Rabu, 24 Oktober 2012

Laporan KlinTan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia falcataria, termasuk famili Mimosaceae keluarga petai - petaian. Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing laut (sunda), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30 - 45 meter dengan diameter batang sekitar 70 - 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS).
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 - 1 cm, berwarna putih kekuning - kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 - 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 - 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman, agak keras, dan berlilin.
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Ø  Daun. Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Ø  Perakaran. Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
Ø  Kayu. Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan bakupembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan bakuindustri pulp kertas dll.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab penyakit karat tumor/karat puru pada tanaman sengon telah diidentifikasi sebagai jamur karat (Uromycladium tepperianum (Sace.)McAlp.). Jamur karat ini hanya memerlukan 1 inang saja yaitu tanaman sengon untuk menyelesaikan seluruh siklus hidupnya. Jamur hanya membentuk satu macam spora yang dinamakan teliospora saja. Secara spesifik, teliospora mempunyai struktur yang berjalur, bergerigi dan setiap satu tangka terdiri dari 3 teliospora. Ukuran spora berkisar antara lebar 14-20 um dan panjang 17-28 um (Rahayu dan Lee, 2007).
Tiliospora mudah diterbangkan oleh angin dari satu tempat ke tempat lain ataupun dari tanaman sengon satu ke tanaman sengon yang lain. Apabila telah mendapatkan tempat sesuai terutama pada bagian tanaman yang masih muda, dan kondisi lingkungannya menguntungkan, teliospora akan berkecambah membentuk basidiospora. Basidiospora ini dapat  secara langsung melakukan penetrasi, menembus lapisan epidermis membentuk hypha didalam atau diantara sel-sel epidemis, xylem dan phloem (Rahayu, 2007).
Infeksi dapat terjadi  pada biji, semai maupun tanaman dewasa tanaman dilapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk, cabang, ranting, daun, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh jamur tersebut. Pada semai, batang merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan jamur karat tumor/karat puru (Rahayu dkk,2006).
Serangan karat tumor/karat puru  ditandai dengan terjadinya pembengkakan (gall) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helai daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur.  Penyakit karat tumor/karat puru dapat menjadi persoalan yang serius dalam pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran penyakit ini sangat cepat, dengan menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai lapangan dan pada semua tingkatan umur. Kerusakan serius bila serangan terjadi pada tanaman muda (umu r1-2 tahun), karena titik-titik serangan (gall) bisa terjadi di batang pokok/utama sehingga batang pokok/utama rusak/cacat, tidak dapat menghasilkan pohon yang berkualitas yang tinggi.
Penyebab penyakit karat tumor/karat puru yang menyerang tanaman sengon  adalah jamur Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih dari seratus spesies Acaccia, jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp, Racosperma spp. (ketiganya merupakan anggota famili Fabaceae  ( =Leguminosae ) menyebabkan pembentukan (gall) yang menyolok pada dedaunan dan ranting pohon. Setiap gall karat tumor/karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin. Ukuran, bentuk , dan warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall. Warna gall pada awalnya hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora yang melimpah siap dilepaskan/terbang.
Gejala yang khas dari serangan penyakit karat tumor pada sengon, yaitu adanya gejala hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi) di bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakkan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau disebut tumor (gall), tumor yang timbul mempunyai bentuk bervariasi mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai lebih besar dari 10 cm. tumor tersebut dapat berkelompok atau menyebar pada bagian yang terserang. Tumor yang masih muda berwarna hijau kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan dari sporanya, sedangkan tumor yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut/serangga. (Santoso, 1992)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan
a.)    Alat yang digunakan :
-          Pisau
-          Kamera
-          Gunting
b.)    Bahan yang digunakan :
-          Plastik kresek
-          Kertas koran

B.     Prosedur Kerja
1.      Survei hama dan penyakit tanaman di lapangan
2.      Identifikasi hama dan patogen tanaman
3.      Pembuatan spesimen
4.      Pemeriksaan spesimen
5.      Pengawetan dan penyimpanan spesimen
6.      Teknik rekomendasi pengendalian










BAB IV
HASIL PENGAMATAN


Grower                  : M. Rais                     
County                  : Indonesia
Address                 : Desa Purbadana, Rt 02 Rw 01
      City                       : Purwokerto
      Date collected       :
      Date submitted     :
Sender                   : -                    
Title                       : Pohon Sengon

1.      Identifikasi tanaman (asal dan tipe tanaman): ...........
2.      Identifikasi hama, patogen, dan gulma (dimana ditemukan; tingkat kerusakan; tipe kerusakan; pengendalian; insektisida; insektisida, fungisida, dan herbisida sebelumnya yang digunakan)
3.      Identifikasi permasalahan tanaman
Ø  Nama tanaman dan varietas: Pohon Sengon
Ø  Sampel patogen, serangga, nematoda: tidak ada
Ø  Sampel tanah: ada
Ø  Tanggal dan umur tanaman: umur 5 bulan
Ø  Tinggi tanaman: rata-rata 2m
Ø  Jumlah tanaman: 90 tanaman
Ø  Tanaman sebelumnya: tidak ada
Ø  Lokasi penanaman: di pekarangan depan rumah
Ø  Bagian tanaman yang terpengaruh: di ketiak daun
Ø  Gejala: ada benjolan, seperti tumor di ketiak daun
Ø  Tingkat kerusakan terhadap individu tanaman: slight
Ø  Perkembangan masalah: gradual
Ø  Penyebaran: scattered plants
Ø  Pencahayaan: full shade
Ø  Tipe tekstur: (  )artificial mix   (   )clay  (   )sand   (   )loam
Ø  Keadaan kelembapan: rainfall
Ø  Irigasi: no
Ø  Drainase: poor
Ø  Pengolahan tanah: no till
Ø  Bahan kimia yang diaplikasikan pada tanaman:
Fertilizer    : no
Herbicide  : no
Fungicide  : no
Insecticide : no
Nematized : no
Ø  Suspected diagnosis: Karat puru disebabkan Jamur
Ø  Additional comment:

BAB V
PEMBAHASAN

Nama umum
Indonesia:
Albasia, [jeungjing, albu (Sunda)], sengon laut, sengon sabrang, salawaku
Inggris:
Molucca albizia, Indonesia albizia, white albizia
Melayu:
Batai, kayu macis
Pilipina:
Falkata

Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisio  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio             : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus              : Albizia
Spesies            : Albizia falcataria (L.) Fosberg
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
1.      Kulit bersih berwarna coklat tua
2.      Ukuran benih maksimum
3.      Tenggelam dalam air ketika benih direndam
4.      Bentuk benih masih utuh.

Selain penampakan visual tersebut juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar maka daya tumbuhnya tinggi.
Habitat Sengon yang baik antara lain :
1)      Tanah. Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
2)      Iklim. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 - 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° - 27 °C.
3)      Curah Hujan. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 - 4000 mm.
4)      Kelembaban. Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.

Petani tanaman sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) harus mewaspadai terhadap serangan penyakit karat puru yang disebabkan oleh jamur Uromycladium tepperianum yang kini mewabah karena bisa mematikan tanaman secara besar-besaran sehingga dapat merugikan.
Penyakit karat puru pada sengon menunjukkan gejala yang khas, yaitu
hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi) di bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil - bintil kecil atau disebut puru (gall). Puru yang timbul mempunyai bentuk bervariasi mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai lebih besar dari 10 cm. Puru tersebut dapat berkelompok atau menyebar pada bagian yang terserang. Apabila yang terserang penyakit bagian tangkai daun majemuk atau tajuk maka bagian tersebut agak membengkok karena adanya penebalan dan pembengkakan kemudian tajuk daun menggulung berubah bentuk (malformasi) tanpa daun lagi. (Anggraeni dan Santoso, 2003 )
Kehadiran penyakit karat puru dapat menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai pada tingkat lapangan (pucuk, ranting, cabang, dan batang). Adapun gejala awal terlihat berupa benjolan yang berwarna cokelat muda sampai cokelat tua pada tulang daun ataupun pada pucuk bibit tanaman yang lama kelamaan akan membesar sampai mencapai ukuran diameter lebih dari 10 cm. Apabila karat puru telah menjadi tua maka benjolan/tumor (Gall) akan berubah warna menjadi merah tua sampai hitam.

Gambar tanaman sengon yang terserang Karat Puru
Image018.jpg
Penyebab penyakit karat puru pada sengon adalah fungi Uromycladium sp., masuk dalam kelas Basidiomycetes, ordo Uredinales, famili Pucciniceae dan genus Uromycladium. Menurut Old et al. (2000) hanya 2 jenis Uromycladium yang diketahui mengakibatkan pembentukan bintil-bintil dalam jumlah sangat besar pada tunas berkayu dan bagian-bagian lain dari pohon akasia dan albisia yang terserang yaitu U. notabile dan U. tepperianum. Hal ini dapat dibedakan dari morfologi teliospora yang dihasilkan secara seksual. Teliospora U.tepperianum mempunyai rabung-rabung yang radial disamping itu belum pernah ada uredospora aseksual yang dilaporkan untuk U. tepperianum. Franje et al. mengatakan bahwa penyakit karat puru yang menyerang Albisia di New Zealand disebabkan oleh Uromycladium mempunyai siklus hidup yang terdiri dari 3 tahap
yaitu Piknial (I) Uredial (II) dan Telial (III). Teliospora tidak berkecambah tetapi infeksi dilakukan oleh uredospora. Semangun (1996) mengatakan bahwa bangsa Uredinales atau jamur karat umumnya dianggap parasit obligat dengan sifat-sifat : 1) Miselium mengandung tetes-tetes minyak yang berwarna kuning atau jingga, tumbuh interseluler dan mengambil makanan dari sel-sel dengan houstorium
2) sepanjang daur hidupnya jamur karat dapat membentuk lima macam spora (pikniospora, aesiospora, uredospora, teliospora dan basidiospora); 3) teliospora tumbuh menjadi promiselium; 4) Pada jenis tertentu terdapat heterosisme (pembentukan bentuk-bentuk spora yang berbeda pada hospes yang berbeda).
Serangan penyakit karat puru pada tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman sengon terganggu dan pada serangan yang lebih berat batang atau cabang dapat patah bila tertiup angin. Apabila hampir seluruh bagian tanaman telah dipenuhi dengan benjolan penyakit maka daun akan mengering, rontok, dan akhirnya tanaman mati.
Adapun gejala awal serangan penyakit karat puru ditandai dengan adanya garis-garis putih memanjang di bagian pucuk (warna pucuk agak kehitaman dan bersifat kaku) kemudian berkembang membengkak hingga menyerupai tumor (gall) pada pucuk dengan warna putih pucat kemudian berubah menjadi cokelat tua. Serangan pada tanaman di lapangan dapat dilihat dengan daaun berwarna kuning lama kelamaan gugur kemudian tanaman menjadi gundul dan mati.

Gambar tanaman sengon yang mati karena karat puru


Image026.jpg











Dalam upaya mengatasi munculnya serangan penyakit karat puru terhadap tanaman sengon yang dapat merugikan para petani, maka perlu dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin dengan melakukan langkah-langkah berikut :
1.      Imunisasi
Cara pencegahan serta imunisasi merupakan pencegahan yang sangat mendasar terhadap munculnya serangan penyakit tanaman. Imunisasi dilakukan sedini mungkin yang dimulai sejak penyimpanan benih, yaitu mencampur benih dengan fungisida. Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif tembaga sulfat sebelum benih ditabur. Menggunakan media semai yang telah disterilkan.
2.      Silvikultur
Upaya pencegahan secara silvikultur meliputi berbagai kegiatan silvikultur anatara lain : pengaturan jarak tanam yang sesuai, pemupukan yang tepat dan teratur, pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, pengapuran pada tanah masam dan menggunakan pola tanam multikultur. Untuk penanaman diperlukan tanaman pelindung seperti nimba untuk mengendalikan serangan hama sebagai vektor penyakit.
3.      Mekanik
Pencegahan secara mekanik dilakukan dengan memangkas bagian tanaman yang terserang kemudian ditimbun ke dalam tanah (kedalaman minimal 30 cm dari permukaan tanah). Untuk tanaman sengon muda dilakukan perwiwilan secara teratur untuk tanaman yang berumur 1 tahun.
4.      Ramah Lingkungan
Pencegahan secara ramah lingkungan dilakukan dengan mencampur bahan kapur 1 kg dan belerang 1 kg serta air sebanyak 10 atau 20 liter lalu diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang penyakit karat puru dibersihkan dari gallnya kemudian bagian tersebut disemprot/diolesi larutan kapur dan belerang.
5.      Kimiawi
Pencegahan secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan secara serentak pada persemaian dan lapangan pada saat gejala penyakit karat puru mulai muncul dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif tembaga.penyemprotan dilakukan pada saat 3minggu sebelum turun hujan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi dari bahan aktif tembaga yang melekat pada permukaan tanaman sebagai pelindung terhadap pertumbuhan spora Uromycladium tepperianum. Sementara selang waktu penyemprotan adalah sekali dalam dua minggu.

Banyak rekomendasi pemberantasan karat puru salah satunya dalam radius 100 m2 penyemprotan tanaman sengon dengan campuran kapur dan garam (NaCl) dengan perbandingan 10:1. Jika pohonnya masih kecil semua batang dan daun sengon disemprot. Kalau pohonnya sudah besar maka batangnya dilabur dan disemprot daunnya. Dilakukan dua minggu sekali selama 3 bulan untuk meredam penyakit karat puru. Karat puru menularnya begitu cepat bisa melalui angin, tangan ataupun serangga. Kalau dibiarkan akan menjadi wabah yang ganas. Jadi karat puru mesti segera ditangkal sejak baru muncul gejalanya.
Kerimbunan daun tanaman kayu di habitat lembab memungkinkan berkembangnya mikroba patogen. Kewaspadaan dalam mengaplikasikan pupuk kandang dan kompos dengan memastikan hanya kompos matang dan bebas dari kandungan mikroba patogen sangat penting. Upaya penangkalan perkembangan jamur dilakukan dengan penyiraman mikroba sahabat manusia (saprofit) seperti aktivator kompos seperti terdapat dalam aktivator pengurai Green Phosko. Sanitasi kebun dan kandungan hara lengkap (khususnya kapur, kalim, dan belerang) dari pupuk apalagi jika pengelolaan drainase kebun dengan pembuatan lubang pupuk tablet dirasakan mampu menangkal resiko penyakit tanaman kayu yang sangat merugikan.
Tanaman yang diberi hara lengkap (Nitrogen, Posphor, Kalium, Magnesium, Kalsium, Sulfur) dan unsur mikro (Fe, Zn, Mn, Bo. B, Cl) yang terdapat pada tablet Gramalet formula HTI kayu akan memiliki vigor yang kuat dan berkemampuan menangkal penyakit. Terlebih bentuk tablet dengan dibenamkan pada 15 hingga 20 cm ditepi tajuk sangat cocok bagi lokasi tanam bagi tanaman kayu yang umumnya berada di lahan miring. Penguapan dan pencucian oleh air permukaan terhindarkan unsur hara dalam pupuk dapat diserap sepenuhnya oleh mulut akar tanaman.
Pemberantasan penyakit karat puru dengan penyemprotan oleh beberapa kalangan justru dianggap tidak masuk akal melawan jamur yang berada tersebar dan pada ketinggian diluar jangkauan larutan garam dan kapur. Namun beberapa pengalaman petani yang layak dijadikan referensi guna mencegah dan mengatasi penyakit karat puru tersebut sejak mulai budidaya adalah dengan menggunakan standar prosedur kegiatan silvikultur anatara lain pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat, pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, menggunakan pola tanam multikultur, yaitu :
1.      Dilakukan sanitasi kebun dengan cara membuang gulma-gulma liar, memangkas pohon yang sudah tidak bernilai ekonomis sehingga tidak bersaing dalam perolehan hara maupun cahaya matahari. Cahaya matahari dengan intensitas tinggi penting dalam mematikan jamur. Guna memperoleh intensitas matahari perlu diperhatikan jarak tanam jangan terlalu rapat atau dilakukan pemangkasan dahan ranting yang tidak perlu.
2.      Pada saat pembuatan lubang tanaman umumnya berukuran (60x60x60 cm), diberi pupuk kandungan lengkap (NPK, Mg, Ca, dan S) pada komposisi secara berimbang bagi keperluan genetis tanaman kayu sebagaimana terdapat tablet Gramalet pada lubang dapat ditambah pupuk kandang atau kompos sekitar 10 – 20 kg dan disemprotkan dengan mikroorganisme penyubur tanah, seperti aktivator bakteri. Kemudian di diamkan sekitar 1 bulan sehingga pupuk siap diserap akar sengon nantinya. Tanaman sengon dengan cukup nutrisi/hara akan tumbuh sehat dan relatif tahan terhadap penyakit.
3.      Bibit sengon yang sehat ditanam pada lubang tersebut kemudian ditimbun dengan tanah. Waktu tanam yang baik diwaktu banyak hujan. Sebelum ditanam bibit disemprot dengan fungisida sistemik untuk pencegahan penyakit.
















BAB VI
SIMPULAN

Penyakit karat puru pada sengon menunjukkan gejala yang khas, yaitu
hiperplasia (pertumbuhan lebih) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal (tumefaksi) di bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil - bintil kecil atau disebut puru (gall). Puru yang timbul mempunyai bentuk bervariasi mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai lebih besar dari 10 cm.
Kehadiran penyakit karat puru dapat menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai pada tingkat lapangan (pucuk, ranting, cabang, dan batang). Adapun gejala awal terlihat berupa benjolan yang berwarna cokelat muda sampai cokelat tua pada tulang daun ataupun pada pucuk bibit tanaman yang lama kelamaan akan membesar sampai mencapai ukuran diameter lebih dari 10 cm. Apabila karat puru telah menjadi tua maka benjolan/tumor (Gall) akan berubah warna menjadi merah tua sampai hitam.
Penyebab penyakit karat puru pada sengon adalah fungi Uromycladium sp., masuk dalam kelas Basidiomycetes, ordo Uredinales, famili Pucciniceae dan genus Uromycladium. Menurut Old et al. (2000) hanya 2 jenis Uromycladium yang diketahui mengakibatkan pembentukan bintil-bintil dalam jumlah sangat besar pada tunas berkayu dan bagian-bagian lain dari pohon akasia dan albisia yang terserang yaitu U. notabile dan U. tepperianum. Hal ini dapat dibedakan dari morfologi teliospora yang dihasilkan secara seksual.
Upaya pencegahan sedini mungkin untuk mencegah munculnya penyakit karat puru, perlu dengan ,elakukan langkah – langkah sebagai berikut :

1.      Imunisasi
2.      Silvikultur
3.      Mekanik
4.      Ramah Lingkungan/Tradisional
5.      Kimiawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar