Rabu, 24 Oktober 2012

Laporan Nutran


ACARA I
PENGARUH UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO PADA PERTUMBUHAN TANAMAN

A.    PENDAHULUAN
Untuk pertumbuhan normal tanaman memerlukan 16 unsur hara yang dikelompokkan sebagai unsur hara makro dan mikro. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman sangat membutuhkan unsur hara.  Oleh karena itu lahan yang digunakan untuk bercocok tanam haruslah dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman.  Kemampuan tanah memberikan unsur hara sangat penting bagi tanaman, karena merupakan persoalan pokok dalam produksi hasil bumi.  Sehingga dapat dikatakan ketersediaan unsur hara dalam tanah akan mempengaruhi produktivitas tanaman.  Penelitian menunjukkan, bahwa unsur tertentu diperlukan untuk pertumbuhan normal bagi tanaman.  Unsur penting ini harus dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman dan dalam konsentrasi optimum untuk pertumbuhan suatu tanaman.  Unsur-unsur tersebut juga harus dalam suatu keseimbangan yang wajar antara konsentrasi-konsentrasi unsur hara yang dapat larut di dalam tanah.  Unsur-unsur hara penting ini dinamakan unsur hara essensial.
Dari empat belas unsur essensial yang diperoleh tanaman dari tanah enam diantaranya digunakan dalam jumlah yang relatif besar. Unsur tersebut ialah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur.  Keenam unsur tersebut karena digunakan tanaman dalam jumlah relatif besar, untuk mudahnya mereka disebut unsur hara makro.  Pertumbuhan tanaman dapat terhambat apabila unsur ini tidak tersedia atau tersedia terlalu lambat, atau karena tidak seimbang dengan unsur-unsur lain.


B.     TINJAUAN PUSTAKA
Beraneka ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Menurut Siti Sutarmi (1985), menyatakan bahwa unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan dan keberadannya tidak bisa digantikan dengan unsur  yang lain. Karena penyediaan hara dari tanah sangat bervariasi, tidaklah mengherankan bila menemukan perbedaan dalam jumlah hara di dalam tanaman di lapang. Terdapat suatu kisaran empat kali lipat untuk hara N, P, K dengan herba cenderung mempunyai  kandungan Kalium tinggi, dan legum yang mempunyai kandungan Nitrogen tinggi dan pada kasus kedua (legum) ini, merupakan hasil dari adanya pengikatan Nitrogen secara simbiotik.
Untuk Ca kisarannya lebih besar, sesuai dengan kisaran konsentrasi tanah yang dijumpai di lapang. Kandungan Kalsium tanah adalah satu dari banyak faktor yang menentukan pH tanah, karena ion Ca2+ menempati tempat pertukaran pada mineral tanah dan bertindak sebagai suatu sistem penyangga.
Menurut Benyamin Lakitan (1985), menyatakan bahwa suatu unsur dikatakan esensial bagi tumbuhan adalah jika :
1.      Tumbuhan tidak dapat melengkapi daur hidupnya (sampai menghasilkan biji yang dapat tumbuh) apabila unsur tersebut tidak tersedia.
2.      Unsur tersebut merupakan penyusun suatu molekul atau bagian tumbuhan yang esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut. Misalnya Nitrogen sebagai penyusun protein dan Mg sebagai penyusun klorofil.
3.      Pada kondisi fisik dan kimia tanah yang optimum, sistem perakaran tanaman sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetis. Perbedaan antara spesies adalah karena perbedaan genetis antara spesies tersebut (Lakitan, 1985).
Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur mikro (Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). Secara umum semua unsur hara bersumber dari bebatuan induk tanah/mineral-mineral, kecuali unsur N yang berasal dari bahan organik (Harmsen 1977).
Unsur hara esensial merupakan unsur hara yang memiliki peran secara langsung dalam proses metabolismee tumbuhan, fungsi dari unsur hara tersebut tidak bisa digantikan dengan unsur hara lainnya, dan mempunyai fungsi yang khusus. Tidak terpenuhinya salah satu unsur hara esensial atau lebih akan berakibat siklus pertumbuhan tanaman tertentu tidak bisa berlangsung sehingga tanaman akan mati. Selain unsur hara esensial juga dikenal unsur hara non esensial atau beneficial yakni unsur hara yang mempunyai fungsi tertentu dan hanya bermanfaat bagi tanaman tertentu dengan dosis tertentu pula. Contoh dari unsur beneficial adalah Si pada tebu, Al pada jagung, Se dan lain sebagainya (Arifin, 2002).
Hara mikro dibutuhkan oleh semua tanaman, berupa kation logam (Cu, Fe, Mn, Zn) dan anion  (B, Cl, Mo). Meskipun kebutuhan tanaman sedikit tetapi kekahatan unsur ini dapat menghambat pertumbuhan atau mengurangi hasil sebagaimana hara makro (ingat konsep faktor pembatas). Keracunan unsur mikro lebih sering terjadi karena kisaran antara aras kecukupan dan keracunan pada tanaman sangatlah sempit. Kadar hara mikro dalam tanaman umumnya dinyatakan dalam ppm (mg/kg). Fungsi umum hara mikro adalah: merupakan komponen struktural dari ensim,  baik ensim untuk pengaktifan atau pengaturan, sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinsing sel  atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan (Agus, 2007).
Daur hara mikro adalah sebagai berikut : Pangkalan hara mikro dan transformasi: sangat bervariasi, tetapi memiliki proses dan reaksi yang serupa seperti dalam hara makro; Bahan organik, mikrobia dan mineralisasi-imobilisasi; Adsorsi dan desorpsi pada permukaan; Pelapukan mineral primer; Presipitasi dan disolusi mineral sekunder; Larutan tanah: khelasi dangat penting untuk kelarutan, pengangkutan dan ketersediaan bagai tanaman (Yuwono, 2007).
Tanaman membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah (Sirappa, 2002).
Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988). Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander  (1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak (Sarief, 1989).
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Unsur-unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. Sembilan  unsur makro dan tujuh unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial.
Tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: a. Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal. b. Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokimia tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain. c. Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan tanaman yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanaman (Tjitrosoepomo,1985).
Pemupukan yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Padahal meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim.
Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH, N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman (Darmawan 1982).

C.     METODE PRAKTIKUM
1.      Alat dan Bahan
-          Polibag
-          Pasir
-          Tanah
-          Benih jagung
-          Pupuk N, P, K
-          Air

2.      Prosedur Kerja
a)      Disiapkan media tanam sesuai perlakuan
b)      Polibag sebagian diisi pasir dan sebagian diisi tanah
c)      Benih jagung yang telah disiapkan dibenamkan pada pasir ataupun pada tanah
d)     Setelah itu beri pupuk sesuai dengan perlakuan yang nantinya akan diamati
e)      Diamati pertumbuhan benih tiap satu minggu sekali

3.      Variabel Pengamatan
-          Tinggi tanaman
-          Diameter tanaman
-          Luas daun
-          Bobot kering dan bobot basah
-          Jumlah daun
-          Warna daun






D.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan
















2.      Pembahasan
Kegunaan masing-masing unsur hara bagi tanaman :
a)      Unsur Hara Makro mempunyai fungsi antara lain :
(1)   Natrium
1.)    Berperan dalam akumulasi asam oksalat
2.)    Berperan dalam membukanya stomata, sebagai pengganti K
3.)    Berperan dalam aktivitas nitrat reduktase
4.)    Dibutuhkan oleh tanaman yang mempunyai lintasan fotosintetik C4
5.)    Menginduksi metabolisme Crassulacean
6.)    Mengatur keseimbangan air

(2)   Fosfor
1.)    Berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, misalnya ADP, ATP
2.)    Berperan dalam pembentukan membran sel, misalnya lemak fosfat
3.)    Berpengaruh terhadap struktur K+, Ca2+, Mg2+, dan Mn2+ terutama terhadap fungsi unsur-unsur tersebut yang mempunyai kontribusi terhadap stabilitas struktur dan konformasi makro molekul, misal gula fosfat, nukletida, dan koenzim
4.)    Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N

(3)   Kalium
1.)    Fungsi utamanya mengaktifkan kerja bebrapa enzim, asetik thiokinase, aldolase, piruvat kinase. Glutamilsistein sintetase, formiltetrahidrofolat sintetase, suksinil- Co A sintetase, induksi nitrat reduktase, sintesis tepung, ATP ase
2.)    Memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat
3.)    Merupakan komponen penting didalam mekanisme pengaturan osmotik di dalam sel
4.)    Berpengaruh langsung terhadap tingkat semi permeabilitas membran dan fosforilasi di dalam khloroplast

(4)   Sulfur
1.)    Sebagai struktur molekul
2.)    Sulfat organik membantu mencegah melarutnya bahan organik di dalam air. Hal ini penting di dalam mekanisme cekaman terhadap salinitas

(5)   Magnesium
1.)    Penyusun khlorofil
2.)    Pembawa fosfat terutama dalam pembentukan biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin
3.)    Aktif di dalam fungsi penggabungan antara enzim dan substrat site, misal memompa Mg2+ dan tilakoid ke stroma pada keadaan ada cahaya dapat mengaktifkan RuBP karbosilase

(6)   Kalsium
1.)    Berperan penting sebagai elemen struktural dinding sel, khususnya sebagai Ca pekat di dalam penyusun lamela tengah
2.)    Esensial di dalam mengatur struktur membran dan aktivitasnya terutama pada lairan ion di akar
3.)    Berperan dalam nitrat reduktase, amilase, ATP ase, fosfolipase P
4.)    Jembatan penghubung suatu bahan makro molekul, misal tepung
5.)    Memacu pertumbuhan pollen tubes
6.)    Berperan dalam detoksifikasi cairan sel dengan cara membentuk garam yang tidak larut, misal kristal kalsium oksalat

b)      Unsur Hara Mikro mempunyai fungsi antara lain :
(1)   Ferrum
1.)    Komponen struktural porfirin, sitokhrom, hemes, hematin, ferrikrome, leghemoglobin
2.)    Ikut di dalam prose oksidasi reduksi di dalam fotosintesis dan respirasi
3.)    Sebagai kofaktor beberapa enzim yaitu : sitokrom oksidase, katalase, peraksidase, sintesa khlorofil, dll

(2)   Seng
1.)    Dibutuhkan untuk pembentukan triptopan sebagai prekusor IAA, metabolisme triptamin
2.)    Terutama sebagai kofaktor enzim dehidrogenase, piridin nukleotida, alkohol, glukosa-6-P, dan triose P, karbonok anhidrase, fosfodiesterase
3.)    Merangsang sintesa sitokhrom C

(3)   Mangan
1.)    Berperan dalam transport elektron pada fotosistem II
2.)    Elemen struktural membran khloroplast
3.)    Ikut berperan dalam beberapa fungsi enzim, misalnya enzim yang mengkatalisir pemecahan air


(4)   Boron
1.)    Berpengaruh didalam translokasi gula dari daun, metabolisme fenol dan RNA serta aktivitas asam giberelin dan α amilase
2.)    Sangat erat hubungannya dengan beberapa fungsi yang berhubungan dengan Ca di dalam tanaman
3.)    Fungsi spesifiknya belum banyak diketahui

(5)   Molibdenum
1.)    Komponen struktural enzim riboproteinase, nitrogenase, dan nitat reduktase
2.)    Berperan di dalam serapan dan translokasi besi

(6)   Cuprum
1.)    Berperan dalam transport elektron pada fotosintesis
2.)    Perannya seperti besi
3.)    Penting selama pembentukan khlorofil
4.)    Secara tidak langsung berperan di dalam pembentukan nodul akar

(7)   Clor
1.)    Berpengaruh terhadap turgor
2.)    Berpengaruh terhadap evolusi O2 di dalam khloroplas
3.)    Dalam jumlah kecil mungkin esensial di dalam fotosistem II
4.)    Membantu dalam stabilitas proses oksidasi

Jika ketersediaan unsur hara essensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat (kerdil) dan khlorosis atau nekrosis pada berbagai organ.
Gejala kekurangan suatu unsur hara yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama. Gejala tersebut dapat berbeda tergantung spesies tanaman, tingkat keseriusan maslah, dan fase pertumbuhan tanaman. Disamping itu tanaman dapat mengalami kekurangan dua unsur hara atau lebih pada saat yang bersamaan, sehingga gejala yang ditampakkan oleh tanaman menjadi lebih kompleks.
Unsur hara dapat kontak dengan permukaan akar melalui 3 cara, yakni:
1.      Secara difusi dalam larutan tanah
2.      Secara pasif terbawa oleh aliran air tanah
3.      Karena akar tumbuh ke arah posisi hara tersebut dalam matriks tanah
Setelah berada pada permukaan akar (kontak dengan akar), baru unsur hara tersebut dapat diserap tanaman. Perlu ditekankan kembali bahwa serapan ion dikendalikan oleh membran. Sehubungan dengan peranan membran ini, maka ada 4 prinsip penyerapan ion, yakni :
1.      Jika sel tidak melangsungkan metabolisme atau mati, maka membrannya akan lebih mudah dilalui oleh bahan-bahan yang terlarut (solute).
2.      Molekul air dan gas-gas yang terlarut di dalamnya seperti N2, O2, dan CO2 dapat melalui membran dengan mudah.
3.      Bahan terlarut yang bersifat hidrofobik dapat menembus membran dengan kemudahan sebanding dengan  tingkat kelarutannya dalam lemak.
4.      Ion-ion atau molekul-molekul yang bersifat hidrofilik dengan tingkat kelarutan dalam lemak yang sama akan menembus membran dengan tingkat kemudahan yang berbanding terbalik dengan ukurannya (berat molekulnya).
Macam dan jumlah unsur yang diserap oleh akar ditentukan oleh faktor-faktor seperti laju tumbuh akar dan laju kimiawi akar dalam tanah. Unsur-unsur esensial yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di tanah kerap kali bergerak ke dalam tumbuhan melebihi jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan normal dan bahkan dapat merusak jaringan atau membunuh tumbuhannya. Tumbuhan juga menyerap unsur-unsur yang tidak esensial untuk pertumbuhannya, artinya tumbuhan tidak membeda-bedakan antara unsur esensial dan unsur non esensial.
Pengaruh pemberian pupuk terhadap panjang daun baik tanaman yang diberi pupuk NPK, NP, NK dan PK memiliki tingkat perbedaan panjang daun dari hari ke harinya. Pertambahan panjang daun pada tanaman yang diberi pupuk jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk (kontrol) sangat jauh perubahannya. Pengamatan panjang daun dari ketiga kelompok menunjukan perubahan yang hampir sama bahwasannya pemberian pupuk tersebut sangat mempengaruhi terhadap panjang daun dari tanaman yang diteliti. Pertambahan panjang daun (cm) dari masing-masing kelompok dari hari ke hari menunjukan pertambahan panjang yang tidak konstan, hal demikian dapat terjadi dengan pengaruh lingkungan yang ada pada saat itu, dimana tidak hanya dari faktor genetik dan hara yang dapat diserap oleh tanaman dan bahkan masih tersedianya atau tidak unsur hara tersebut. Tetapi pengaruh sinar matahari yang dapat mendorong tingkat klorofil yang ada di daun tersebut.
Jumlah kebutuhan tumbuhan untuk masing-masing unsur hara dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Jika unsur hara kurang tersedia, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan  tumbuhan yamg menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10 % dari pertumbuhan maksimum disebut sebagai batas kritis. Bagi unsur hara tersebut suatu tumbuhan dikatakan kekurangan suatu unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni hanya mencapai 80 % dari pertumbuhan maksimum, walaupun semua unsur hara esensial lainnya tersedia berkecukupan. Jika jaringan tumbuhan mengandunng unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam kondisi konsumsi mewah (luxury consumstion). Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracuanan bagi tumbuhan.
Tanaman membutuhkan unsur hara baik itu unsur hara yang esensial maupun unsur hara yang non esensial. Unsur hara tersebut tersedia di dalam tanah tetapi jumlahnya kurang, maka dari keadaan itu memerlukan tambahan dengan diberikan melalui pemupukan. Pengaruh pemupukan terhadap tanaman tersebut selain dari hasil produksi tanaman tersebut dapat tercapai maksimal, tetapi berpengaruh terhadap sifat fisiologi tumbuhannya. Pengaruh dari unsur hara terhadap panjang daun , berpengaruh juga terhadap lebar daun (cm) dan luas daunnya (cm). Tingkat pencapaian yang paling tinggi terbukti pada hari ke-21 baik untuk panjang, lebar dan luas dari daun. Pengaruh pemberian pupuk yang terbaik adalah pemberian pupuk NPK terlihat pada masing-masing kelompok (E1, E2, E3) memiliki nilai yang lebih besar. Tingkat pengaruh pemberian pupuk NPK tidak hanya berpengaruh terhadap panjang, lebar dan luas saja, tetapi pengaruhnya terlihat jumlah bobot (kering dan basah) baik bobot batang maupun akar. Pemberian pupuk NPK bedrpengaruh sangat besar karena memiliki ketiga unsur yang berperan besar yaitu Nitrogen, posfor dan Kalium.
Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. Kekurangan unsur hara bagi tanaman akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda antara lain :
1.      Nitrogen
Pada daun tua akan terlihat tajuk berwarna hijau terang, daun tua menguning, mengering, menjadi berwarna cokelat muda ini terjadi merata pada seluruh daun tua
2.      Phospor
Pada daun tua terlihat tajuk berwarna hijau gelap, sering membentuk waran merah atau ungu ini terjadi merata pada seluruh daun tua
3.      Kalium
Didapatkan pada daun tua yang mengalami khlorosis, terdapat bercak jaringan mati dan terjadi tidak merata pada daun-daun tua. Bercak berukuran kecil, biasanya pada bagian ujung, tepi, dan jaringan antara tulang daun
4.      Sulfur
Didapati pada daun muda. Tunas pucuk tetap hidup tetapi daun muda menjadi layu atau mengalami khlorosis denga tidak terdapat bercak, tulang daun dan jaringan antara tulang daun berwarna hijau muda
5.      Magnesium
Biasanya akan didapati pada daun tua tetapi tidak merata. Daun mengalami khlorosis, warna daun kadang memerah, ujung dan tepi daun menggulung
6.      Kalsium
Kekurangan kalsium banyak didapatkan pada daun-daun yang masih muda.Tunas pucuk mati yang diikuti distorsi pada ujung atau pangkal daun muda. Daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mengering pada bagian ujungnya
7.      Seng
Terlihat pada daun tua, bercak tersebar meluas, bercak tidak hanya pada jaringan antara tulang daun tetapi juga pada tulang daun primer dan sekunder
8.      Boron
Terlihat pada daun muda, daun muda pada titik tumbuh menjadi berwarna pucat terang pada bagian pangkalnya kemudian daun terpilin
9.      Cuprum
Terlihat pada daun muda. Daun muda menjadi layu tetapi tidak mengalami khlorosis
10.  Mangan
Terlihat pada daun muda, bercak tersebar merata pada daun muda tetapi tulang daun terkecil tetap hidup
11.  Ferrum
Terdapat pada daun muda. Tidak terdapat bercak, tulang daun tetap hijau sedangkan bagian daun lain mengalami khlorosis

Gambar Jagung kekurangan P
Keterangan :
Kahat fosfor umumnya sudah tampak waktu tanaman masih muda. Gejala awal dimulai dengan daun yang berwarna ungu kemerahan. Hasil tongkol menunjukkan tongkolnya kecil dengan ujung janggel melengkung. Suhu tinggi dan udara kering dapat menyebabkan kahat P, meskipun P dalam tanah cukup. Kahat P menyebabkan pemasakan biji menjadi lambat dan produksi rendah.
Gambar Jagung kekurangan N
Keterangan :
Pada tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah.
Gambar Jagung kekurangan K
Keterangan :
Kahat kalium dimulai dengan warna kuning atau kecoklatan sepanjang pinggir daun pada daun tua. Warna tersebut akan berkembang ke arah tulang daun utama dan pada daun-daun di atasnya. Gejala umum kahat K lainnya adalah warna coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui dengan mengiris batang secara memanjang. Ukuran tongkol kadang-kadang tidak terlalu dipengaruhi seperti halnya pada kahat N dan P, tetapi biji-biji pada jagung tidak berkembang dan tongkol jagung memiliki banyak klobot dengn biji sedikit sebagai akibat kahat K.

Gejala kekurangan atau kelebihan N pada tanaman jagung dapat diidentifikasi melalui warna daun. Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada daun (berwarna kuning pada daun). Sebaliknya, kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap. Pengukuran klorofil daun menggunakan klorofilmeter dan pengukuran warna daun menggunakan BWD berkorelasi positif dengan kadar N daun (Syafruddin et al. 2007).
Metode klorofilmeter mempunyai akurasi yang sama dengan metode analisis N secara destruktif pada bagian tanaman untuk menentukan kecukupan hara N pada beberapa tanaman, antara lain tanaman padi (Balasubramanian et al. 2000, Hussain et al. 2000), gandum (Follet et al. 1992), kapas (Wood et al. 1992), dan jagung (Syafruddin et al. 2006).
Unsur hara mikro non essensial. Unsur hara ini berperan dalam jumlah yang relatif kecil, Akibat Kekurangan unsur hara ini belum banyak dipelajari karena perannya dapat digantikan dengan unsur hara lainnya.
-          Klorin (Cl)
Klorin diperlukan untuk osmosis dan keseimbangan ionik sel bagian dari regulasi energi, juga memainkan peran dalam fotosintesis.
-          Cobalt (Co)
Untuk Fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N (Nitrogen), Cobalt dapat digantikan perannya dengan Natrium (Na), dan Molibdenum (Mo).
-          Molibdenum (Mo)
Sebagai kofaktor pada beberapa enzim penting untuk membangun asam amino.
-          Natrium (Na)
Sebagai keseimbangan ion pada regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata.
-          Silicon (Si)
Tersimpan dalam dinding sel yang mengakibatkan sifat mekanis sel yaitu kaku atau elastis.
-          Nikel (Ni)
Pada tanaman Keras/tumbuhan tingkat tinggi sebagai aktivasi urease (enzim yang berperan dalam metabolisme Nitrogen untuk proses perombakan urea).

Pada tanaman tingkat rendah, sebagai kofaktor beberapa enzim. Perannya dapat digantikan dengan  Seng (Zn) dan Besi (Fe).
MAMIGRO adalah pupuk daun komplit yang pembuatannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang terdiri dari unsur hara makro seperti : N, P dan K serta terdapat unsur hara mikro seperti Cu, Co, B, Mo, Mg, Zn, dan unsur-unsur hara lainnya yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan pengaplikasian tambahan dengan menyemprotkan Pupuk Daun Komplit MAMIGRO.
Keistimewaan MAMIGRO :
-          Larut dalam air lebih sempurna.
-          Cepat diserap oleh tanaman.
-          Dapat dicampur dengan pestisida lain.
-          Tidak menggumpal.
-          Kemasan botol plastik lebih aman.
-          Meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen







E.     KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Tanaman yang dipupuk pertumbuhannya jauh lebih baik daripada yang tidak dipupuk karena unsur hara yang diperlukan tersedia; unsur N, P, K merupakan unsur esensial makro yang mutlak dibutuhkan tanaman. Kalium berperan sebagai activator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium sangat penting dalam seluruh metabolisme tanaman. Peranan Nitrogen dalam tanaman adalah bahwa Nitrogen adalah merupakan komponen protein, asam-asam nukleat, dan beberapa substansi penting. Fosfor sangat penting sebagai bagian struktur beberapa campuran seperti asam-asam nukleat dan fosfolipid serta berperan dalam metabolisme energi.

2.      Saran
Pada saat melakukan penanaman sebaiknya memenuhi semua unsur hara, agar tanaman yang kita tanam tumbuh dengan baik dan tidak ada defisiensi unsur hara pada tanaman tersebut.









DAFTAR PUSTAKA

Balitra. 1998. Laporan Tahunan Balitra tahun 1996/1997. Balai Penelitian Tanaman Rawa: Banjar Baru.
Darmawan  J, Bharsjah  J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.      Jakarta: Erlangga.
Darmawan, Januar. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Semarang : PT Suryandaru.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Ruhnayat, Agus. 2007. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P, K untuk Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Jakarta : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Buletin Littro. Volume 18 (1 ) : 49 – 59.
Sarief S., 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Top of Form.
Sirappa, M. P. 2002. Penentuan Batas Kritis Dan Dosis Pemupukan N Untuk Tanaman Jagung  Di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2) (2002) pp 25-37.
Arifin. 2002. Bio-teknologi pupuk organik. Sidoarjo : Universitas Muhamadiyah Sidoarjo.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1985. Botani Umum 2. Angkasa: Bandung.






ACARA II
IDENTIFIKASI MYCORHIZA PADA AKAR TANAMAN KEDELAI

A.    PENDAHULUAN
            Sebagai tanaman yang relatif banyak mem­bu­tuhkan hara N, pada lingkungan yang optimal sekitar 60% dari kebutuhan hara N kede­lai dapat dipenuhi dari simbiosis antara tanaman kedelai dengan rhizobium. Efektifitas simbiosis tersebut antara lain dipengaruhi oleh populasi rhizo­bium di dalam tanah.
            Jumlah rhizobium di dalam tanah sudah cukup apabila populasinya 1.000 sel rhizobium/g tanah. Tanah Vertisol dan Entisol dengan pola tanam yang beragam, ternyata populasi rhizobium sangat tinggi antara 58.103 sampai 7.109 sel rhizo­bium per gram tanah, sehingga tanpa inokulasi rhizobium tanaman kedelai mampu membentuk bintil secara me­madai.
            Mikoriza yang dapat menginfeksi perakar­an akan meningkatkan kemampuan tanaman  menyerap P dari tanah. Penelitian awal dalam pot di rumah kaca menggunakan tanah masam dari Lampung menunjukkan bahwa per­lakuan biji dengan mikoriza dapat meningkatkan hasil kedelai, baik pada tanah yang steril maupun yang tidak disterilkan. Dengan demikian dapat memberikan harapan bagi pengelolaan tanaman untuk pengembangan kedelai di Indonesia, khususnya di luar jawa yang sebagian besar lahannya masam.








B.     TINJAUAN PUSTAKA
Penemuan fiksasi nitrogen yang konsisten dalam ekstrak yang bebas sel dari Clostridium pasteurianum oleh Carnahan dan kawan-kawan di laboratorium Du Pont di Amerika Serikat pada tahun 1960, merupakan tonggak sejarah dalam bidang fiksasi nitrogen secara biologi. Perluasan pengetahuan yang cepat dalam genetika bakteri telah memberikan pengaruh besar dalam studi mengenai bakteri penambat N. Genetika mikroorganisme penambat nitrogen dipelajari oleh Postgate dan kawan-kawan di Inggris dan gen yang bertanggungjawab untuk fiksasi nitrogen sudah berhasil dipindahkan dari bakteri penambat nitrogen ke bakteri yang bukan penambat nitrogen (Rao, 1994)
Untuk memahami proses fiksasi nitrogen (N) oleh bintil akar, perlu diketahui mengenai bintil akar itu sendiri terlebih dahulu. Bintil akar adalah organ simbiosis yang mampu melakukan fiksasi N dari udara sehingga mampu memenuhi kebutuhan N dari hasil fiksasi tersebut. Seringkali bintil akar terdapat pada tanaman legum yang tumbuh pada tanah berpasir yang kurang subur seperti tanah jenis PMK.  Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar, ada juga yang tumbuh di ujung-ujung akar. Bakteri yang dapat membentuk bintil akar adalah Rhizibium dan Brodyrhizobium.
Bakteri – bakteri yang termasuk dalam genus rhizobium hidup bebeas dalam tanah dan dalam daerah perakaran tumbuh-tumbuhan legume maupun bukan legume. Walaupun demikian, bakteri rhizobium dapat bersimbiosis hanya dengan tumbuh-tumbuhan legume, dengan menginfeksi akarnya dan membentuk bintil akar di dalamnya; pengecualian satu-satunya adalah bintil akar pada trema (parasponia) oleh Rhizobium sp. Bakteri bintil akar telah dibedakan berdasarkan pertumbuhan nya pada substrat tertentu, sebagia cepat tumbuh dan lambat tumbuh. (Anonim, 2011)


C.     METODE PRAKTIKUM
1.      Alat dan Bahan
o   Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum acara ini meliputi : Polibag ukuran 15 x 20 cm, penggaris dan ember.
o   Bahan
Bahan yang diperlukan meliputi : Benih kedelai, media tanah, air, pupuk dasar urea, SP-36, dan KCl.

