuk famili Mimosaceae keluarga petai - petaian. Di
Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing laut
(sunda), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).
Bagian
terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya.
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30 - 45 meter dengan diameter batang
sekitar 70 - 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit
luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat
jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu
sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas,
perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan
lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun
daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda
dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau
pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen
dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon
memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya
tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar
rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah
disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan
sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam
ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan
pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah
aliran sungai (DAS).
Bunga
tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 - 1 cm,
berwarna putih kekuning - kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga
mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang
dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis,
dan panjangnya sekitar 6 - 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 - 30 biji.
Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat
kehitaman, agak keras, dan berlilin.
Pohon
sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya
dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Ø Daun. Daun
Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang
sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau,
dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Ø Perakaran. Sistem
perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan
nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam
tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi
lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija
sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
Ø Kayu. Bagian
yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang
kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan
untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan
ukuran tertentu sebagai bahan bakupembuat peti, papan penyekat, pengecoran
semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan
bakuindustri pulp kertas dll.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Penyebab penyakit karat tumor/karat puru pada tanaman sengon telah
diidentifikasi sebagai jamur karat (Uromycladium tepperianum
(Sace.)McAlp.). Jamur karat ini hanya memerlukan 1 inang saja yaitu tanaman
sengon untuk menyelesaikan seluruh siklus hidupnya. Jamur hanya membentuk satu
macam spora yang dinamakan teliospora saja. Secara spesifik, teliospora
mempunyai struktur yang berjalur, bergerigi dan setiap satu tangka terdiri dari
3 teliospora. Ukuran spora berkisar antara lebar 14-20 um dan panjang 17-28 um
(Rahayu dan Lee, 2007).
Tiliospora mudah diterbangkan oleh angin dari satu tempat ke tempat lain
ataupun dari tanaman sengon satu ke tanaman sengon yang lain. Apabila telah
mendapatkan tempat sesuai terutama pada bagian tanaman yang masih muda, dan
kondisi lingkungannya menguntungkan, teliospora akan berkecambah membentuk
basidiospora. Basidiospora ini dapat secara langsung melakukan penetrasi,
menembus lapisan epidermis membentuk hypha didalam atau diantara sel-sel
epidemis, xylem dan phloem (Rahayu, 2007).
Infeksi dapat terjadi pada biji, semai maupun tanaman dewasa tanaman
dilapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk, cabang, ranting, daun, batang,
bunga dan biji dapat terinfeksi oleh jamur tersebut. Pada semai, batang
merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan jamur karat
tumor/karat puru (Rahayu dkk,2006).
Serangan karat tumor/karat puru ditandai dengan terjadinya
pembengkakan (gall) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai
daun dan helai daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur.
Penyakit karat tumor/karat puru dapat menjadi persoalan yang serius dalam
pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran penyakit ini sangat cepat, dengan
menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai lapangan dan pada semua
tingkatan umur. Kerusakan serius bila serangan terjadi pada tanaman muda (umu
r1-2 tahun), karena titik-titik serangan (gall) bisa terjadi di batang
pokok/utama sehingga batang pokok/utama rusak/cacat, tidak dapat menghasilkan
pohon yang berkualitas yang tinggi.
Penyebab penyakit karat tumor/karat puru yang menyerang tanaman
sengon adalah jamur Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal
sebagai jamur karat yang menyerang lebih dari seratus spesies Acaccia,
jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp, Racosperma spp. (ketiganya merupakan
anggota famili Fabaceae ( =Leguminosae ) menyebabkan pembentukan (gall)
yang menyolok pada dedaunan dan ranting pohon. Setiap gall karat
tumor/karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat
menularkan ke pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin.
Ukuran, bentuk , dan warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman
yang terserang dan umur gall. Warna gall pada awalnya hijau
kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora yang
melimpah siap dilepaskan/terbang.
Gejala
yang khas dari serangan penyakit karat tumor pada sengon, yaitu adanya gejala
hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala
penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi) di bagian tanaman
yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakkan berubah
menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau
disebut tumor (gall), tumor yang timbul mempunyai bentuk bervariasi
mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa
milimeter sampai lebih besar dari 10 cm. tumor tersebut dapat berkelompok atau menyebar
pada bagian yang terserang. Tumor yang masih muda berwarna hijau
kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna
agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan dari sporanya, sedangkan tumor
yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah
keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut/serangga. (Santoso,
1992)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
a.) Alat
yang digunakan :
-
Pisau
-
Kamera
-
Gunting
b.) Bahan
yang digunakan :
-
Plastik kresek
-
Kertas koran
B.
Prosedur
Kerja
1. Survei
hama dan penyakit tanaman di lapangan
2. Identifikasi
hama dan patogen tanaman
3. Pembuatan
spesimen
4. Pemeriksaan
spesimen
5. Pengawetan
dan penyimpanan spesimen
6. Teknik
rekomendasi pengendalian
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
Grower : M. Rais
County : Indonesia
Address : Desa Purbadana, Rt 02 Rw 01
City : Purwokerto
Date
collected :
Date
submitted :
Sender : -
Title : Pohon Sengon
1.
Identifikasi tanaman (asal dan tipe
tanaman): ...........
2.
Identifikasi hama, patogen, dan gulma
(dimana ditemukan; tingkat kerusakan; tipe kerusakan; pengendalian;
insektisida; insektisida, fungisida, dan herbisida sebelumnya yang digunakan)
3.
Identifikasi permasalahan tanaman
Ø Nama
tanaman dan varietas: Pohon Sengon
Ø Sampel
patogen, serangga, nematoda: tidak ada
Ø Sampel
tanah: ada
Ø Tanggal
dan umur tanaman: umur 5 bulan
Ø Tinggi
tanaman: rata-rata 2m
Ø Jumlah
tanaman: 90 tanaman
Ø Tanaman
sebelumnya: tidak ada
Ø Lokasi
penanaman: di pekarangan depan rumah
Ø Bagian tanaman
yang terpengaruh: di ketiak daun
Ø Gejala:
ada benjolan, seperti tumor di ketiak daun
Ø Tingkat
kerusakan terhadap individu tanaman: slight
Ø Perkembangan
masalah: gradual
Ø Penyebaran:
scattered plants
Ø Pencahayaan:
full shade
Ø Tipe
tekstur: ( )artificial mix (
)clay ( )sand
( )loam
Ø Keadaan
kelembapan: rainfall
Ø Irigasi:
no
Ø Drainase:
poor
Ø Pengolahan
tanah: no till
Ø Bahan
kimia yang diaplikasikan pada tanaman:
Fertilizer : no
Herbicide : no
Fungicide : no
Insecticide : no
Nematized : no
Ø Suspected
diagnosis: Karat puru disebabkan Jamur
Ø Additional
comment:
BAB V
PEMBAHASAN
Nama umum
Indonesia:
|
Albasia, [jeungjing, albu (Sunda)], sengon laut,
sengon sabrang, salawaku
|
Inggris:
|
Molucca albizia, Indonesia albizia, white albizia
|
Melayu:
|
Batai, kayu macis
|
Pilipina:
|
Falkata
|
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Genus : Albizia
Spesies : Albizia falcataria (L.) Fosberg
Pada umumnya tanaman sengon
diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin
mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan
tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan
benih sengon yang baik sebagai berikut :
1. Kulit bersih
berwarna coklat tua
2. Ukuran benih
maksimum
3. Tenggelam
dalam air ketika benih direndam
4. Bentuk benih
masih utuh.
Selain
penampakan visual tersebut juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya
hidupnya dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan
mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar maka daya
tumbuhnya tinggi.
Habitat Sengon yang baik antara lain :
1)
Tanah. Tanaman
Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang
bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar
pH 6-7.
2)
Iklim. Ketinggian
tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 - 800 m dpl. Walapun demikian
tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas
permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya
memerlukan suhu sekitar 18 ° - 27 °C.
3)
Curah Hujan. Curah hujan
mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat
nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman,
pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman
sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan
dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah
hujan tahunan yang berkisar antara 2000 - 4000 mm.
4)
Kelembaban. Kelembaban
juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan
kelembaban sekitar 50%-75%.
Petani tanaman sengon (Albizia falcataria
(L.) Fosberg) harus mewaspadai terhadap serangan penyakit karat puru yang
disebabkan oleh jamur Uromycladium
tepperianum yang kini mewabah karena bisa mematikan tanaman secara
besar-besaran sehingga dapat merugikan.
Penyakit karat puru pada sengon menunjukkan gejala yang khas,
yaitu
hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang
terserang. Gejala penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi)
di bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan
pembengkakan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil -
bintil kecil atau disebut puru (gall). Puru yang timbul mempunyai bentuk
bervariasi mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari
beberapa milimeter sampai lebih besar dari 10 cm. Puru tersebut dapat
berkelompok atau menyebar pada bagian yang terserang. Apabila yang terserang
penyakit bagian tangkai daun majemuk atau tajuk maka bagian tersebut agak
membengkok karena adanya penebalan dan pembengkakan kemudian tajuk daun
menggulung berubah bentuk (malformasi) tanpa daun lagi. (Anggraeni dan Santoso,
2003 )
Kehadiran
penyakit karat puru dapat menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai
pada tingkat lapangan (pucuk, ranting, cabang, dan batang). Adapun gejala awal
terlihat berupa benjolan yang berwarna cokelat muda sampai cokelat tua pada
tulang daun ataupun pada pucuk bibit tanaman yang lama kelamaan akan membesar
sampai mencapai ukuran diameter lebih dari 10 cm. Apabila karat puru telah
menjadi tua maka benjolan/tumor (Gall) akan berubah warna menjadi merah tua
sampai hitam.
Gambar
tanaman sengon yang terserang Karat Puru
Penyebab penyakit karat
puru pada sengon adalah fungi Uromycladium sp., masuk dalam kelas Basidiomycetes,
ordo Uredinales, famili Pucciniceae dan genus Uromycladium.
Menurut Old et al. (2000) hanya 2 jenis Uromycladium yang
diketahui mengakibatkan pembentukan bintil-bintil dalam jumlah sangat besar
pada tunas berkayu dan bagian-bagian lain dari pohon akasia dan albisia yang
terserang yaitu U. notabile dan U. tepperianum. Hal ini
dapat dibedakan dari morfologi teliospora yang dihasilkan secara seksual.
Teliospora U.tepperianum mempunyai rabung-rabung yang radial disamping
itu belum pernah ada uredospora aseksual yang dilaporkan untuk U. tepperianum.
Franje et al. mengatakan bahwa penyakit karat puru yang menyerang
Albisia di New Zealand disebabkan oleh Uromycladium mempunyai siklus
hidup yang terdiri dari 3 tahap
yaitu Piknial (I) Uredial (II) dan Telial (III). Teliospora
tidak berkecambah tetapi infeksi dilakukan oleh uredospora. Semangun (1996)
mengatakan bahwa bangsa Uredinales atau jamur karat umumnya dianggap
parasit obligat dengan sifat-sifat : 1) Miselium mengandung tetes-tetes
minyak yang berwarna kuning atau jingga, tumbuh interseluler dan mengambil
makanan dari sel-sel dengan houstorium
2) sepanjang daur hidupnya jamur karat dapat membentuk lima
macam spora (pikniospora, aesiospora, uredospora, teliospora
dan basidiospora); 3) teliospora tumbuh menjadi promiselium;
4) Pada jenis tertentu terdapat heterosisme (pembentukan bentuk-bentuk spora
yang berbeda pada hospes yang berbeda).
Serangan penyakit karat puru pada
tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman sengon terganggu dan pada serangan
yang lebih berat batang atau cabang dapat patah bila tertiup angin. Apabila
hampir seluruh bagian tanaman telah dipenuhi dengan benjolan penyakit maka daun
akan mengering, rontok, dan akhirnya tanaman mati.
Adapun gejala
awal serangan penyakit karat puru ditandai dengan adanya garis-garis putih
memanjang di bagian pucuk (warna pucuk agak kehitaman dan bersifat kaku)
kemudian berkembang membengkak hingga menyerupai tumor (gall) pada pucuk dengan
warna putih pucat kemudian berubah menjadi cokelat tua. Serangan pada tanaman
di lapangan dapat dilihat dengan daaun berwarna kuning lama kelamaan gugur
kemudian tanaman menjadi gundul dan mati.
Gambar tanaman sengon yang mati karena karat puru
Dalam upaya
mengatasi munculnya serangan penyakit karat puru terhadap tanaman sengon yang
dapat merugikan para petani, maka perlu dilakukan upaya pencegahan sedini
mungkin dengan melakukan langkah-langkah berikut :
1. Imunisasi
Cara
pencegahan serta imunisasi merupakan pencegahan yang sangat mendasar terhadap
munculnya serangan penyakit tanaman. Imunisasi dilakukan sedini mungkin yang
dimulai sejak penyimpanan benih, yaitu mencampur benih dengan fungisida.
Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif tembaga sulfat sebelum benih
ditabur. Menggunakan media semai yang telah disterilkan.
2. Silvikultur
Upaya
pencegahan secara silvikultur meliputi berbagai kegiatan silvikultur anatara
lain : pengaturan jarak tanam yang sesuai, pemupukan yang tepat dan teratur,
pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, pengapuran pada tanah masam
dan menggunakan pola tanam multikultur. Untuk penanaman diperlukan tanaman
pelindung seperti nimba untuk mengendalikan serangan hama sebagai vektor
penyakit.
3. Mekanik
Pencegahan
secara mekanik dilakukan dengan memangkas bagian tanaman yang terserang
kemudian ditimbun ke dalam tanah (kedalaman minimal 30 cm dari permukaan
tanah). Untuk tanaman sengon muda dilakukan perwiwilan secara teratur untuk
tanaman yang berumur 1 tahun.
4. Ramah Lingkungan
Pencegahan
secara ramah lingkungan dilakukan dengan mencampur bahan kapur 1 kg dan
belerang 1 kg serta air sebanyak 10 atau 20 liter lalu diaduk hingga rata.
Bagian tanaman yang terserang penyakit karat puru dibersihkan dari gallnya
kemudian bagian tersebut disemprot/diolesi larutan kapur dan belerang.
5. Kimiawi
Pencegahan
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan secara serentak pada
persemaian dan lapangan pada saat gejala penyakit karat puru mulai muncul
dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif tembaga.penyemprotan dilakukan
pada saat 3minggu sebelum turun hujan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
fungsi dari bahan aktif tembaga yang melekat pada permukaan tanaman sebagai
pelindung terhadap pertumbuhan spora Uromycladium
tepperianum. Sementara selang waktu penyemprotan adalah sekali dalam dua
minggu.
Banyak
rekomendasi pemberantasan karat puru salah satunya dalam radius 100 m2
penyemprotan tanaman sengon dengan campuran kapur dan garam (NaCl) dengan
perbandingan 10:1. Jika pohonnya masih kecil semua batang dan daun sengon
disemprot. Kalau pohonnya sudah besar maka batangnya dilabur dan disemprot
daunnya. Dilakukan dua minggu sekali selama 3 bulan untuk meredam penyakit
karat puru. Karat puru menularnya begitu cepat bisa melalui angin, tangan
ataupun serangga. Kalau dibiarkan akan menjadi wabah yang ganas. Jadi karat
puru mesti segera ditangkal sejak baru muncul gejalanya.
Kerimbunan
daun tanaman kayu di habitat lembab memungkinkan berkembangnya mikroba patogen.
Kewaspadaan dalam mengaplikasikan pupuk kandang dan kompos dengan memastikan
hanya kompos matang dan bebas dari kandungan mikroba patogen sangat penting.
Upaya penangkalan perkembangan jamur dilakukan dengan penyiraman mikroba
sahabat manusia (saprofit) seperti aktivator kompos seperti terdapat dalam
aktivator pengurai Green Phosko. Sanitasi kebun dan kandungan hara lengkap
(khususnya kapur, kalim, dan belerang) dari pupuk apalagi jika pengelolaan
drainase kebun dengan pembuatan lubang pupuk tablet dirasakan mampu menangkal
resiko penyakit tanaman kayu yang sangat merugikan.
Tanaman
yang diberi hara lengkap (Nitrogen, Posphor, Kalium, Magnesium, Kalsium,
Sulfur) dan unsur mikro (Fe, Zn, Mn, Bo. B, Cl) yang terdapat pada tablet
Gramalet formula HTI kayu akan memiliki vigor yang kuat dan berkemampuan
menangkal penyakit. Terlebih bentuk tablet dengan dibenamkan pada 15 hingga 20
cm ditepi tajuk sangat cocok bagi lokasi tanam bagi tanaman kayu yang umumnya
berada di lahan miring. Penguapan dan pencucian oleh air permukaan terhindarkan
unsur hara dalam pupuk dapat diserap sepenuhnya oleh mulut akar tanaman.
Pemberantasan
penyakit karat puru dengan penyemprotan oleh beberapa kalangan justru dianggap
tidak masuk akal melawan jamur yang berada tersebar dan pada ketinggian diluar
jangkauan larutan garam dan kapur. Namun beberapa pengalaman petani yang layak
dijadikan referensi guna mencegah dan mengatasi penyakit karat puru tersebut
sejak mulai budidaya adalah dengan menggunakan standar prosedur kegiatan
silvikultur anatara lain pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat,
pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, menggunakan pola tanam
multikultur, yaitu :
1. Dilakukan
sanitasi kebun dengan cara membuang gulma-gulma liar, memangkas pohon yang
sudah tidak bernilai ekonomis sehingga tidak bersaing dalam perolehan hara
maupun cahaya matahari. Cahaya matahari dengan intensitas tinggi penting dalam
mematikan jamur. Guna memperoleh intensitas matahari perlu diperhatikan jarak
tanam jangan terlalu rapat atau dilakukan pemangkasan dahan ranting yang tidak
perlu.
2. Pada
saat pembuatan lubang tanaman umumnya berukuran (60x60x60 cm), diberi pupuk
kandungan lengkap (NPK, Mg, Ca, dan S) pada komposisi secara berimbang bagi
keperluan genetis tanaman kayu sebagaimana terdapat tablet Gramalet pada lubang
dapat ditambah pupuk kandang atau kompos sekitar 10 – 20 kg dan disemprotkan
dengan mikroorganisme penyubur tanah, seperti aktivator bakteri. Kemudian di
diamkan sekitar 1 bulan sehingga pupuk siap diserap akar sengon nantinya.
Tanaman sengon dengan cukup nutrisi/hara akan tumbuh sehat dan relatif tahan
terhadap penyakit.
3. Bibit
sengon yang sehat ditanam pada lubang tersebut kemudian ditimbun dengan tanah.
Waktu tanam yang baik diwaktu banyak hujan. Sebelum ditanam bibit disemprot
dengan fungisida sistemik untuk pencegahan penyakit.
BAB VI
SIMPULAN
Penyakit karat puru pada sengon menunjukkan gejala yang khas,
yaitu
hiperplasia
(pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala penyakit
diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi) di bagian tanaman yang
terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakan berubah
menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil - bintil kecil atau
disebut puru (gall). Puru yang timbul mempunyai bentuk bervariasi mulai
bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa milimeter
sampai lebih besar dari 10 cm.
Kehadiran
penyakit karat puru dapat menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai
pada tingkat lapangan (pucuk, ranting, cabang, dan batang). Adapun gejala awal
terlihat berupa benjolan yang berwarna cokelat muda sampai cokelat tua pada
tulang daun ataupun pada pucuk bibit tanaman yang lama kelamaan akan membesar
sampai mencapai ukuran diameter lebih dari 10 cm. Apabila karat puru telah
menjadi tua maka benjolan/tumor (Gall) akan berubah warna menjadi merah tua sampai
hitam.
Penyebab penyakit karat puru pada sengon adalah fungi Uromycladium
sp., masuk dalam kelas Basidiomycetes, ordo Uredinales,
famili Pucciniceae dan genus Uromycladium. Menurut Old et al.
(2000) hanya 2 jenis Uromycladium yang diketahui mengakibatkan
pembentukan bintil-bintil dalam jumlah sangat besar pada tunas berkayu dan
bagian-bagian lain dari pohon akasia dan albisia yang terserang yaitu U.
notabile dan U. tepperianum. Hal ini dapat dibedakan dari
morfologi teliospora yang dihasilkan secara seksual.
Upaya pencegahan sedini mungkin untuk mencegah munculnya
penyakit karat puru, perlu dengan ,elakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1.
Imunisasi
2.
Silvikultur
3.
Mekanik
4.
Ramah
Lingkungan/Tradisional
5.
Kimiawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar