Rabu, 24 Oktober 2012

Laporan Pestisida


Acara III
Dasar - Dasar Pengujian Racun

A.    Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan lethal dose dan lethal consentrasi insektisida

B.     Landasan Teori
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata “Pest” yang berarti Hama, dan “Cida” yang berarti Pembunuh. Jadi pestisida diartikan secara sederhana berarti pembunuh hama. (Sudarmo,2010)
Dose adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh organisme sasaran).
Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa. (Butarbutar,2011)
Cara pemakaian pestisida (application methods) :
1.      Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
2.      Dusting : untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3.      Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb.
4.      Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dll.
5.      Dipping : perendaman / pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.
6.      Fumigasi : penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.
7.      Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. (Butarbutar,2011)
Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :
1.      Melalui dinding badan, kulit (kutikel).
2.      Melalui mulut dan saluran makanan (racun perut).
3.      Melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan. (Butarbutar,2011)
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah :
·         Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
·         Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.
·         Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
·         Tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
·         Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum.
·         Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.
·         Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
·         Relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi).
·         Harga terjangkau bagi petani. (Sudarmo,2010)

Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, Khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan pestisida. Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). (Anonim,2011)



















C.     Alat dan Bahan
a)      Alat
-          Petridish
-          Kertas filter
-          Label
-          Scalpel
-          Alat tulis
b)      Bahan
-          Jangkrik
-          Pestisida racun perut
-          Pestisida racun kontak
-          Daun caisin

D.    Prosedur Kerja
1.      Dipersiapkan lerutan insektisida nabati dalam empat level konsentrasi (ditentukan sesuai dengan jenis bahan insektisida yang ada)
2.      Pada uji racun perut, daun caisin dicelupkan pada larutan insektisida yang sudah ada. Pada uji racun kontak, insektisida disemprotkan atau diteteskan larutan insektisida pada kertas filter yang sudah ditata di dalam petridish secara merata
3.      Untuk racun perut, serangga uji diperlakukan dengan memberi pakan daun caisin yang telah dicelupkan pada larutan insektisida. Pada uji racun kontak, serangga uji dimasukkan kedalam petridish yang kertas filter telah disemprotkan insektisida
4.      Diamati mortalitas serangga uji selama 12, 24, 36, dan 48 jam setelah perlakuan
5.      Dihitung LC50 dengan persamaan regresi dan dimasukkan dalam analisis probit pada kertas grafik


E.     Hasil dan Pembahasan
1)      Hasil Perhitungan

Racun Kontak
Konsentrasi
Log (x)
Konsentrasi
∑ Serangga Uji
∑ Serangga Mati
Mortalitas
(%)
Probabilitas Empiris
LC50
0             0
-
10
8
80
5,84
0.013
0,05         0,5
-1,3
10
8
80
5,84
0,1          1
-1
10
9
90
6,28
0,15         1,5
-0,82
10
9
90
6,28
0,2           2
-0,62
10
8
80
5,84

(a)   
                
                       
(b)    

Racun Perut
Konsentrasi
Log (x)
Konsentrasi
∑ Serangga Uji
∑ Serangga Mati
Mortalitas
(%)
Probabilitas Empiris
LC50
0             0
-
10
0,03
3
3,11
0.288
0,05         0,5
-1,3
10
10
100
8,71
0,1          1
-1
10
2
20
4,15
0,15         1,5
-0,82
10
8
80
5,84
0,2           2
-0,62
10
6
60
5,25

(a)   
(b)    








2)      Pembahasan
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari “Pest” artinya hama, dan “Cide” artinya pembasmi. Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.
Dalam Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
v  Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian
v  Memberantas gulma
v  Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
v  Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk
v  Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
v  Memberantas atau mencegah hama air
v  Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
v  Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air. (Sudarmo,2010)

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. (Brooks,1974)
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida diantaranya adalah :
1.      Angin
Angin yang tenang dan setabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara.
2.      Suhu Udara
Suhu dibagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.
3.      Kelembaban
Kelembaban yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
4.      Curah Hujan
Curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.

Tinggi rendahnya residu pestisida pada tanaan ditentukan oleh jenis pestisida, dosis dan frekuensi aplikasi, serta waktu aplikasi. Pengaruh jenis pestisida terhadap tingkat residu tergantung pada sifat-sifat fisika dan kimiawinya.
Residu yang terdapat dalam tanaman dapat berasal dari pestisida yang langsung diaplikasikan pada tanaman, atau yang diaplikasikan melalui tanah dan air. Selain daripada itu residu dapat berasal dari kontaminasi melalui hembusan angin, debu yang terbawa hujan dari daerah penyemprotan yang lain, dan juga penanaman pada tanah yang mengandung pestisida persisten. (Sukardi,1982)
Usaha mengurangi residu di lapangan dapat dilakuan dengan beberapa cara yaitu:
1.      Pemilihan jenis insektisda yang efektif terhadap hama, aman bagi manusia dan lngkungan, serta memilki persistensi yang rendah, sehingga meninggalkan residu yang serendah mungkin.
2.      Penggunaan dan pengembangan jenis-jenis insektisida yang baru, yang lebih spesifik dan aman seperti insektisida biolgis, insect Growh Regulator, atrakan dan lain-lain.
3.      Penggunaan dosis dan cara aplikasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi.
4.      Frekuensi penyemprotan pestisida dikurangi, hanya apabila perlu, yaitu sewaktu aras populasi hama melebihi tingkatan yang merugikan secara ekonomis.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, disamping itu dapat merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida :
·         Konsentrasi bahan aktif, yaitu persantase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
·         Konsentrasi formulassi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
·         Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.

Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman. Selain itu, insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga).
Ada beberapa cara insektisida membunuh jasad sasaran atau serangga hama :
Ø  Fisis
Berpengaruh secara fisis yaitu bahan insektisida memblokade proses metabolisme, bukan dengan reaksi biokemis atau neurologis, melainkan secara mekanis.
Contoh : minyak yang digunakan untuk membunuh larva atau jentik nyamuk, maka minyak tersebut akan memblokade penutupan pernapasan atau insang.
Ø  Merusak enzim
Mercuri dan garam-garamnya, semua asam kuat dan beberapa logam berat termasuk cadmium dan timah hitam akan berpengaruh merusak semua enzim dalam sistem kehidupan serangga.
Ø  Merusak syaraf
Jenis insektisida yang merusak syaraf adalah methyl bromide, ethylene dibromide, hydrogen cyanide dan chloropicrin. Insektisida merusak syaraf dengan cara kerja bersifat fisis ketimbang biokemis. Golongan organochlorine atau chlorinated dan pyrethroids bersifat mempengaruhi akson suatu sel syaraf atau neuron yang berfungsi dalam transmisi impuls syaraf dari badan sel satu ke badan sel yang lain.
Ø  Menghambat metabolisme
Insektisida yang menghambat transport elektron mitokondria. Contohnya rotenone. HCN, dinetrophenols dan organotins. Sedangkan golongan lain yang menghambat metabolisme namun dengan cara yang berbeda adalah komponen fluorine dan arsenical.
Ø  Meracun otot
Insektisida yang meracun otot yaitu karena berhubungan langsung terhadap jaringan otot adalah ryania yang mengandung suatu alkoloid dan ryanodine. Kemudian sabadilla yang mengandung alkaloid, cevadine dan veratridine. (Sudarmo,2010)
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) atau secara langsung meracuni serangga tersebut.
Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut:
a.      Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
b.      Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida. Residu insektisida pada permukaan tanaman akan mudah tercuci oleh hujan dan siraman, oleh karena itu dalam aplikasinya harus memperhatikan cuaca dan jadwal penyiraman.
c.       Insektisida Sistemik Lokal
Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging daun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
a.      Racun Lambung (racun perut)
Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.
b.      Racun Kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
c.       Racun Pernafasan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :
a)      Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
b)      Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan mati keracunan. (Hidayat, 2011)

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. www.scribd.com. Diakses tanggal 21 April 2011.
Brooks, G.T., 1974. Chlorinated Insecticides, vol. II, Biological and Environmental aspects. CRS Press. Oho, USA.
Butarbutar. 2011. www.koperasisubur.com. Diakses tanggal 21 April 2011.
Hidayat, A. 2011. www.scribd.com. Diakses tanggal 22 April 2011.
Sudarmo, S. 2010. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.
Sukardi, M., dan Sumatera, M., 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi. Bandung.

1 komentar:

  1. mbak analisis data cara perhitungan didapat LC50 gmana? :) thx b4

    BalasHapus