2.      Prosedur Kerja
a.       Polibag diisi dengan tanah 2/3 bagian dan bagian ujung polibag dilipat ke arah luar.
b.      Media dalam polibag disiram hingga cukup basah.
c.       Sesuai dengan perlakuan benih yang akan ditanam disiapkan, yaitu 15 polibag diinokulasi rhizobium dan 15 polibag lainnya tidak.
d.      Lubang tanam dibuat, dan 3 biji kedelai dimasukkan per polibag.
e.       Pupuk diberikan dengan cara membuat lubang 5 cm dari lubang tanam, dan tutup dengan tanah setelahnya.
f.       Perlakuan inokulasi
g.      Dilakukan pengamatan setiap minggu
3.      Variabel Pengamatan
-          Tinggi tanaman
-          Diameter batang
-          Luas daun
-          Jumlah daun
-          Bobot basah dan bobot kering


D.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan










2.      Pembahasan
Mekanisme menambat nitrogen oleh bakteri bintil akar ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas amoniak. Gen yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif (Singkatan nitrogen – fixation).  Gen – gen nif  ini berbentuk suatu rantai , tidak terpencar kedalam  sejumlah DNA yang sangat besar yang menyusun kromosom bakteri, tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah.  Hal ini memudahkan untuk memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari kromoson Rhizobium dan menyisipkanya ke dalam mikroorganisme lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan bakteri bintil akar:
1.      Lenoglobin :
Aktifitas nitrogenase dan fikasasi N2 oleh legume berhubungan erat dengan Lenoglobin. Fungsi Lenoglobin diduga untuk mengirim O2 bagi respirasi dalma bintil dan produksi ATP.
2.      Sumber Makanan (BO dan perakaran) :
Sumber makanan diperlukan untuk bertahan sambil menginfeksi akar.
3.      Mikroorganisme lain (Sebagai Kompetitor di Rhizofir) :
Mikroorganisme lain,terutama yang antagonis, dapat menghalangi bakteri bintil akar untuk menginfeksi akar.
4.      pH :
Pertumbuhan bakteri menghendaki pH optimal sedikit dibawah netral, sedikit alkali. Namun beberapa dapat hidup dibawah pH 5. pH sangat rendah menghambat proses infeksi bakteri.
5.      Suhu :
Suhu optimal bagi kehidupan bakteri Rhizobium bervariasi tergantung pada spesies tanaman dan iklim. Misal pada kacang kapri, suhu optimal yang dikehendaki adalah 26oC. Pada suhu 20oC bintil akar tidak dapat tumbuh dengan baik. Namun, simbiosis masih tetap efektif pada suhu 7oC sampai 40oC. Pemanasan selama 5’ pada suhu 60oC  sampai 62oC dapat mematikan Rhizobium.
6.      Kelembaban :
Kelembaban yang berlebihan akan  menurunkan jumlah fiksasi N2 menurun. Kelembaban tanah 25-75% dari kapasitas lapang optimal untuk simbiosis kedelai dan alfalfa.
7.      Senyawa racun :
Atom N dalam ion NH4+  dan NO3- mengurangi bintil akar dan fiksasi N oleh bintil akar dengan cara mengganggu pembentukan benang-benang infeksi oleh rhizobium. Mn pada kadar tinggi mengganggu pertumbuhan bintil akar.
8.      Ketersediaan nutrisi :
Atom P diperlukan untuk pembentukan dan aktifitas bintil yang maksimal.Ca dibutuhkan oleh Rhizobium untuk meginfeksi akar.Kekurangan S akan mengganggu  sitesis nitrogenase sehingga kekurangan S menurunkan fiksasi N2. Mo adalah unsur penting bagi pertumbuhan bakteri karena Mo berperan pada nitrogenase.

Bakteri rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini kan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan hara bagi tanaman inangnya.
Adapun ciri bintil akar yang efektif ialah apabila bintil akar dibelah melintang akan memperlihatkan warna merah muda hingga kecoklatan di bagian tengahnya.  Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar memeliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi (Rao, 1994)
Rhizobium yang berasosasi dengan tanaman legume mampu menfiksasi 100-300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan rhizobium untuk jenis tanaman tertentu. Rizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legume dan meningkatkan produksi anatara 10 % - 25%. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektifitas populasi asli (Sutanto, 2002 dalam Rahmawati 2005).
Nitrogen merupakan hara mineral esensial paling banyak dimanfaatkan dalam praktek pertanian yang diberikan dalam bentuk pupuk. Nitrogen merupakan unsure penyusun asam amino, protein, asam nukleat dan sebagainya disamping unsur hara  lainnya. Nitrogen yang dapat di manfaatkan oleh tanaman tingkat tinggi khususnya tanaman budidaya dapat dibedakan atas empat kelompok utama yaitu: nitrogen nitrat (NO3-), nitrogen ammonia (NH4+), nitrogen molekuler (N2) dan nitrogen organik. Tidak semua bentuk – bentuk ini dapat dimanfaatkan oleh suatu jenis tnaman. Umumnya tanaman pertanian memanfaatkan nitrat dan ammonium kecuali pada beberapa tanaman legume mampu memanfaatkan N bebas melalui proses fiksasi N dengan bersimbiosis dengan bakteri. N organik kadang – kadang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tinggi akan tetapi tidak mampu mencukupi kebutuahan N tanaman dan umumnya dimanfaatkan lewat daun melalui pemupukan lewat daun.
Bagi tanaman pertanian terutama manfaat N dalam bentuk ion nitra, akan tetapi dalam kondisi tertentu khususnya pada tanah – tanah masam dan kondisi anaerobik tanaman akan memanfaatkan N dalam bentuk ion ammonium (NH4+). Pada tanaman – tanaman yang tumbuh aktif dengan cepat nitrat yang terabsopsi oleh akar tanaman akan terangkut dengan cepat ke daun mengikuti alur transpirasi. Oleh karena itu metabolism nitrat  pada kebanyakan tanaman budidaya umumnya terjadi di daun walaupun metabolisme nitrogen juga terjadi pada akar tanaman. Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan anroganik. Penurunan penggunaan pupuk nitrogen yang nyata agaknya hanya dapat dicapai jika agen biologis pemfiksasi nitrogen diintegrasikan dalam sistem produksi tanaman (Hindersah, 2004).
Mekanisme Infeksi Bakteri Rhizobium pada akar
Adanya bakteri menyebabkan rambut akar menggulung yang dirangsang oleh IAA. Sejalan dengan masuknya bekteri akar membentuk benang infeksi yang di dalamnya ada bakteri bintil. Benang infeksi terus berkembang sampai di kortek dan mengadakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan jaringan kortek membesar yang dapat dilihat sebagai bintil. Di tempat ini terjadi fiksasi N. 
Tipe bintil akar :
1.      Globus. Ciri: berbentuk bulat, gampang lepas dari akar
2.      Peanut. Ciri: berbentuk agak bulat, letaknya terbenam
3.      Semi Globus. Ciri: bentuknya tidak beraturan, permukaannya ada yang kasar dan licin.
4.      Memanjang
5.      Koral
Seringkali bintil akar terdapat pada tanaman legum yang tumbuh pada tanah berpasir yang kurang subur seperti tanah jenis PMK. Bintil akar tidak selalu tumbuh di pangkal akar, ada juga yang tumbuh di ujung-ujung akar. Tidak selalu bintil akar dihuni oleh bakteri rhizobium yang tepat dan efektif.

Ciri Tampak Bintil Akar yang efektif
Bintil akar yang dibelah melintang akan memperlihatkan warna merah muda hingga kecoklatan di bagian tengahnya.
Bakteri berdasarkan gunanya dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.      Bakteri efektif
2.      Bakteri Tidak Efektif = Bakteroid

Rumus Pemanfaatan Nitrogen bagi tanaman:
N2 + H2 → NH4 → NO3

Peranan keberadaan bakteri rhizobium yang efektif pada tanaman legum:
Bakteri dapat mengurangi kebutuhan N tanaman karena dapat mensuplainya. N (urea, ZA) yang diberikan bisa hilang karena pencucian, denitrifikasi, terangkut saat panen. Peran bakteri terjadi saat tanaman dalam kondisi kekurangan N (proses simbiosis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan bakteri bintil akar:
1.      Sumber makanan (BO dan perakaran). Untuk bertahan sebelum menginfeksi tanaman.
2.      Mikroorganisme lain (sbg kompetitor di rizosfir). Terutama yang antagonis, karena dapat menghalangi infeksi.
3.      Lingkungan. Mempengaruhi kegiatan fotosintesis untuk menyediakan kebutuhan energi bakteri (cahaya, luas daun, CO2, pembentukan biji/ fase generatif)
4.      pH. Yang dikehendaki netral – agak basa.
5.      Suhu. Yang disukai 20-28ºC, masing-masing jenis isolat berbeda tanggapnya terhadap suhu.
6.      Ketersediaan air dan hara untuk fotosintesis. Karena fotosintat yang dihasilkan tanaman dimanfaatkan oleh bakteri.
7.      Senyawa racun. Yang berasal dari herbisida, fungisida di tanah tidak disukai bakteri bintil, dapat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri, salinitas.
8.      Ketersediaan nutrisi. Seperti N yang bisa menghambat bintil; P untuk suplai energi; Mo untuk kerja nitrogenase, Fe dan Co untuk laghemoglobin dan transfer elektron.
9.      Kesesuian genetik antara bakteri dengan tanaman (untuk keperluan infeksi). 
Hubungan simbiosis antara tanaman legum dengan bakteri bintil akar:
Simbiosis Mutualisme yang terjadi. Bakteri mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan kehidupannya.
Mekanisme Penambatan Nitrogen oleh bakteri bintil akar : Untuk menambat nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas amoniak.  Gen yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif (Singkatan nitrogen – fixation).  Gen – gen nif ini berbentuk suatu rantai , tidak terpencar kedalam  sejumlah DNA yang sangat besar yang menyusun kromosom bakteri, tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah.  Hal ini memudahkan untuk memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari kromoson Rhizobium dan menyisipkanya ke dalam mikroorganisme lain (Prentis, 1984).
Keuntungan memanfaatkan bakteri rhizobium :
1.      Tidak mempunyai bahaya atau efek sampingan
2.      Efisiensi penggunaan  yang dapat ditingkatkan sehingga bahaya pencemaran lingkungan dapat dihindari
3.      Harganya yang relatif murah
4.      Teknologinya yang sederhana
Pada proses isolasi yang kita inginkan adalah memisahkan bakteri yang efektif dari koloninya. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu koloni bakteri yang diisolasi maka kita dapat menggunakan media YMA (Yeast Manitol Agar) yang ditambah dengan Bromtimol Red. Selama proses inkubasi setelah inokulasi diharapkan berada di ruang gelap selama beberapa hari sampai bakteri tumbuh. Jika yang bakteri yang tumbuh tersebut berwarna bening atau transparan maka bakteri tersebut efektif dalam memfixasi N dalam bintil akar.
Ada 2 jenis bakteri rhizobium yaitu bakteri rhizobium yang menghasilkan senyawa asam dan ada juga bakteri rhizobium yang menghasilkan senyawa basa. Jenis ini dapat dibedakan dengan melakukan isolasi bakteri rhizobium pada media YMA + BB. Bakteri yang menghasilkan senya asam, warnanya akan berubah menjadi kuning sedangkan bakteri yang menghasilkan senyawa basa, warnanya akan semakin biru.
Keberadaan bakteri bintil akar dapat diuji daya infeksi bakteri rhizobium pada akar serta keefektivan kerja bakteri dalam bintil akar terhadap tanaman melalui uji infektivitas dan uji efektivitas. Untuk melakukan uji ini diperlukan koloni bakteri rhizobium yang besar.
Terdapat 2 cara dalam menularkan bakteri:
·         Lewat biji
·         Lewat tanah
Indikator infektif atau tidaknya suatu bakteri bintil akar dilihat dari jumlah dan berat bintil. Sedangkan indikator efektivitas bakteri bintil akar berdasarkan berat tanaman dan warna hijau daunnya.












E.     KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Simpulan
Bakteri rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini kan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan hara bagi tanaman inangnya. Adapun ciri bintil akar yang efektif ialah apabila bintil akar dibelah melintang akan memperlihatkan warna merah muda hingga kecoklatan di bagian tengahnya.  Suatu pigmen merah yang disebut leghemeglobin dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar memeliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi.

2.      Saran
Untuk mendapatkan bintil akar yang efektif sebaiknya unsur hara harus terpenuhi seluruhnya.











DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Lily. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: PT. Rineka Citra
Hindersah, R dan Tualar Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. Jurnal natur Indonesia.
Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian Organik. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Rao, Subba. N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI Press




















ACARA III
PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN JAGUNG

A.    PENDAHULUAN
Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus putusnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua.
Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan.
Tingkatan tindak budidaya tanaman dicerminkan juga oleh tingkatan pengelolaan lapang produksi. Pengelolaan yang paling sederhana sampai pengelolaan yang paling maju, yaitu teknik budidaya yang telah melakukan pengelolaan terhadap unsur iklim, air, tanah dan udara. Pada kelompok ini pelaku budidaya telah dapat mengestimasi produksi maksimumnya dan panen yang tepat waktu.









B.     TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman kekeringan merupakan faktor penghambat pada saat tanaman jagung mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan. Dalam kebutuhan air pada tanaman jagung harus diperhatikan karena air merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas.
Dengan water management yang baik ataupun optimal, maka kebutuhan air pada tanaman jagung terpenuhi. Air berfungsi sebagai pelarut, dengan adanya air akan membantu akar dalam memudahkan menyerap unsure hara.
Cekaman kekeringan sangat berpengaruh pada pertumbuhan. Tanaman jagung yang kekurangan air akan terhambat pertumbuhannya. Maka dari itu kebutuhan air harus memenuhi kapasitas lapang yang baik dan sesuai.
Adanya kekurangan air akan menyebabkan tanaman jagung tidak tumbuh subur dan layu, karena tidak tersedianya bahan pelarut yang dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya.
Daya serap air juga sangat berpengaruh atau membantu akar dalam menembus kedalam tanah. Air marupakan faktor yang dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama tanaman jagung.
Keadaan air tanah yang optimal mendorong akar untuk tumbuh dan sekaligus mampu mengambil udara di dalam tanah untuk kegiatan asimilasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menanam:
1.      Lahan yang dikehendaki tanaman untuk dapat tumbuh baik adalah yang tanahnya gembur, subur, banyak mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman, memiliki salinitas rendah, pH tanah yang cocok, dan tidak mengandung racun tanah.
2.      Kesiapan benih atau bibit unggul bermutu.
3.      Pengaturan jarak tanam yang tepat sehingga dalam mengambil zat makanan, tanaman tidak saling berebut. Di samping itu, juga memanfaatkan tanah secara optimal.
4.      Cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tanaman mampu melakukan asimilasi sesuai dengan kebutuhannya.
5.      Adanya drainase yang baik.

























C.     METODE PRAKTIKUM
1.      Alat dan Bahan
·         Benih Jagung
·         Pasir
·         Polibag
·         Pupuk urea
·         Alat tulis
·         Timbangan

2.      Prosedur Kerja
a.       Menyiapkan  bahan-bahan yang dibutuhkan
b.      Isi polibang dengan pasir sebagai media tanam
c.       Tanam biji jagung pada polibag dengan kedalam kira-kira 2 cm
d.      Berikan pupuk urea pada sekitar tanaman jagung
e.       Siram polibag tanaman jagung dengan air sesuai kapasitas lapang
f.       Amati pertumbuhan jagung dan kebutuhan air setelah satu minggu
g.      Setelah satu minggu lakukan penimbangan pada masing polibag yang berbeda, seperti mulai dari 50 %, 75 % dan 100 %
h.      Kemudian sirami kembali polibag yang sudah di timbang sesuia kapasitas lapang
i.        Pengamatan dilakukan selama tiga sekali

3.      Variabel Pengamatan
-          Tinggi tanaman
-          Luas daun
-          Diameter batang
-          Jumlah daun
-          Bobot kering dan bobot basah



D.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan














2.      Pembahasan
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya. Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tanaman terhadap kekurangan air itu relatif terhadap aktifitas metaboliknya, morfologinya, tingkat pertimbuhannya dan potensial hasil panennya.
Gejala stress air pada tanaman adalah adanya  penyusustan seketika laju pemanjangan daun dan akar, dalam jam laju pemanjangan kembali normal tapi lebih rendah, dalam hari laju mekarnya daun berkurang, dalam minggu jumlah pucuk lateral berkurang, dalam bulan mengubah saat pembungaan dan penyusutan produksi biji. Dan ketika air dalam kondisi berlebihan, sel akan mengalami turgor berlebihan yang pada akhirnya akan menyebabkan sel pecah dan organ tumbuhan menjadi rusak/mati.Contoh karakter adaptasi terhadap kekeringan antara lain indeks panen lebih tinggi, umur berbunga lebih awal, periode pengisian biji lebih pendek, warna daun hijau gelap pada awal vegetatif, warna daun hijau terang pada vegetatif aktif, tinggi tanaman lebih rendah pada musim kering, jumlah anakan banyak, efisien transpirasi lebih rendah, jumlah biji fertil lebih tinggi, indeks toleransi kekeringan lebih, dan lain-lain ( Fiter ,1991 ).Pengaruh pemberian air pada kapasitas lapang 50%,75%,100%,terlihat pada tinggi tanaman jagung , luas daun , diameter batang , dan jumlah daun. Tanaman yang diberi air pada kapasitas lapang 100 % lebih cepat tumbuh dari pada tanaman yang diberi air pada kapasitas 50% dan 75%. Kapasitas lapang adalah Jumlah air yang tetap tinggal dalam tanah selama 2 sampai 3 hari setelah dibasahi dan setelah drainase bebas telah tuntas. Jumlah tersebut biasa dilambangkan berdasar berat atau volume, dikenal pula tentang jumlah air yang tetap tinggal dalam tanah selama 2 sampai 3 hari setelah dibasahi dan setelah drainase bebas telah tuntas yang disebut kapasitas lengas lapang.
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pada tanah marginal,yaitu pada tanah dengan cekaman kekeringan tinggi.Pada tanah dengan cekaman kekeringan tinggi,disebabkan oleh suhu lingkungan yang tinggi.Hal ini menyebabkan tingkat evapotranspirasi tinggi dan curah hujan rendah. Kekuranagn air terjadi dalam semua jaringan tanaman yang mengalami transpirasi. Dalam bagian ini akibat-akibat tersebut terhadap hasil pertanaman akan dibahas. Pengaruh kekurangan air terhadap hasil pertanaman terutama ditentukan oleh derajat cekaman.Respon tanaman terhadap kekurangan air tersebut relatif terhadap aktifitas metaboliknya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya dan potensial hasil panennya. Dari banyak penyelidikan empiris disimpulkan bahwa kekurangan air pada tahap awal ontogeni reproduktif menyebabkan pengurangan terbesar dalam hasil. Pengaruh kekurangan air terhadap perkecambahan dan pengadaan semai seringkali terlupakan. Kekurangan air pada tahapan ini dapat sangat mengurangi keberhasilan pertanaman dan juga hasil pertanaman. Walaupun demikian kekurangan air tidak perlu mengakibatkan pengurangan hasil ekonomik. Beberapa jenis pohon (misalnya kopi) memperlihatkan suatu periode kekurangan air untuk mendorong pembuangan, dan hasil gula dari tanaman tebu meningkat oleh kekurangan air yang terjadi dekat sebelum pemasakan (Goldsworthy1992).
Faktor internal yang memperngaruhi cekaman lingkungan yang antara lain faktor gen atau daya tahan masing-masing indivodu menyikapi atau merespon cekama lingkungan yang terjadi. Beberapa gen tanaman yang merespon cekaman lingkungan umumnya akan melakukan suatu adaptasi, adaptasi ini dapat dilakukan dalam proses waktu yang lama (evolusi) ataupun cepat (revolusi) terhadap lingkungan tersebut. Pertahanan tumbuhan atau toleransi terhadap lingkungan yang tidak mendukung menunjukkan adanya suatu keragaman. Keragaman ini terjadi akibat tiap varietas memiliki potensi genetik yang berbeda dalam merespon lingkungan tumbuhnya. Seperti halnya pada permasalahan yang telah dilakukan, percobaan pemberian cekaman lingkungan terhadap tanaman jagung dengan memperlakukan kadar air pada kapasitas lapang yang berbeda, hal ini merupakan masalah yang sangat serius karena dapat memperngaruhi dan kemampuan tanaman dalam  memberikan hasil atau nilai produktifitasnya berkurang. Tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrim umumnya akan cenderung meningkatkan hormone absisat, atau hormone penghambat pertumbuhan agar jaringan-jaringannya mampu mengurangi laju respirasi, sehingga akan terjadinya gugur daun atau menurunnya aktifitas enzim yang ada di dalam jaringan tanaman tersebut. Perubahan morfologi tanaman umunya dilakukan dengan cepat agar dirinya terhindar dari cekama yang terjadi. Perubahan akar tanaman bakau atau hutan mangrove sebagai bentuk kemampuannya dalam bertahan di lingkungan pasang surut, perubahan bentuk daun dan batang pada tanaman kaktus dan banyak lagi yang lainnya.
Kekurangan air menimbulkan rangkaian proses adaptasi tanaman dalam jaringannya.Hal ini terlihat pada morfologi luar tanaman.Berikut adalah contoh mekanisme cekaman kekeringan pada tanaman jagung :


    (Makmhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGWlE9VLoi_YDlTimcvFQWC6TTsaNhLYbrZP4MnQ7ou8MDRjC8of9jvYYHS68gWdEKAZq0qnVi9J4xh6Gr6ZfJbtkNFBzNbJ12sr_duJG8v3T6YkOjuYlBUmFs9YfzuTJT0Airer0JdNE/s400/cekaman+kekeringan.jpgur , 2003)
Berdasarkan pada table dan grafik terlihat adanya perbedaan pertumbuhan tanaman setelah mengalami cekaman lingkungan.Pertumbuhan tanaman terbaik terlihat pada kondisi kadar air 100%.Hal ini berarti tanaman jagung pada kapasitas lapang 100 % kebutuhan airnya paling terpenuhi dibandingkan dengan tanaman pada kondisi lapang yang lain.
Menurut Utama dan Pratiwi (2008), stres adalah faktor eksternal yang menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan atau merusak tehadap mutu jika tanaman atau bagian tanaman dihadapkan terhadap stres pada lama waktu dan intensitas mencukupi. Stres merupakan suatu keadaan yang tidak normal dimana tanaman mengalami suatu cekaman tertentu yang berasal dari luar tubuhnya yang dapat berupa faktor biotik maupun abiotik. Praktikum ini membahas mengenai perlakuan berbagai macam stres abiotik yang diberikan kepada tanaman kedelai dan jagung. Perlakuan stres yang diberikan adalah stres cahaya normal, stres cahaya 100%, stres air normal, stres air 50%, stres garam normal, dan stres garam 75%.
Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti, 2005).
Faktor-faktor cekaman secara garis besar dibedakan atas dua yaitu cekaman biotik dan abiotik, cekaman biotik yaitu: sebagai dampak negativ dari faktor-faktor tumbuhan biologis pada organisme di lingkungan tertentu. sedangkan cekaman abiotik adalah sebagai dampak negativ dari faktor-faktor non hidup yang tidak menguntungkan dan yang berpenagruh buruk pada tanaman budidaya. beberapa contoh cekaman biotik yaitu : HPT, virus, Jamur, dan gulma sedangkan contoh cekaman abiotik yaitu: cahaya, curah hujan, ph tanah, musim hujan atau kemarau dan suhu (Wahyu dan Asep,1990) .
Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jika diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila benih yang digunakan tidak bermutu maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari penggunaan benih bermutu. Penggunaan benih bermutu diharapkan mampu mengurangi berbagai faktor resiko kegagalan panen (Wirawan, 1998).
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006).
Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Diatas kapasitas lapang air akan meresap ke bawah atau menggenang, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Di bawah titik layu permanen tanaman tidak mampu lagi menyerap air karena daya adhesi air dengan butir tanah terlalu kuat dibandingkan dengan daya serap tanaman. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran, dan ketersediaan air tanah (Lakitan,1996).
Sifat ketahanan tanaman padi terhadap cekaman luar yakni serangan OPT  blas dari O. rufipogon telah berhasil sdiintrogresikan ke dalam kedelai budi daya (Utami et al., 2000). Transformasi transgen P5CS yang diikuti dengan regenerasi tanaman transgeniknya diperkirakan mampu menghasilkan tanaman tebu transgenik yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi Agrobacterium mentransfer gen P5CS ke dalam kalus tebu. Metode transfer gen ke dalam sel tanaman tebu telah dilakukan secara biologis menggunakan Agrobacterium. Dalam metode ini, plasmid rekombinan pBI-P5CS berhasil dengan baik ditransformasikan ke dalam sel (Fitrianty, et al., 2003).
Menurut Makmur, Amris., (2003), Kondisi keseragaman genetik menyebabkan tanaman yang bersangkutan rapuh genetik (genetically vuniravle) artinya jika berkembang ras baru patogen yang mmenyerang gen utama sebelumnya, maka akan menyebabkan  seluruh varietas yang awalnya tahan, menjadi peka terhadap patoghen yang bersangkutan. Hampir seluruh tanaman yang bernilai ekonomi penting, ketika dilaksanakan pemuliaan tanaman kearah keseragaman genetik yang intensif adalah rapuh genetik.
Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya.
Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari textur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 - 3 inches.
Kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin, merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menghitung biaya pengerjaan tersebut per satuan luas.
·         Kapasitas lapang teoritis
Sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya.
·         Waktu per hektar teoritis
Ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut.
·         Waktu kerja efektif
Ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.
·         Kapasitas lapang efektif
Ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total sebagaimana didefinisikan pada Bagian 2. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.
·         Efisiensi lapang
Ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
·         Efisiensi kinerja
Ialah suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebarteoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untukmemanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih.
Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut.
Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat  penyetelan  / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang.


E.     KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Simpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
a.       Stress lingkungan adalah suatu tegangan atau kondisi lingkugan yang tidak mendukung dalam pertumbuhan tanaman.
b.      Stress lingkungan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, factor ekternal dan fakotr internal.
c.       Toleransi tanaman terhadap stress lingkungan meliputi perubahan fisologis dan morfologis tumbuhan agar tumbuhan mampu dan bertahan dalam kondisi tersebut.
d.      Enzim  penghambat (absisat) dalam metabolisme jaringan tanaman merupakan awal mula dari proses pertahanan tumbuhan terhadap cekaman lingkungan.
e.       Kondisi pertumbuhan tanaman terbaik yaitu pada kondisi kapasitas lapang 100 %

2.      Saran
Sebaiknya semua jenis tanaman dalam pemenuhan kebutuhan air harus sesuai dengan kebutuhan kapasitas lapang










DAFTAR PUSTAKA

Danuarti, 2005.Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. IlmuPertanian Vol. 11 No.1. halaman : 22-31.
Fitrianty., et al. 2003. Efektivitas Agrobacterium mentransfer gen P5CS ke dalam kalus tebu klon PS 851. Bogor : Universitas Nusa Bangsa : Jurnal Menara Perkebunan. Vol 71 (1) : 16-27.
Haryati, 2006. Prospek penerapan “Breeder Right” di Indonesia, dalam Sumarno Hari Bowo, B. Priyanto, Nova Agustin dan Widi Wiryani (Ed). Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IV. Vol V. (9):1-16. Univ.Pembangunan Nsional. Surabaya.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jakarta : Rajawali Pers.
Makmur, Amris,. 2003. Pemuliaan Tanaman bagi Lingkungan Spesifik. Bogor : IPB.
Utami, D.W., M. Amir, dan S. Moeljopawiro. 2000. Analisis RFLP kelompok ras dan haplotype isolat blas dengan DNA pelacak MGR 586. Jurnal Bioteknologi Pertanian. 5(1):28-33.
Utama dan Pratiwi. 2008. Teknologi Benih. Malang : Rajawali press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar