IDENTIFIKASI
DAN ANALISIS VEGETASI GULMA
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Produksi tanaman pertanian, baik yang
diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit, ataupun gulma. Kerugian akibat
gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktik pertanian disamping faktor lain. Gulma
sebagai tumbuhan yang telah berhasil menyesuaikan diri dalam ekosistem yang
telah dikembangkan oleh manusia dalam membudidayakan tanaman pada suatu lahan. Persaingan
antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara
dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan
kuantitas. Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan
dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan
allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara
atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan
ongkos-ongkos usaha pertanian, dan menurunkan produktivitas air.
B. Tujuan
v Untuk
mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman
budidaya.
v Mengetahui
komposisi jenis atau spesies gulma dan dominasi pada suatu vegetasi.
BAB II. DASAR TEORI
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu
buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan
pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat
yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang
mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang
terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit
persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah
yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi
sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat
morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi
sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang
sama. (Syamsuri,2004)
Berdasarkan siklus
hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
1. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds)
Yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling
lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian
mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma
tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Jenis-jenis gulma setahun,
contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya
2. Gulma dua tahun (biennial weeds
Yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari
dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan
kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida.
Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare,
Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
3. Gulma tahunan (perennial weeds)
Yaitu gulma yang dapat hidup lebih
dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan
berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara
vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah
mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada
air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
Berdasarkan
cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.
Simple perennial, yaitu
gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila
bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu
baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya
terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi
individu baru.
2.
Creeping perennial, yaitu
gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping),
batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam
tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon
dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare.
(Sukman,1995)
Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan
menjadi :
1.
Gulma di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola
colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.
2.
Gulma di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus
rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
3.
Gulma di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia
sp., Pistia stratiotes.
Besar
kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik
buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman
pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma,
macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan
gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4),
dan ada tidaknya allelopati. (Tjitrosoedirdjo,1984)
Gulma dan
pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk
pertumbuhan normalnya. Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab
terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik. (Sastrahidayat,1990)
Dalam
pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di mana tanaman sangat peka
atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu
dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada
umumnya periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya
atau pada saat ¼ – 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan yang tepat
menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat periode kritis. (Tjitrosoedirdjo,
1984)
Gulma dan
pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai
kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama
membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan
lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran
kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan
akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran
yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan
rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan
demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab
terjadinya persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang sama
(intra spesific competition atau kompetisi intra spesifik) dan
persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter
spesific competition atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma
terhadap pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan
lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga
pertanaman kalah bersaing dengan gulma tersebut.(Syamsuri,2004)
Semakin awal
saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan
tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara
saat kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi positif.(Anonim,2010)
Sebagaimana
dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika
ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air
menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan
(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses
fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900
liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan
pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5
kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian
lahan kering atau tegalan.(Purba,1996)
Setiap lahan
berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau
tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat
dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh
karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari
lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya
dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau
dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
(Sastrahidayat,1990)
Yang paling
diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena
nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis
terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada
bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak
daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak;
kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan
bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia. (Tjitrosoedirdjo, 1984)
BAB III. METODE KERJA
A. Alat
dan Bahan
-
Lahan sawah dan lahan
kering
-
Alat square method
ukuran 50cm x 50cm
-
Buku deskripsi gulma
atau herbarium
-
Kantong plastik
-
Alat tulis
-
Koran
-
Oven
-
Timbangan elektrik
B. Prosedur
Kerja
1) Petak
contoh dibuat dengan ukuran 50 x 50cm dengan alat square method pada lahan
sawah dan lahan kering
2) Gulma
yang tumbuh pada petak tersebut dicabuti/diambil
3) Jenis
gulma yang ada di identifikasi dengan menggunakan buku deskripsi berdasarkan
ciri morfologinya, dan di tulis nama spesies, morfologi dan
perkembangbiakannya, daur hidupnya serta tempat tumbuhnya
4) Jenis
gulma dipisah berdasarkan golongan, yaitu rumput, teki-tekian, dan daun lebar
5) Setelah
dilakukan pemisahan dilakukan pengidentifikasian jenis gulma yang ada
6) Jumlah
gulma yang ada dihitung, kemudian di masukkan ke dalam koran dan di keringkan
di dalam oven pada suhu 700C sampai kering konstan
7) Kemudian
ditimbang masing-masing jenis gulma yang telah di keringkan
8) Kerapatan,
frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma di hitung
∑No
|
Nama Spesies
|
NJD
|
|
I
|
II
|
||
1
|
Axonopus
compressus
|
26,68
|
26,2
|
2
|
Bidens
bilernata L
|
5,35
|
|
3
|
Mimosa
pudica
|
4,16
|
2,09
|
4
|
Eleusine indica
|
12,97
|
19,9
|
5
|
Cyperus rotundus
|
11,4
|
5,4
|
6
|
Setaria plicata L
|
5,65
|
|
7
|
Maranata leucenoura
|
3,8
|
8
|
8
|
Digitaria ciliaris
|
2,09
|
11,9
|
9
|
Lantana camara
|
5,02
|
10,6
|
10
|
Commelina benghalensis
|
2,1
|
|
11
|
Biterpatal R
|
2,85
|
|
12
|
Ageratum conycoides
|
4,90
|
|
13
|
Chomolaena odoreta
|
2,07
|
|
14
|
Cyperus cyperoides L
|
2,55
|
|
15
|
Brachiaria Sp.
|
6,87
|
3,04
|
16
|
Ottochloa nodosa
|
1,55
|
2,3
|
17
|
Stachytarpheta
indica
|
|
3,6
|
18
|
Eleutheran
ruaderalis
|
|
1,8
|
19
|
Cynodon
dactylon
|
|
1,81
|
20
|
Melastoma
affine D
|
|
1,7
|
21
|
Emilia
sonchipolia
|
|
1,7
|
∑
|
100,01
|
100,04
|
C =
Keterangan : a (KM suatu spesies) KR
b
(total semua KM spesies)
W
(pasangan terkecil)
C =
=
= 31,07 (C awal)
No
|
Spesies
|
NJD I
|
NJD II
|
NJD III
|
1
|
Cyperus
rotundus
|
7,4
|
7,3
|
0
|
2
|
Cyperus
pygmaea rottb
|
10,1
|
0
|
0
|
3
|
Eragrostis
tenella beauex
|
1,5
|
0
|
0
|
4
|
Athroisma
laciniatum Dc
|
1,32
|
0
|
0
|
5
|
Lincleina
ciliata pannel
|
1,93
|
0
|
0
|
6
|
Ludwigia
adscendens (L)
|
1,24
|
0
|
0
|
7
|
Ottochloa
nodosa
|
4,71
|
0
|
0
|
8
|
Wedelia
tulobata
|
1,04
|
0
|
0
|
9
|
Cyperus
kilinia
|
5,5
|
0
|
0
|
10
|
Thremeda
arguens
|
1,9
|
0
|
0
|
11
|
Euporatrium
riparium reg
|
3,4
|
0
|
0
|
12
|
Melostema
affine
|
1,7
|
0
|
0
|
13
|
Lantana
camara
|
1,5
|
0
|
0
|
14
|
Panicum
repens
|
0
|
8,1
|
5,2
|
15
|
Althernathera
philoxetoides
|
0
|
3,19
|
0
|
16
|
Cordomine
hirsuta
|
0
|
1,46
|
0
|
17
|
Axonopus
compressus
|
2,4
|
12,29
|
4,43
|
18
|
Cynodon
dactylon
|
10,7
|
7,86
|
13,27
|
19
|
Eleusine
indica
|
27,1
|
8,45
|
11,43
|
20
|
Stachytarpheta
indica
|
0
|
25,32
|
0
|
21
|
Cyperus
rotundus
L
|
4,07
|
2,11
|
9,11
|
22
|
Euporatrium
riparium reg
|
0
|
1,39
|
0
|
23
|
Althernathera
sp
|
1,80
|
7,39
|
0
|
24
|
Paspalum
conjugatum barg
|
0
|
5,76
|
8,84
|
25
|
Mimosa
pudica
|
1,5
|
0
|
5,79
|
26
|
Ageratum
hosta nimnummil
|
0
|
0
|
3,61
|
27
|
Imperata
cyundrica
|
0
|
0
|
9,94
|
28
|
Cyperus
cyperoides
|
2,39
|
0
|
3,11
|
29
|
Cleome
nitidosperma
|
2,83
|
0
|
27,27
|
30
|
Ageratum
conycoides
|
1,81
|
0
|
0
|
∑
|
99,98
|
99,96
|
99,97
|
Perhitungan
C akhir :
1. Mekanik
& Sistemik
C
=
=
=
= 14,96%
2. Sistemik
& Kontak
C
=
=
=
= 17,66
3. Mekanik
& Kontak
C
=
=
=
= 16,91
B) Pembahasan
Klasifikasi Tumbuhan :
1)
Axonopus compressus
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus
2)
Mimosa
pudica
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa
pudica
3)
Cyperus rotundus
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
4)
Eleusine
indica
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine
indica
5) Digitaria
ciliaris
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies : Digitaria ciliaris
6) Setaria
plicata
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Setaria
Spesies : Setaria plicata
7) Lantana
camara
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Lantana
Spesies : Lantana camara
8) Maranta
leuconeura L
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Marantaceae
Genus : Maranta
Spesies : Maranta
leuconeura L
9) Commelina benghalensis
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Family : Commelinaceae
Genus : Commelina
Spesies : Commelina benghalensis
10) Ageratum conyzoides
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
11) Cynodon dactylon
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon
12) Ottochloa
nodosa
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Ottochloa
Spesies : Ottochloa
nodosa
13) Emilia sonchifolia
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Emilia
Spesies : Emilia sonchifolia
14) Stachytarpheta indica Vahl.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Stachytarpheta
Spesies : Stachytarpheta indica Vahl.
15) Melastoma affine D.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Melastomataceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastoma affine D.
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di
suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai
bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian banyak juga
tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma
tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya.
Dalam pengertian
ekologis gulma adalah tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang berubah. Salah satu faktor terjadinya evolusi gulma adalah
faktor manusia. Manusia merupakan penyebab utama dari perubahan lingkungan dan
gulma mempunyai sifat mudah mempertahankan diri terhadap perubahan tersebut dan
segera beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya.
Dengan kata lain gulma memiliki genetic plastisity yang besar. Sifat ini diperoleh dari seleksi
alam yang terus-menerus, beberapa sifat umum gulma untuk mempertahankan
eksistensinya antara lain mempunyai adaptasi yang kuat, mempunyai daya saing
tinggi, dapat membentuk spora atau biji banyak, cepat berkembangbiak, mampu
berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sangat minim,
mempunyai sifat dorman yang luas(biji tidak mati dan mengalami dorman bila
lingkungan kurang baik untuk pertumbuhan).
Penggunaan
herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan pasang surut
harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat,
yaitu:
ü Tepat
mutu
ü Tepat
waktu
ü Tepat
sasaran
ü Tepat
takaran.
ü Tepat
konsentrasi
ü Tepat
cara aplikasinya
Selain
itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman bagi
lingkungan.
Dari hasil perhitungan yang telah di
lakukan didapatkan hasil C awal yang bernilai 31,07. Pada C akhir Perhitungan
herbisida Kontak & pengendalian mekanik di dapatkan hasil 16,91. Pada
herbisida Sistemik & pengendalian mekanik di dapatkan hasil 14,96. Dan pada
perhitungan dari herbisida Sistemik & herbisida Kontak di dapatkan hasil
17,66.
Analisis dan identifikasi gulma guna
menentukan pilihan cara pengendalian gulma yang tepat maka sangat diperlukan
cara-cara menganalisis vegetasi gulma terlebih dahulu. Analisis gulma beserta
identifikasi spesies gulma dilakukan sebelum tindakan pengendalian dipilih dan
diterapkan. Ketidak tepatan analisis menyebabkan pengendalian gulma tidak
efektif dan efisien, karena memboroskan waktu, biaya, dan tenaga.
Keadaan gulma yang paling ideal
untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan
generatifnya) lengkap. Tentu saja hal ini hanaya dijumpai pada gulma yang telah
dewasa. Padahal dalam rangka pengelolaan gulma yang baik, sering kali harus
mengetahui jenis gulma apakah yang terdapat di suatu perkebunan
jauh sebelum gulma tersebut dewasa dan megnadakan kompetisi dengan tanaman
budidaya.
Habitat gulma tergantung pada sifat
masing-masing gulma dimana cocok pada kondisi lingkungan tertentu. Pada praktikum
habitat gulma yang didentifikasi dan analisis vegetasi adalah gulma yang tumbuh
di sawah lahan basah yaitu tanaman padi dan sawah lahan kering untuk tanaman
jagung. Dari dua habitat tersebut ada beberapa macam spesies yang tumbuh di
kedua tempat tersebut, yaitu Borreria
alata, Imperata cylindrica dan Panicum repens.
Habitat gulma Lahan Kering Habitat gulma Lahan Basah
BAB
V. KESIMPULAN
Analisis dan identifikasi gulma guna
menentukan pilihan cara pengendalian gulma yang tepat maka sangat diperlukan
cara-cara menganalisis vegetasi gulma terlebih dahulu. Analisis gulma beserta
identifikasi spesies gulma dilakukan sebelum tindakan pengendalian dipilih dan
diterapkan.
Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok
akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada
gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan
menjadi :
1) Gulma di tanah sawah.
2) Gulma di tanah
kering atau tegalan.
3) Gulma di tanah
perkebunan besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2010. www://scribd.com. Diakses
tanggal 19 November 2010.
Purba, E. 1996. Dasar Ilmu Gulma. USU Press.
Medan
Sastrahidayat,
Ika R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Usaha Nasional. Surabaya.
Syamsuri,
Istamar. 2004. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Tjitrosoedirdjo,
Soekisman. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan.
PT. Gramedia. Jakarta.
Sukman, Y. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar