Acara
III
Dasar
- Dasar Pengujian Racun
A. Tujuan
Mahasiswa
dapat menentukan lethal dose dan lethal consentrasi insektisida
B. Landasan
Teori
Pestisida
adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata “Pest” yang berarti Hama, dan
“Cida” yang berarti Pembunuh. Jadi pestisida diartikan secara sederhana berarti
pembunuh hama. (Sudarmo,2010)
Dose
adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan
untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose
(LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh organisme
sasaran).
Konsentrasi,
adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif dengan bahan
pengencer, pelarut dan/atau pembawa. (Butarbutar,2011)
Cara pemakaian pestisida (application methods)
:
1. Penyemprotan
(spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan
100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang
paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
2. Dusting
: untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien
bila dapat mencapai
koloni
karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3. Penuangan
atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap,
serangga tanah di persemaian dsb.
4. Injeksi
batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dll.
5. Dipping
: perendaman / pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.
6. Fumigasi
: penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.
7. Impregnasi
: metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. (Butarbutar,2011)
Cara
masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :
1. Melalui
dinding badan, kulit (kutikel).
2. Melalui
mulut dan saluran makanan (racun perut).
3. Melalui
jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan. (Butarbutar,2011)
Dalam
bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman. Dalam
konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah :
·
Harus kompatibel dengan
komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
·
Efisien untuk
mengendalikan hama tertentu.
·
Meninggalkan residu
dalam waktu yang tidak diperlukan
·
Tidak boleh persistent,
jadi harus mudah terurai
·
Dalam perdagangan
(transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan
keamanan yang maksimum.
·
Harus tersedia antidote
untuk pestisida tersebut.
·
Sejauh mungkin harus
aman bagi lingkungan fisik dan biota.
·
Relatif aman bagi
pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi).
·
Harga terjangkau bagi
petani. (Sudarmo,2010)
Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif
tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak,
akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan.
Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama
adalah keracunan, Khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan
pestisida. Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan
perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan
(processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan
keamanan, penyimpanan, penanganan (handling),
penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah
diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan
aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu
dan bahan ramuan (inert ingredient). (Anonim,2011)
C. Alat dan Bahan
a)
Alat
-
Petridish
-
Kertas filter
-
Label
-
Scalpel
-
Alat tulis
b)
Bahan
-
Jangkrik
-
Pestisida racun perut
-
Pestisida racun kontak
-
Daun caisin
D. Prosedur Kerja
1.
Dipersiapkan lerutan
insektisida nabati dalam empat level konsentrasi (ditentukan sesuai dengan
jenis bahan insektisida yang ada)
2.
Pada uji racun perut,
daun caisin dicelupkan pada larutan insektisida yang sudah ada. Pada uji racun
kontak, insektisida disemprotkan atau diteteskan larutan insektisida pada
kertas filter yang sudah ditata di dalam petridish secara merata
3.
Untuk racun perut,
serangga uji diperlakukan dengan memberi pakan daun caisin yang telah
dicelupkan pada larutan insektisida. Pada uji racun kontak, serangga uji
dimasukkan kedalam petridish yang kertas filter telah disemprotkan insektisida
4.
Diamati mortalitas
serangga uji selama 12, 24, 36, dan 48 jam setelah perlakuan
5.
Dihitung LC50
dengan persamaan regresi dan dimasukkan dalam analisis probit pada kertas
grafik
E. Hasil
dan Pembahasan
1) Hasil
Perhitungan
Racun Kontak
Konsentrasi
|
Log
(x)
Konsentrasi
|
∑
Serangga Uji
|
∑
Serangga Mati
|
Mortalitas
(%)
|
Probabilitas
Empiris
|
LC50
|
0 0
|
-
|
10
|
8
|
80
|
5,84
|
0.013
|
0,05 0,5
|
-1,3
|
10
|
8
|
80
|
5,84
|
|
0,1 1
|
-1
|
10
|
9
|
90
|
6,28
|
|
0,15 1,5
|
-0,82
|
10
|
9
|
90
|
6,28
|
|
0,2 2
|
-0,62
|
10
|
8
|
80
|
5,84
|
(a)
(b)
Racun Perut
Konsentrasi
|
Log
(x)
Konsentrasi
|
∑
Serangga Uji
|
∑
Serangga Mati
|
Mortalitas
(%)
|
Probabilitas
Empiris
|
LC50
|
0 0
|
-
|
10
|
0,03
|
3
|
3,11
|
0.288
|
0,05 0,5
|
-1,3
|
10
|
10
|
100
|
8,71
|
|
0,1 1
|
-1
|
10
|
2
|
20
|
4,15
|
|
0,15 1,5
|
-0,82
|
10
|
8
|
80
|
5,84
|
|
0,2 2
|
-0,62
|
10
|
6
|
60
|
5,25
|
(a)
(b)
2) Pembahasan
Pestisida adalah bahan yang
digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme
pengganggu. Nama ini berasal dari “Pest”
artinya hama,
dan “Cide” artinya pembasmi.
Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga,
tikus,
gulma,
burung,
mamalia,
ikan,
atau mikrobia
yang dianggap mengganggu.
Dalam
Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973, pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
v Memberantas
atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau
hasil pertanian
v Memberantas
gulma
v Mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
v Mengatur
atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong
pupuk
v Memberantas
atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
v Memberantas
atau mencegah hama air
v Memberantas
atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
v Memberantas
atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.
(Sudarmo,2010)
Penggunaan
pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia
dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem.
Dengan adanya pestisida, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani
juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh
organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya
tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. (Brooks,1974)
Cara
penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun
karena penggunaannya tidak benar maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida diantaranya adalah :
1. Angin
Angin
yang tenang dan setabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara.
2. Suhu Udara
Suhu
dibagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.
3. Kelembaban
Kelembaban
yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang
menyebabkan kurangnya daya racun.
4. Curah Hujan
Curah
hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida
berkurang.
Tinggi rendahnya residu pestisida pada tanaan ditentukan
oleh jenis pestisida, dosis dan frekuensi aplikasi, serta waktu aplikasi.
Pengaruh jenis pestisida terhadap tingkat residu tergantung pada sifat-sifat
fisika dan kimiawinya.
Residu yang terdapat dalam tanaman dapat berasal dari
pestisida yang langsung diaplikasikan pada tanaman, atau yang diaplikasikan
melalui tanah dan air. Selain daripada itu residu dapat berasal dari
kontaminasi melalui hembusan angin, debu yang terbawa hujan dari daerah
penyemprotan yang lain, dan juga penanaman pada tanah yang mengandung pestisida
persisten. (Sukardi,1982)
Usaha mengurangi residu di lapangan dapat dilakuan dengan
beberapa cara yaitu:
1.
Pemilihan
jenis insektisda yang efektif terhadap hama, aman bagi manusia dan lngkungan,
serta memilki persistensi yang rendah, sehingga meninggalkan residu yang
serendah mungkin.
2.
Penggunaan
dan pengembangan jenis-jenis insektisida yang baru, yang lebih spesifik dan
aman seperti insektisida biolgis, insect
Growh Regulator, atrakan dan lain-lain.
3.
Penggunaan
dosis dan cara aplikasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi.
4.
Frekuensi
penyemprotan pestisida dikurangi, hanya apabila perlu, yaitu sewaktu aras
populasi hama melebihi tingkatan yang merugikan secara ekonomis.
Hal-hal
teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan
penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan
pestisida, disamping itu dapat merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah
menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping berakibat mempercepat timbulnya
resistensi.
Dosis
adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah
pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk
menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah
bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan
volume larutan.
Ada
tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida :
·
Konsentrasi bahan aktif,
yaitu persantase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur
dengan air.
·
Konsentrasi formulassi,
yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
·
Konsentrasi larutan
atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu
larutan jadi.
Insektisida
sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan,
memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak,
dan aktifitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman.
Selain itu, insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama
serangga).
Ada
beberapa cara insektisida membunuh jasad sasaran atau serangga hama :
Ø Fisis
Berpengaruh
secara fisis yaitu bahan insektisida memblokade proses metabolisme, bukan
dengan reaksi biokemis atau neurologis, melainkan secara mekanis.
Contoh
: minyak yang digunakan untuk membunuh larva atau jentik nyamuk, maka minyak
tersebut akan memblokade penutupan pernapasan atau insang.
Ø Merusak
enzim
Mercuri
dan garam-garamnya, semua asam kuat dan beberapa logam berat termasuk cadmium
dan timah hitam akan berpengaruh merusak semua enzim dalam sistem kehidupan
serangga.
Ø Merusak
syaraf
Jenis
insektisida yang merusak syaraf adalah methyl bromide, ethylene dibromide,
hydrogen cyanide dan chloropicrin. Insektisida merusak syaraf dengan cara kerja
bersifat fisis ketimbang biokemis. Golongan organochlorine atau chlorinated dan
pyrethroids bersifat mempengaruhi akson suatu sel syaraf atau neuron yang
berfungsi dalam transmisi impuls syaraf dari badan sel satu ke badan sel yang
lain.
Ø Menghambat
metabolisme
Insektisida
yang menghambat transport elektron mitokondria. Contohnya rotenone. HCN,
dinetrophenols dan organotins. Sedangkan golongan lain yang menghambat
metabolisme namun dengan cara yang berbeda adalah komponen fluorine dan
arsenical.
Ø Meracun
otot
Insektisida
yang meracun otot yaitu karena berhubungan langsung terhadap jaringan otot
adalah ryania yang mengandung suatu alkoloid dan ryanodine. Kemudian sabadilla
yang mengandung alkaloid, cevadine dan veratridine. (Sudarmo,2010)
Insektisida
secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga
pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua
mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) atau secara langsung
meracuni serangga tersebut.
Menurut cara
kerja atau distribusinya didalam tanaman dibedakan menjadi tiga macam sebagai
berikut:
a. Insektisida Sistemik
Insektisida
sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel
batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel
menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan
residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah
insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal)
atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan
mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
b. Insektisida Non-sistemik
Insektisida
non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel
pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan
tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya), teknologi
bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang
permukaannya terkena insektisida. Residu insektisida pada permukaan tanaman
akan mudah tercuci oleh hujan dan siraman, oleh karena itu dalam aplikasinya
harus memperhatikan cuaca dan jadwal penyiraman.
c.
Insektisida
Sistemik Lokal
Insektisida
ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan
ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke
permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke
seluruh mefosil daun (daging daun)
hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
Menurut cara masuknya
insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai
berikut:
a.
Racun Lambung (racun perut)
Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran
dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida
akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian
ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan
aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke
organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena
itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang
mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.
b.
Racun Kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui
kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga.
Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida
tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
c.
Racun Pernafasan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga
dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila
menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun
pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
Sifat-sifat atau cara
kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :
a)
Untuk mengendalikan hama
yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok
daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local,
sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman.
Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama
yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi
penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak
akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
b)
Untuk mengendalikan
hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan
insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan
berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat
penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut
dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan
insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual
yang agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan
daun, maka mereka akan mati keracunan. (Hidayat, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.T., 1974. Chlorinated Insecticides, vol. II, Biological and Environmental aspects.
CRS Press. Oho, USA.
Sudarmo,
S. 2010. Pestisida. Kanisius.
Yogyakarta.
Sukardi, M., dan Sumatera, M., 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura.
Simposium Entomologi.
Bandung.
mbak analisis data cara perhitungan didapat LC50 gmana? :) thx b4
BalasHapus