ACARA I
STERILISASI PERALATAN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kultur
jaringan meliputi penanaman sel atau agregat sel, jaringan, dan organ tanaman
pada medium yang mengandung gula, vitamin, asam-asam amino, garam-garam
anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat. Komposisi medium tumbuh
ternyata sangat menguntungkan pula bagi pertumbuhan cendawan dan bakteri. Bila
diberi kesepatan maka mikroorganisme tersebut akan tumbuh dengan cepat dan
dalam waktu singkat akan menutupi permukaan medium serta eksplan yang ditanam.
Selanjutnya mikroorganisme tersebut akan menyerang eksplan melalui luka-luka
akibat pemotongan dan penanganan pada saat sterilisasi sehingga mengakibatkan
kematian eksplan.
Untuk
menghilangkan sumber infeksi, bahan tanaman harus disterilkan sebelum
ditanamkan pada medium tumbuh. Jaringan ataupun organ yang terinfeksi jamur
atau bakteri sistemik hendaknya dibuang.
Bahan-bahan
sterilisasi yang dapat digunakan untuk sterilisasi bahan tanaman sudah banyak
tersedia. Larutan hipoklorit (natrium ataupun kalsium) telah terbukti efektif
pada kebanyakan bahan tanaman. Bahan sterilisasi pun bersifat meracuni
jaringan. Oleh karena itu, tingkat konsentrasi dan lamanya perlakuan harus
benar-benar diperhatikan untuk mengurangi resiko kematian jaringan.
Pada
umumnya, jika eksplan yang digunakan agak keras dan cukup besar maka dapat
segera disterilisasi dengan disinfektan. Pada kultur biji atau endosperm dewasa
tanaman Euphorbiaceae, sterilisasi
dilakukan terhadap seluruh biji atau biji-biji yang dikupas. Bila ovul, embrio,
atau endosperm muda yang akan dikulturkan maka metode yang dipakai adalah
mensterilkan ovari ataupun ovul dan mengambil eksplan dibawah kondisi aseptik
sehingga jaringan inokulum yang lunak terlindungi dari pengaruh bahan
sterilisasi yang bersifat racun. Sama halnya dengan kultur antera, tunas bunga
disterilkan dan eksplan antera diisolasi sacara aseptik. Eksplan tersebut
biasanya bebas dari kontaminasi jasad renik.
B.
Tujuan
Meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan sterilisasi peralatan dengan menggunakan
outoclave.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Alat-alat yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus dalam
keadaan steril. Alat-alat gelas dan logam dapat disterilkan dalam Autoclave. Alat tanam seperti pinset dan
gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam bactinerator khusus untuk scalpel,
gagangnya dapat disterilkan dengan pemanasan namun pisaunya dapat menjadi
tumpul bila dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena itu untuk bladenya
dianjurkan cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan
kaporit (Esha, 2010).
Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum penanaman
adalah : pinset, scalpel, petridish, gunting, kertas saring, dan botol-botol
kosong.
Autoklaf adalah alat sterilisasi
untuk alat dan media
kultur jaringan,
alat alat yang berupa glass ware atau dissecting kit sebelum digunakan harus
disterlikan terlebih dahulu. demikian juga dengan media kultur jaringan yang
sudah di masukan kedalam botol media harus di sterlikan dahulu sebelum di
gunakan (Anonim, 2010).
Agar
biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang diperlukan harus
disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan
untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas
digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan
autaklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan
oven) (Ermila, 2010).
Beberapa
sumber kontaminasi mikroorganisme pada sistem kultur jaringan dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Medium
sebagai akibat proses sterilisasi yang tidak sempurna
2. Lingkungan
kerja dan pelaksanaan yang kurang hati-hati dan kurang teliti
3. Eksplan
a. Secara
internal (kontaminan terbawa di dalam jaringan)
b. Secara
eksternal (kontaminan berada di permukaan eksplan) akibat prosedur sterilisasi
yang kurang sempurna
4. Dari
serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur setelah
diletakkan di dalam ruang kultur ataupun ruang stok
Dari
semua sumber kontaminasi, yang paling sulit diatasi adalah yang berasal dari
eksplan. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode sterilisasi harus
selektif, kita hanya mengeliminasi jamur atau bakteri yang tidak diinginkan
dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan eksplan (Zulkarnain, 2009).
Alat-alat
dissecting-set dan glass ware yang akan digunakan untuk
kultur jaringan, setelah dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas payung dan disterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 120oC,
tekanan 17,5 psi dan lama sterilisasi kurang lebih 15-20 menit (Hendaryono,
1994).
Botol-botol
eksplan yang sudah berisi medium setelah ditutup dengan alumunium foil,
kemudian disterilisasi. Sterilisasi medium lebih sedikit waktunya dibandingkan
dengan sterilisasi alat-alat, yakni 15 menit, tetapi suhu dan tekanannya sama
(Hendaryono, 1994).
Cara
menghilangkan sumber infeksi, bahan tanaman harus disterilkan sebelum ditanam
pada medium tumbuh. Jaringan ataupun organ yang terinfeksi jamur atau bakteri
sistemik hendaknya dibuang. Penggunaan merkuri klorida (HgCl2) terbukti
efektif untuk sterilisasi bahan tanaman yang berasal dari lapangan (Zulkarnain,
2009).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A.
BAHAN
DAN ALAT
Bahan
dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Bahan
:
a. Eksplan
(biji jeruk)
b. Alkohol
c. Agar-agar
2. Alat
:
a. Glass ware
: botol kultur, erlenmayer, petridish
b. Dissecting kit
: scalpel, pinset
c. Autoclave
d. Alumunium
foil
e. Keret
gelang
f. Kompor
g. Kertas
payung/pembungkus
B.
PROSEDUR
KERJA
1. Glass ware dan
Dissecting kit dicuci bersih dengan
sabun, dibilas dengan air lalu dikeringkan. Setelah kering mulut botol ditutup
dengan alumunium foil, untuk pinset dan scalpel dibungkus dengan kertas payung
2. Glass ware dan
Dissecting kit disterilkan dengan
autoclave pada suhu 1200 C pada tekanan 17,5 psi selama 30 menit
3. Selama
sterilisasi autoclave ditutup rapat sehingga tekanan didalam autoclave naik.
Tekanan tinggi tersebut dipertahankan selama 30 menit dengan mengecilkan api,
selanjutnya katub dibuka untuk membuang uap air sehingga tekanan akan turun
hingga ke tekanan 0 psi dan dilakukan sampai tiga kali
4. Autoclave
dibuka dan peralatan yang sudah disterilisasi dikeluarkan
5. Peralatan
disimpan ditempat yang bersih
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
NO
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1
|
|
Nama
Alat : Autoclave
Kegunaan
=> Penyeteril alat-alat
Jenis
Alat : -
|
2
|
|
Nama
Alat : Kompor gas
Kegunaan
=> Sebagai pemanas Autoclave
Jenis
Alat : -
|
3
|
|
Nama
Alat : Botol Kultur
Kegunaan
=> untuk meletakkan eksplan sebagai media
Jenis
Alat : Glass ware
|
4
|
|
Nama
Alat : Api Bunsen
Kegunaan
=> untuk memflamir mulut botol, membakar pinset, dan scalpel
Jenis
Alat : Glass ware
|
5
|
|
Nama
Alat : Timbangan Digital
Kegunaan
=> untuk menimbang
Jenis
Alat : -
|
6
|
|
Nama
Alat : Petridish
Kegunaan
=> tempat menaruh eksplan
Jenis
Alat : Glass ware
|
7
|
|
Nama
Alat : Pinset
Kegunaan
=> Mengambil eksplan
Jenis
Alat : Dissecting kit
|
8
|
|
Nama
Alat : Scalpel
Kegunaan
=> untuk memotong eksplan
Jenis
Alat : Dissecting kit
|
9
|
|
Nama
Alat : Pipet
Kegunaan
=> untuk memberikan cairan pada eksplan
Jenis
Alat : Glass ware
|
10
|
|
Nama
Alat : Erlenmeyer
Kegunaan
=> Menakar pembuatan stok
Jenis
Alat : Glass ware
|
11
|
|
Nama
Alat : Beker glass
Kegunaan
=> untuk mengukur volume stok
Jenis
Alat : Glass ware
|
12
|
|
Nama
Alat : Gelas Ukur
Kegunaan
=> untuk menakar cairan stok yang dibutuhkan
Jenis
Alat : Glass ware
|
13
|
|
Nama
Alat : Pengaduk Kaca
Kegunaan
=> untuk mengaduk
Jenis
Alat : Glass ware
|
14
|
|
Nama
Alat : pengaduk Kayu
Kegunaan
=> untuk mengaduk
Jenis
Alat : -
|
15
|
|
Nama
Alat : Hand Sprayer
Kegunaan
=> Menyemprot Eksplan
Jenis
Alat : -
|
16
|
|
Nama
Alat : Alumunium Foil
Kegunaan
=> untuk menutup mulut botol
Jenis
Alat : -
|
17
|
|
Nama
Alat : Korek Api
Kegunaan
=> Memberi api dalam pembakaran
Jenis
Alat : -
|
18
|
|
Nama
Alat : Tisu
Kegunaan
=> untuk membersihkan alat
Jenis
Alat : -
|
19
|
|
Nama
Alat : Corong
Kegunaan
=> Menuangkan media dalam botol kultur
Jenis
Alat : -
|
20
|
|
Nama
Alat : Glove
Kegunaan
=> agar tangan steril & menjaga dari bahan kimia
Jenis
Alat : -
|
21
|
|
Nama
Alat : Karet Gelang
Kegunaan
=> untuk mengikat, & untuk sterilisasi pinset
Jenis
Alat : -
|
B.
Pembahasan
Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat biotek seperti tip,
e-tube, mortar pestle, dan lain-lain. Selain itu alat ini
juga digunakan untuk mensterilkan media, baik media agar atau pun media
cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang akan
digunakan untuk media tanaman. Prinsip
kerja Autoclave sama dengan prinsip kerja kukusan (alat
sederhana untuk menanak nasi) hanya saja memiliki tekanan sehingga menghasilkan
panas yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk lebih menyempurnakan proses
sterilisasi. Tahap sterilisasi sebenarnya cukup singkat yaitu dengan suhu 1200C
selama 20 menit, dengan tekanan 15-17,5 psi. Namun waktu keseluruhan mulai dari
pemanasan awal (kenaikan suhu) sampai pendinginan (penurunan suhu) bisa
mencapai kurang lebih 2 jam-an. Yang perlu diperhatikan selama mengoperasikan
alat ini adalah: tulis siapa pengguna (nama, waktu dan lab.) sebelum
start, selalu memakai sarung tangan tahan panas, isilah air sesuai ukuran yang
ditentukan sebelum start, jangan membuka autoclave sebelum suhu dingin (dibawah
600C).
Sebelum melakukan praktikum kultur jaringan, alat-alat yang akan
dipakai dalam kultur jaringan harus steril terlebih dahulu. Pertama botol
kultur yang akan digunakan untuk menaruh eksplan direndam dengan detergen
selama 24jam untuk mematikan bakteri yang ada di botol tersebut. Setelah itu
botol ditiriskan agar air yang ada di botol tidak ada. Kemudian botol di beri
alumunium foil dengan sil sebagai perekat alumunium foil agar kencang di mulut
botol kultur tersebut, sebelum dimasukkan kedalam autoclave. Taruh botol kultur
yang telah diberi alumunium ke dalam autoclave, selama 20 menit dengan tekanan
17,5 psi (dilakukan pengulangan sampai 3x). Setelah selesai keluarkan botol kultur
dari dalam autoclave, dinginkan atau biarkan selama kurang lebih 2 hari. Botol
kultur tersebut di taruh di ruang inkubasi. Penyetrilan media yang akan di
gunakan kultur jaringan di lakukan pada tanggal 23 November 2010. Botol kultur yang telah didinginkan dilakukan
penyeterilan lagi didalam autoclave selama 20 menit dengan tekanan 17,5 psi.
Kemudian keluarkan botol kultur tersebut dan isi agar-agar sebagai dasar media
untuk meletakkan eksplan. Tutup dengan alumunium dengan sil, dan masukkan
kedalam autoclave lagi selama 20 menit dengan tekanan yang sama 17,5 psi.
Setelah selesai botol kultur ditaruh didalam ruang inkubasi untuk menghindari
botol kultur yang sudah steril tersebut dari kontaminasi. Penyiapan media ini
dilakukan pada tanggal 27 November 2010.
Alat-alat yang harus disterilkan dalam praktikum kultur jaringan adalah
alat-alat yang akan dipakai dalam membuat kultur jaringan. Seperti botol kultur
sebagai tempat eksplan tumbuh, scalpel, pinset, petridish, dan alat-alat yang
lain sebagai pendukung dalam proses kultur jaringan.
Alat-alat yang digunakan dalam proses kultur jaringan antara lain :
A.
Alumunium foil => digunakan
untuk menutup mulut botol kultur
B.
Api Bunsen => digunakan
untuk memflamir alumunium foil dan mulut botol kultur
C.
Autoclave => digunakan
untuk penyeteril alat-alat yang akan digunakan dalam kultur jaringan
D.
Botol kultur => digunakan
untuk menaruh eksplan
E.
Corong => digunakan
untuk menuangkan agar-agar dalam botol kultur
F.
Erlenmeyer => digunakan
untuk mengukur volume cairan
G.
Gelas beker => digunakan
untuk mengukur volume cairan stok yang dibutuhkan
H.
Gelas ukur kaca => digunakan
untuk menakar cairan stok yang dibutuhkan
I.
Glove => digunakan
untuk menjaga agar tangan steril dan menjaga dari bahan kimia
J.
Karet => digunakan
untuk mengikat dan sterilisasi pinset
K.
Kompor => digunakan
untuk memanasi autoclave
L.
Korek api => digunakan
untuk memberi api dalam pembakaran
M.
Pengaduk kaca => digunakan
untuk mengaduk cairan
N.
Pengaduk kayu => digunakan
untuk mengaduk
O.
Petridish => digunakan
untuk tempat menaruh eksplan, dan sebagai tempat landasan untuk mengiris
eksplan
P.
Pinset => digunakan
untuk mengambil dan menjepit eksplan
Q.
Pipet => digunakan
untuk memberikan cairan pada eksplan
R.
Scalpel => digunakan
untuk mengiris eksplan
S.
Sprayer => digunakan
untuk menyemprot eksplan
T.
Timbangan digital => digunakan
untuk menimbang
U.
Tisue => digunakan
untuk membersihkan alat
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sebelum melakukan praktikum kultur jaringan, sebaiknya dilakukan
pengenalan alat-alat yang akan digunakan di dalam proses kultur jaringan untuk
mempermudah ketika proses dilakukan. Setelah dilakukan pengenalan alat-alat apa
saja yang akan digunakan di dalam kultur jaringan, perlu adanya penyeterilan
alat-alat. Alat-alat yang harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu antara
lain botol kultur, scalpel, dan pinset karena alat-alat inilah yang berperan
besar dalam pengkulturan eksplan. Botol kultur sebagai media yang digunakan
untuk meletakkan eksplan, scalpel dan pinset alat yang akan digunakan untuk
mengiris eksplan dan menjepit eksplan. Penyeterilan tersebut harus dilakukan
untuk menjaga alat-alat yang akan digunakan steril dan tidak ada kontaminan di
alat tersebut.
B. Saran
Saat melakukan sterilisasi menggunakan autoclave harus hati-hati dan
dijaga terus agar suhu tetap pada suhu 120oC, dan pada tekanan 17,5
psi. Jika tidak dijaga dikhawatirkan suhu dan tekanan meningkat dan akan
mengakibatkan ledakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Kultur Jaringan.
http://biotektanaman.wordpress.com.
Diakses tanggal 12 Desember 2010.
Ermila, M. 2010. Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi. http://Milaermila.blogspot.com.
Diakses tanggal 24 Desember 2010.
Esha. 2010. Cara
Sterilisasi Alat-Alat dan Media. http://eshaflora.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2010.
Hendaryono, S dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.
Yogyakarta.
Wetter, L.R dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB
Bandung. Bandung.
Widarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi, dan
Kultur Jaringan. Kanisius. Jakarta.
Zulkarnain.
2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi
Aksara. Jakarta.
ACARA II
PEMBUATAN MEDIA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebutuhan
nutrisi untuk pertumbuhan kultur In vitro
yang optimal bervariasi antar spesies ataupun antar varietas. Bahkan, jaringan
yang berasal dari bagian tanaman yang berbeda pun akan berbeda kebutuhan
nutrisinya. Oleh karena itu, tidak ada satu pun medium dasar yang berlaku
universal untuk semua jenis jaringan dan organ. Meskipun demikian, medium dasar
MS yang direvisi adalah yang paling luas penggunaannya dibandingkan dengan
media dasar lainnya.
Media
kultur jaringan tanaman harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin
pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media tersebut harus berisi garam mineral
berupa unsur hara mikro dan makro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuh.
Zat
pengatur tumbuh (ZPT) sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi
pertumbuhan dan differensiasi. Tanpa penambahan ZPT dalam medium pertumbuhan
mungkin terhambat bahkan tidak tumbuh. Golongan auksin yang sering ditambahkan
pada medium kultur jaringan tanaman adalah 2,4-D, IAA, NAA, dan IBA. Dari
golongan sitokinin adalah kinetin, zeatin, dan BAP.
Sumber
karbon dan energi yang biasanya dipakai dalam kultur jaringan adalah sukrosa.
Jenis gula lain seperti glukosa, dan fruktosa juga dapat digunakan. Kadar
sukrosa biasanya berkisar antara 2-4%.
Medium
kultur jaringan dapat berupa medium cair dan medium padat. Pada medium padat bahan
pemadat yang banyak digunakan adalah agar-agar. Penggunaan agar biasanya adalah
8-10 gram per liter.
B.
Tujuan
Tujuan
dilakukannya praktikum kultur jaringan tanaman acara pembuatan media adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui
dan mempraktikan cara membuat larutan stok
2. Mengetahui
dan mempraktikan cara membuat media MS
3. Melakukan
sterilisasi medium
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan faktor penentu dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung
dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya
terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga
bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon)
yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga
harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf pada suhu 120º C
selama 15 menit (Pandhit, 2010).
Jika tidak ada informasi awal, biasanya
mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung
konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan
telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus,
2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi
tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA
pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2
mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan
adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk
menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan
pertaman adalah dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat
pengatur tumbuh yang berbeda (Anonim, 2010).
Umumnya jaringan dikulturkan pada media
padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar
sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara
0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali
air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan
kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak
mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain
seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial. Gel sintetis
diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem
fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru
bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar
dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem
vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite
(Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media (Anonim,
2010).
Keasaman medium adalah salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan tanaman. Pada umumnya, keasaman
medium ditetapkan antara 5,6-5,8. Medium yang terlalu masam (pH <4,5) atau
terlalu basa (pH >7,0) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
eksplan. Hal itu mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya sejumlah unsur hara
pada kisaran pH tertentu. Pada pH tinggi, unsur-unsur seperti besi, seng,
mangan, tembaga, dan boron mengalami presipitasi sebagai hidroksida sehingga
tidak tersedia bagi jaringan yang dikulturkan. Sedangkan pada pH rendah,
unsur-unsur seperti kalsium, magnesium, belerang, fosfor, dan molibdat menjadi
tidak tersedia. Medium dengan pH rendah seringkali digunakan dalam seleksi
untuk mendapatkan tanaman yang toleran terhadap keasaman tinggi (Zulkarnain,
2009).
Jennis medium dengan komposisi unsur
kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman
yang berbeda pula. Misalkan, medium Vacin
Went sangat baik untuk media tumbuh anggrek, tetapi tidak cocok untuk media
tumbuhan tanaman yang lain. Untuk menanam eksplan dari tanaman keras sering
menggunakan medium WPM, sedangkan untuk tanaman semusim (sayuran dan tanaman
hias) sering menggunakan medium MS. Medium Knudson C hanya cocok untuk menanam
eksplan kelapa kopyor dan anggrek (Hendaryono, 1994).
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
BAHAN
DAN ALAT
Bahan
dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Bahan
Media MS :
a. Unsur
hara makro
a.) KNO3 : 1.900 mg/l
b.) NH4NO3 : 1.650 mg/l
c.) CaCl2.2H2O : 440 mg/l
d.) MgSO4.7H2O : 370 mg/l
e.) KH2PO4 : 170 mg/l
b. Unsur
hara mikro
a.) MnSO4.4H2O : 22,3 mg/l
b.) ZnSO4.7H2O : 8,6 mg/l
c.) M3BO4 : 6,2 mg/l
d.) KI : 0,83 mg/l
e.) Na2MoO4.2H2O : 0,25 mg/l
f.) CuSO4.5H2O : 0,025 mg/l
c. Besi
a.) FeSO4.7H2O : 27,8 mg/l
b.) Na2-EDTA.2H2O : 37,3 mg/l
d. Vitamin
a.) Mio
Inositol : 100 mg/l
b.) Thiamin
HCl : 0,1 mg/l
c.) Asam
nikotinat : 0,5 mg/l
d.) Piridoksin
HCl : 0,5 mg/l
e.) Glisin : 2 mg/l
e. ZPT
a.) Sitokinin : 1 mg/l
b.) Auksin : 1 mg/l
f. Bahan
pemadat (agar) : 7 g/l
g. Sukrosa : 30 g/l
h. KOH
atau NaOH : 1M
i.
HCl : 1M
2. Alat
a. Tabung
Erlenmayer
b. Gelas
ukur
c. Pipet
d. Pengaduk
e. Kompor
f. pH
meter
g. Timbangan
h. Botol
kultur
i.
Magnetik
strirer
j.
Autoclave
k. Alumunium
foil
l.
Karet
m. Kertas
payung
B.
PROSEDUR
KERJA
1. Pembuatan
Larutan Stok
a. Larutan
stok A merupakan larutan hara makro dibuat 10 kali dilarutkan dalam 1000 ml
aquades
b. Larutan
stok B, merupakan larutan hara mikro dibuat 1000 kali dilarutkan dalam 100 ml
aquades
c. Larutan
stok C, merupakan campuran FeSO4.7H2O dan Na-EDTA dibuat
100 kalu dan dilarutkan ke dalam 200 ml aquades
d. Larutan
stok D, merupakan larutan vitamin kecuali Mio Inositol dibuat 100 kali dalam
200 ml aquades
e. Larutan
stok E, merupakan larutan Mio Inositol dibuat 100 kali dalam 100 ml aquades
f. Larutan
stok F, merupakan larutan ZPT dibuat 100 kali dalam 500 ml aquades
2. Pembuatan
Medium Kultur
a. Aquades
sebanyak 500 ml dipersiapkan di dalam erlenmeyer ukuran 1000 ml. Larutan stok
A,B,C,D,E, dan F dimasukkan kedalam erlenmeyer sesuai yang dibutuhkan. Untuk
pembuatan 1 liter medium, maka stok A diambil sebanyak 100 ml, stok B 0,1 ml,
stok C 2 ml, stok D 2 ml, stok E 1 ml, dan stok F 5 ml. Semua dicampur sambil
digoyangkan wadahnya agar semua bahan kimia tersebut tercampur
b. Sukrosa
ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sambil diaduk
sampai homogen
c. Aquades
ditambahkan sampai volumenya 1000 ml
d. pH
larutan diukur dengan menggunakan pH meter elektrik atau kertas lakmus, pH yang
dibutuhkan sekitar 5,7-5,8. Jika terlalu asam ke dalam larutan ditambahkan KOH
atau NaOH 1M dan jika terlalu basa dapat ditambahkan HCl 1M. Penambahan bahan
tersebut dilakukan hingga pH yang diinginkan tercapai
e. Agar-agar
ditambahkan ke dalam larutan tersebut sebanyak 7 gram, lalu dipanaskan diatas
kkompor sampai mendidih sambil di aduk-aduk
f. Medium
dituangkan ke dalam botol kultur sekitar 20 ml per botol tergantung ukuran
botol
g. Botol
ditutup dengan alumunium foil
3. Sterilisasi
Media
a. Botol
kultur yang sudah berisi dimasukkan ke dalam autoclave untuk disterilkan dengan
tekanan 15-17,5 psi pada suhu 1200 C selama 20 menit sampai tiga
kali
b. Setelah
disterilkan, botol-botol yang berisi medium diangkat dan disimpan dalam ruang
yang sejuk sampai siap digunakan
c. Medium
siap digunakan, namun untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi dalam medium
sebaiknya dibiarkan selama beberapa hari
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Perhitungan
a. Unsur
Hara Makro (Stok A)
v KNO3
1900 mg/l
KNO3 = 1900 mg/l x 5 kali
= 9500 mg
= 9,5 gram
v NH4NO3
1650 mg/l
NH4NO3 = 1650 mg/l x 5 kali
= 8250 mg
=8,25 gram
v CaCl2.2H2O
440 mg/l
CaCl2.2H2O = 440 mg/l x 5 kali
= 2200 mg
= 2,2 gram
v MgSO4.7H2O
370 mg/l
MgSO4.7H2O = 370 mg/l x 5 kali
= 1850 mg
= 1,85 gram
v KH2PO4
170 mg/l
KH2PO4 = 170 mg/l x 5 kali
= 850 mg
= 0,85 gram
Volume Stok A =
= 19.000
mg/l
ð
=
=
0,1 L
=
100 ml
b. Unsur
Hara Mikro (Stok B)
v MnSO4
22,3 mg/l
MnSO4 = 22,3 mg/l x 100 kali
= 2230 mg
= 2,23 gram
v ZnSO4.7H2O
8,6 mg/l
ZnSO4.7H2O = 8,6 mg/l x 100 kali
= 860 mg
= 0,86 gram
v Mn3BO3
6,2 mg/l
Mn3BO3 = 6,2 mg/l x 100
kali
= 620 mg
= 0,62 gram
v KI
0,83 mg/l
KI = 0,83 mg/l x 100 kali
= 83 mg
= 0,083 gram
v Na2MoO4.2H2O
0,25 mg/l
Na2MoO4.2H2O = 0,25 mg/l x 100 kali
= 25 mg
= 0,025 gram
v CuSO4.5H2O
0,025 mg/l
CuSO4.5H2O = 0,025 mg/l x 100 kali
= 2,5 mg
= 0,0025 gram
Volume Stok B =
= 4460 mg/l
ð =
= 0,005 L
= 5 ml
c. Besi
(Stok C)
v FeSO4.7H2O
27,8 mg/l
FeSO4.7H2O = 27,8 mg/l x 10 kali
= 278 mg
= 0,278gram
v Na2-EDTA.2H2O
37,3 mg/l
Na2-EDTA.2H2O = 37,3 mg/l x 10 kali
= 373 mg
= 0,373 gram
Volume Stok C =
=
556 mg/l
ð =
= 0,05 L
= 50 ml
d. Vitamin
(Stok D dan Stok E)
v Mio
Inositol 100 mg/l
Mio Inositol = 100 mg/l x 10 kali
= 1000 mg
= 1 gram
v Thiamin
HCl 0,1 mg/l
Thiamin HCl = 0,1 mg/l x 10 kali
= 1 mg
= 0,001 gram
v Asam
Nikotinat 0,5 mg/l
Asam Nikotinat = 0,5 mg/l x 10 kali
= 5 mg
= 0,005 gram
v Piridoksin
HCl 0,5 mg/l
Piridoksin HCl = 0,5 mg/l x 10 kali
= 5 mg
= 0,005 gram
v Glisin
2 mg/l
Glisin = 2 mg/l x 10 kali
= 20
mg
= 0,020 gram
Volume
Stok D atau
Stok E =
= 2000 mg/l
ð
=
= 0,05 L
= 50 ml
e. ZPT
(Stok F)
v Sitokinin
1 mg/l
Sitokinin = 1 mg/l x 100 kali
= 100 mg
= 0,1 gram
v Auksin
1 mg/l
Auksin = 1 mg/l x 100 kali
= 100 mg
= 0,1 gram
Volume Stok F =
= 200 mg/l
ð
=
= 0,005 L
= 5 ml
B.
Pembahasan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media antara lain botol kultur, autoclave, alumunium foil, dan
agar-agar.
Semua
bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan media disiapkan. Hal yang
pertama kali dilakukan botol kultur di masukkan ke dalam autoclave dengan suhu 120oC, dan pada tekanan 17,5 psi
selama 15 menit. Setelah itu botol kultur di keluarkan dari autoclave untuk di isi agar-agar sebagai
media dasar ketika menanam eksplan. Apabila botol kultur telah di isi
agar-agar, botol kultur kembali di masukkan ke dalam autoclave untuk melakukan penyeterilan kembali. Pada suhu dan
tekanan yang sama, yaitu suhu 120oC, dan pada tekanan 17,5 psi
selama 15 menit ini dilakukan 3 kali pengulangan agar media benar-benar steril
tidak terdapat kontaminan. Setelah 3 kali pengulangan botol kultur dikeluarkan
dari autoclave, simpan botol kultur
di ruang inkubasi agar terhindar dari bakteri atau penyebab kontominasi yang
lain.
Selain
pembuatan media memasukkan agar-agar sebagai media dasar, pembuatan media juga
termasuk di dalamnya adalah pembuatan larutan stok. Pembuatan larutan stok
dengan bahan unsur hara makro dengan penambahan 10 kali dilarutkan di dalam 500
ml aquades. Unsur hara mikro dengan penambahan 100 kali dilarutan di dalam 500
ml aquades. Untuk pembuatan larutan stok C dan D dengan penambahan 10 kali
dilarutkan di dalam 500 ml aquades. Sedangkan dalam pembuatan larutan stok E
dengan penambahan 100 kali dilarutkan di dalam 500 ml aquades.
Medium
dasar Murashige dan Skoog (MS) digunakan untuk hampir semua
macam tanaman, terutama tanaman herbaceus.
Media ini mempunyai kansentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N
dalam bentuk NO3- dan NH4+.
Pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab larutan stok yang terlalu
pekat akan mengalami pengendapan di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan
maka sebelum larutan stok ini digunakan terlebih dahulu harus dipanaskan.
Larutan stok yang sudah terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi. Oleh karena
itu, sebaiknya bila larutan stok dibuat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
maka faktor kebersihan tempat penyimpanan harus benar-benar dijaga.
Penentuan
zat pengatur tumbuh yang akan digunakan memerlukan pengetahuan tentang cara
menghitung dosisnya. Hal ini sangat penting karena apabila perhitungannya
keliru dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan jaringan. Zat pengatur tumbuh
dengan dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan kalus. Zat
pengatur hanya diperlukan dalam jumlah sedikit sekali. Biasanya zat pengatur
tumbuh dibuat dengan kepekatan 1-10 mg/ml.
Komposisi
hormon dalam media sangat bervariasi tergantung dari spesies atau varietas
tanaman yang dikembangbiakkan, eksplan yang dipakai, dan tujuan dari kultur.
Oleh karena itu, penambahan zat pengatur tumbuh tidak dapat ditetapkan
kadarnya.
V.
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
SIMPULAN
1. Pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab larutan stok yang terlalu
pekat akan mengalami pengendapan di dalam lemari es. Faktor kebersihan tempat
penyimpanan larutan stok harus benar-benar dijaga.
2. Medium
dasar Murashige dan Skoog (MS) digunakan untuk hampir semua
macam tanaman, terutama tanaman herbaceus.
Media ini mempunyai kansentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N
dalam bentuk NO3- dan NH4+.
3. Sterilisasi
medium sangat diperlukan karena menentukan tingkat keberhasilan pada saat
penanaman eksplan. Untuk itu media yang digunakan harus disterilisasi terlebih
dahulu sebelum menanam eksplan.
B.
Saran
Sebaiknya
sebelum melakukan pembuatan media, kita dalam keadaan steril. Baik dari pakaian
kita, cuci tangan sebelum memegang alat yang akan digunakan dalam kultur
jaringan, ataupun alat-alat yang akan dipergunakan dalam pembuatan media.
DAFTAR PUSTAKA
Hendaryono, S
dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur
Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Pandhit. 2010. Tahapan Kultur Jaringan Tumbuhan. http://pandhit.files.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2010.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara.
Jakarta.
ACARA III
PENANAMAN EKSPLAN
a.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pucuk-pucuk
dan planlet in vitro yang
diregenerasikan di dalam lingkungan dengan kelembapan tinggi dan bersifat
heterotrof,harus berubah menjadi autotrof bila di pindahkan ke tanah atau
lapangan.Proses pemindahan merupakan langkah akhir dari prosedur mikropropagasi
dan di istilahkan sebagai tahap aklimatisasi.Menurut Yusnita (2003),aklimitasi
adalah suatu upaya mengondisikan planlet atau tunas mikro hasil
perbanyakanmelalui kultur in vitro ke
lingkungan in vivo yang
septik.Aklimitasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian aplikasi teknik
kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian.
Masa
aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet yang di
regenerasikan dari kultur in vitro menunjukkan
beberapa sifat yang kurang menguntungkan,seperti lapisan lilin (kutikula) tidak
berkembang dengan baik,kurangnya lignifikasi batang,jaringan pembuluh dari akar
ke pucuk kurang berkembang,dan stomata seringkali tidak berfungsi (tidak
menutup ketika penguapan tinggi).Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka terhadap
transpirasi, serangan cendawan dan bakteri,cahaya dengan intensitas tinggi,dan
suhu tinggi.Oleh karena itu,aklimitasipucuk-pucuk in vitro memerlukan penanganan khusus, bahkan di perlukan
modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama dalam kaitannya dengan
suhu,kelembapan,dan intensitas cahaya.Di samping itu,medium tumbuh pun memiliki
peranan yang cukup penting,khususnya bila pucuk-pucuk mikro yang di
aklimatisasikan belum membentuk sistem perakaran yang baik.
B.
TUJUAN
1. Mengetahui
dan mempraktikan cara menanam eksplan dan sub kultur
2. Mengamati
pertumbuhan eksplan
3. Mencari
faktor-faktor penyebab kegagalan di dalam kultur jaringan tanaman
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu
teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan
bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada
kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Menurut Gunawan (1988), arah pertumbuhan dan perkembangan atau
regenerasi eksplan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: komposisi media serta
jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh, bagian tanaman yang digunakan
sebagai eksplan dan lingkungan tempat eksplan dikulturkan. Medium yang
digunakan untuk membiakan potongan jaringan tersebut mengandung makanan berupa
unsur – unsur hara makro dan mikro.
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang
bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat dan
merubah proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 1995).
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah
biji dari tanaman jeruk. Alasan menggunakan biji tanaman jeruk adalah karena
biji tanaman jeruk bersifat poliembrioni dimana dalam satu biji terdapat lebih
dari satu embrio. Pierik (1981) menjelaskan bahwa poliembrioni pada spesies
Citrus sering terjadi dalam satu biji terdapat embrio zigotik (muncul dari
penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet jantan) dan sejumlah embrio yang
dibentuk secara vegetatif (sehingga dikatakan embrio adventif). Embrio adventif
ini beregenerasi dari sel – sel dalam jaringan nusellus dan integumen. Menurut
Bhojwani (1983), sel – sel somatik tersebut mengalami pembelahan dan membentuk
embrio tambahan. George dan Sherrington (1984) menambahkan bahwa embrio
tambahan tersebut akan menghasilkan anakan secara genetik identik dengan
tanaman induknya. Jadi dengan penanaman dan pemeliharaan poliembrio secara
kultur jaringan akan diperoleh tumbuhan yang sifatnya sama dengan induknya.
Menurut Hendaryono (1994), selain memperoleh bibit yang seragam dan mirip
dengan induknya melalui teknik kultur jaringan diperoleh tanaman yang bebas
terhadap penyakit.
Penggunaan eksplan dari jaringan muda lebih sering berhasil
karena sel-selnya aktif membelah, dinding sel tipis karena belum terjadi
penebalan lignin dan selulose yang menyebabkan kekakuan pada sel. Gunawan (1988)
menyatakan bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah : pucuk
muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil. Menurut Wattimena (1992)
perbedaan dari bagian tanaman yang digunakan akan menghasilkan pola pertumbuhan
yang berbeda. Eksplan tanaman yang masih muda menghasilkan tunas maupun akar
adventif lebih cepat bila dibandingkan dengan bagian yang tua.
Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media
padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti
agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan
di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak,
tergantung kebutuhan (Mahmoudzadeh and Kruif ,1992).
Unsur makro dan mikro digunakan dalam bentuk senyawa garamnya.
Sedangkan vitamin yang berfungsi untuk pertumbuhan umumnya dari kelompok
vitamin B (B1, B6 dan B12). Pembentukan embrio somatik atau penggandaan tunas
memerlukan zat pengatur tumbuh dari jenis sitokinin dan auksin. Medium yang
digunakan dapat berupa cairan atau padatan dengan menambahkan agar. Media dalam
botol yang berisi potongan jaringan kemudian ditempatkan dalam ruang dengan
suhu dan kelembapan ruang nisbi yang terkontrol (berAC), dengan pencahayaan 12
jam per hari yang berasal dari lampu neon dengan intensitas cahaya antara 3.000
– 10.000 luks (Mahmoudzadeh and Kruif ,1992).
III. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A.
BAHAN
DAN ALAT
Bahan
dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Bahan
a. Bahan
eksplan biji jeruk
b. Media
tumbuh
c. Sterilan
: alkohol, sublimat, clorox
d. Aquades
steril
2. Alat
a. Laminar
Air Flow
b. Erlenmeyer,
petridish, scalpel, pinset, lampu
c. Spirtus
d. Hand
sprayer
B.
PROSEDUR
KERJA
1. Sterilisasi
Ruang dan Alat Penabur
Ruang kultur jaringan
disterilkan dengan mengelap atau menyemprot dinding ruangan dengan alkoholn96%
dan disinari dengan lampu ultra violet, minimal 1 malam. Alat penabur berupa Laminar Air Flow (LAF), semua dindingnya
dilap dengan alkohol 96% dan disinari lampu ultra violet minimal 30 menit
sebelum digunakan. Selama lampu ultra violet dinyalakan, blower tidak boleh
dijalankan. Blower dijalankan apabila akan dilakukan penanaman dan lampu ultra
violet dimatikan. Apabila LAF tidak dilengkapi dengan lampu UV, maka blower
harus dijalankan terus menerus meskipun tidak digunakan untuk menanam agar
ruang penabur tetap bersih dan steril.
2. Penyiapan
Eksplan
Eksplan adalah bahan
tanaman yang akan dikulturkan, dapat berupa daun, tunas, pucuk, bunga,
endosperm, buah muda, sel, protoplasma, dan yang lainnya.
Cara penyiapan eksplan
biji jeruk :
a. Biji
jeruk dimasukkan kedalam botol steril dan disterilkan didalam LAF dengan
alkohol 70% selama 1-2 menit sambil digojog, lalu alkohol dibuang
b. Biji
yang sudah disterilisasi dengan alkohol, disterilisasi dengan sublimat selama
0,5-1 menit sambil digojog, kemudian sublimat dibuang
c. Biji
dibilas dengan aquades steril hingga 3 kali sambil digojog
d. Setelah
bersih, biji diambil dengan pinset dan dikeringkan diatas kertas merang di
dalam petridish steril untuk menghilangkan sisa air yang menempel pada biji
3. Penanaman
Eksplan
a. Saat
menanam eksplan harus dihindari jangan sampai tangan berlalu lalang diatas
eksplan steril yang akan ditanam atau telah berada diatas medium yang terbuka
b. Alat-alat
dan lampu diletakkan disebelah kiri dan lampu spirtus jangan diletakkan dekat
dengan alkohol
c. Alat
(pinset dan scalpel) sebelum digunakan diflamir terlebih dahulu dengan cara
dicelupkan ke dalam alkohol 96% lalu dibakar dilampu bunsen sampai padam
sendiri dan setelah dingin baru digunakan
d. Media
disiapkan, tutup botol (alumunium foil) dibuka dengan hati-hati dan diletakkan
disebalah kanan. Botol dipegang dengan tangan kiri dan dalam keadaan miring.
Mulut botol diflamir diatas lampu spirtus. Ketika membakar mulut diputar dengan
titik tengah lingkarannya sebagai poros agar seluruh mulut terkena api secara
merata. Pemutaran dilakukan dengan hati-hati dan perlahan
e. Eksplan
diambil dengan menggunakan pinset steril yang sudah dingin, kemudian dimasukkan
ke dalam medium untuk ditanam
f. Sebelum
botol ditutup, mulut botol dan bagian dalam tutupnya diflamir kembali
g. Botol
ditutup rapat diikat dengan karet gelang dan diberi label (jenis tanaman dan
macam eksplan, tanggal penanaman dan nama praktikan)
h. Botol
kultur dikeluarkan dari LAF, botol bekas dan bahan yang tidak terpakai
dikeluarkan dari LAF dan dibuang. LAF dibersihkan dengan cara menyemprot
alkohol 96% dan dilap dengan menggunakan kain lap atau tissue steril atau kapas
steril, lalu blower dan lampu TL dimatikan
i.
Botol-botol kultur
disimpan di ruang inkubasi dan dilakukan pengamatan
4. Pengamatan
Pengamatan meliputi :
a. Saat
eksplan tumbuh kalus, dihitung sejak penanaman hingga tumbuh kalus pertama
b. Saat
tumbuh tunas, dihitung sejak penanaman hingga tumbuh tunas pertama
c. Jumlah
tunas, dihitung hingga pengamatan terakhir
d. Prosentase
terkontaminasi, dihitung berapa prosen dari jumlah eksplan yang ditanam
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tanggal
|
Botol
I
|
Botol
II
|
Botol
III
|
4/12/2010
|
ü Eksplan
baik
ü Media
tumbuh/agar-agar tetap bersih tidak ada kontaminasi
|
ü Eksplan
baik
ü Media
tumbuh/agar-agar tetap bersih tidak ada kontaminasi
|
ü Eksplan
kontaminasi
ü Media
ada kontaminasi berwarna putih seperti buih sabun
|
9/12/2010
|
ü Eksplan
baik
ü Eksplan
hidup
ü Eksplan
menampakkan adanya kalus
|
ü Eksplan
baik
ü Eksplan
hidup
|
ü Eksplan
kontaminasi
ü Mediannya
tertutup oleh kontaminasi dan eksplannya tak nampak lagi
|
13/12/
2010
|
ü Eksplan
baik
ü Eksplan
hidup
ü Kalus
mulai muncul
|
ü Eksplan
baik dan hidup
ü Ada
kalus yang nampak
|
ü Eksplan
tidak ada lagi karena tertutup oleh kontaminasi
|
15/12/2010
|
ü Eksplan
baik dan hidup
ü Kalus
makin nampak jelas
|
ü Eksplan
baik dan hidup
ü Kalus
nampak jelas
|
ü Kontaminasi
semakin menyebar, media telah tertutup oleh kontaminasi secara merata
|
Botol
I
|
Botol
II
|
Botol
III
|
|
|
|
B.
Pembahasan
Faktor
yang menentukan keberhasilan kultur jaringan tumbuhan adalah media dan zat
pengatur tumbuh. Medium yang digunakan untuk membiakkan potongan jaringan
tersebut mengandung makanan berupa unsur-unsur hara makro dan mikro. Disamping
itu, ke dalam medium juga ditambahkan sumber karbon yang berasal dari sukrosa
dan gula, vitamin dan zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk memacu
pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan sel untuk menjadi calon tanaman atau
planlet (Dixon and Gonzales, 1994).
Unsur
makro dan mikro digunakan dalam bentuk senyawa garamnya. Sedangkan vitamin yang
berfungsi untuk pertumbuhan umumnya dari kelompok vitamin B (B1, B6 dan B12).
Pembentukan embrio somatik atau penggandaan tunas memerlukan zat pengatur
tumbuh dari jenis sitokinin dan auksin. Medium yang digunakan dapat berupa
cairan atau padatan dengan menambahkan agar. Media dalam botol yang berisi
potongan jaringan kemudian ditempatkan dalam ruang dengan suhu dan kelembapan
ruang nisbi yang terkontrol (berAC), dengan pencahayaan 12 jam per hari yang
berasal dari lampu neon dengan intensitas cahaya antara 3.000 – 10.000 luks
(Willadsen, 1979).
Pelaksanaan
teknik ini memerlukan berbagai prasyaratan untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril.
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang
diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan
media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa
padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah
nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam
kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan (Willadsen, 1979).
Keberhasilan
dari kultur biji jeruk ini dalam pembentukan tunas juga dipengaruhi oleh
sifatnya yang poliembrioni. Poli embrio pada biji jeruk ini berasal dari
jaringan integument dan nusellus. Menurut Pierik (1987), jaringan nusellus dari
Citrus bisa digambarkan seperti kumpulan jaringan juvenile yang memiliki
kemampuan regenerasi yang tinggi. Heddy (1986), menyatakan bahwa jaringan
nusellus merupakan jaringan meristematik yang kaya akan auksin sehingga tidak
memerlukan tambahan auksin dari luar. Umur eksplan berpengaruh terhadap
kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang
berasal dari tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan
beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut.
LAF
(Laminar Air Flow Cabinet) Alat yang letaknya diruang penabur, yaitu ruang yang selalu harus
dalam keadaan steril. alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
Jalannya
praktikum acara penenanaman eksplan yaitu :
a.
Sebelum
memasuki ruang penanaman eksplan, kita diwajibkan dalam keadaan steril dari
pakaian, tubuh, dan ruang yang akan digunakan tersebut
b.
Setelah
steril semua, ketika akan memasuki ruangan harus cuci tangan terlebih dahulu,
memakai masker, dan sarung tangan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kontaminasi eksplan yang akan ditanam
c.
Pada saat
akan melakukan penanaman, terlebih dahulu tangan disemprot menggunakan alkohol
d.
Melakukan
penanaman harus secara hati-hati jangan ceroboh
e.
Hal yang
pertama kali dilakukan ialah memotong bahan eksplan yang akan ditumbuhkan.
Sebelum melakukan pemotongan scalpel dan pinset harus dicelupkan ke alkohol
terlebih dahulu, setelah itu di flamir kurang lebih 1 menit
f.
Apabila
telah selesai digunakan scalpel dan pinset dimasukkan ke alkohol lagi
g.
Eksplan
yang akan ditanam, di lakukan pembakaran tetapi jangan sampai gosong ataupun
kelamaan dalam pembakaran agar eksplan tidak mati
h.
Setelah
di lakukan flamir eksplan, eksplan kemudian di masukkan ke dalam botol kultur
i.
Kemudian
ditutup dengan alumunium foil, tetapi sebelum ditutup dengan alumunium foil.
Alumunium foil tersebut harus di flamir terlebih dahulu
j.
Eksplan
disimpan di ruang kultur, yang ruangannya dilengkapi AC untuk mendapatkan suhu
udara yang dikehendaki yaitu kurang lebih 1oC
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi
yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu kamar. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan
yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Percobaan ini memakan waktu sekitar 2 minggu, dari 2 minggu tersebut dapat
dilihat pertumbuhan dari eksplan. Dari tiga eksplan yang ditanam satu diantaranya mengalami
kegagalan akibat adanya kontaminasi, namun dua eksplan yang lainnya masih baik. Pada
botol ketiga hari pertama pengamatan sudah terlihat adanya kontaminan yang menyerang biji. Pada botol pertama dan kedua eksplan baik dan hidup. Eksplan yang ada
di botol ketiga terdapat kontaminan, sehingga wujud fisik dari
eksplan
tersebut tidak dapat dilihat lagi tetapi di media tumbuhnya terdapat seperti kapas putih.
Terjadinya kontaminan tersebut diakibatkan oleh
kurang hati-hatinya praktikan dalam bekerja pada ruang laminar, sehingga
eksplan yang ditanam terkontaminasi. Kontaminan yang menyerang eksplan
merupakan dari kingdom fungi karena dilihat dari wujud fisiknya yang berupa
hifa-hifa atau seperti kapas.
Eksplan yang ada di botol kultur pertama dan kedua pada pengamatan ke
tiga kalus sudah tampak, eksplan tersebut tumbuh dengan baik. Medianya pun
tetap bersih. Beda dengan eksplan yang ada di botol kultur ketiga eksplannya
sudah tidak namapk lagi karena tertutup kontaminasi dari jenis jamur.
Teknik kultur jaringan khususnya teknik
sterilisasi eksplan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat-syarat
yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplant
sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, pengunaan medium yang cocok,
keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair.
Meskipun pada perinsipnya semua jenis sel dapat di tumbuhkan, tetapi sebiknya
dipilih bagiantanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem,
misalnya: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya.
Pemotongan eksplan pada saat penanaman perlu di
perhatikan, semakin kecil eksplan yang kita ambil maka akan semakin kecil pula
kemungkinan terjadinya kontaminasi, namun demikian juga harus di ingat bahwa
eksplan yang kecil lebih mudah rusak pada saat penanganan dan lebih rentan
untuk gagal pada tahapan awal, untuk itu hindari penggunaan bahan tanaman yang
akan dijadikan eksplan yang kontak langsung dengan tanah, dimana kemungkinan
besar investasi penyakit atau penyebab terjadinya kontaminasi semakin besar.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Hasil dari pengamatan eksplan
selama 2 minggu didapatkan hasil, pada botol kultur pertama dan kedua eksplan
tumbuh dengan baik dan didapati kalus di dalamnya. Sedangkan pada botol kultur
ketiga terdapat kontaminasi yang disebabkan oleh jamur.
2.
Faktor-faktor penyebab kegagalan
dalam penanaman eksplan, anatara lain :
a.
Terjadinya
kontaminan diakibatkan oleh kurang hati-hatinya praktikan dalam bekerja pada
ruang laminar, sehingga eksplan yang ditanam terkontaminasi
b.
Kurang sterilnya alat-alat yang
digunakan, ruang penanaman, ataupun ruang kultur
c.
Eksplan yang digunakan berasal
dari induk yang tidak sehat dan baik
d.
Tempat tumbuh pada lingkungan yang
tidak baik
B. Saran
Pada praktikan disarankan agar lebih hati – hati dalam melakukan
penanaman serta sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminan yang
dapat mengakibatkan kegagalan dari praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa. Bandung.
Bhojwani, s.s and M. K.
Razdan. 1983. Plant Tissue Cultur Theori and Practices. Elvisier Science
Publishing Company Inc. New York.
Gunawan, I.W. 1988. Teknik
Kultur Jaringan Tumbuhan. Laborartorium Kultur Jaringan PAU. Bioteknologi. IPB.
Bogor.
Hendaryono, D.P.S dan A.
Wijayani. 1994. Teknik Kultur jaringan Perbanyakan dan Petunjuk Perbanyakan
Tanaman Secara Vegetatif. Kanisius. Yogyakarta.
Pierik, R.L.M. 1987. In
Vitro Culture of Higher Plants. Martius Nijhoff Publisher. Dordrecht.
Wattimena, G.A. 1992. Zat
Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. IPB.
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar